Jumong – Episode 34

Peramal Ma Oo Ryeong berusaha mengobati Geum Wa, namun gagal. Geum Wa tidak juga sadarkan diri.
Tabib istana pun sudah mengatakan bahwa nyawa Geum Wa saat ini hanya bergantung pada langit.

Yoo Hwa sangat sedih karena kehilangan putranya. Dia tidak mau makan dan hanya berbaring di ranjang.
“Aku ingin menjenguk Yang Mulia.” kata Yoo Hwa, bangkit dari tidurnya.
Yoo Hwa berkunjung ke kamar Geum Wa.
“Yang Mulia, kenapa kau tidak juga sadar?” tanya Geum Wa, menangis. “Tolong sadarlah. Jika Yang Mulia tidak sadar, maka BuYeo akan jatuh. Yang Mulia…”

Para pejabat mengadakan rapat. Mereka tidak bisa membiarkan tahta kosong, dan berniat menunjuk pengganti sementara Geum Wa, yakni Dae So.
“Sampai Yang Mulia sadar, Pangeran Dae So akan menggantikan kedudukan Raja dan memimpin negara.” kata Perdana Menteri.

Dae So kini menjadi pengganti Raja. Ia menunjuk Na Ru sebagai Komandan Pengawal, mennggantikan Jumong.
Song Ju, Ma Ri, Oyi dan Hyeopbo terkejut dan kelihatan tidak menyukai keputusan Dae So.
Young Po melihat kakaknya dari jauh. “Jika begini terus, seluruh kekuasaan akan jatuh pada tangan Dae So. Apakah aku hanya bisa duduk dan diam?” Young Po berpikir. “Jika aku melawan Dae So, mungkin aku akan berakhir seperti Jumong. Pada saat seperti ini, aku harus bersabar dan menunggu kesempatan lain.”
Young Po kini menjilat dan memihak Dae So.

Ma Ri, Oyi dan Hyeopbo sangat terpukul dengan segala yang terjadi. Oyi dan Hyeopbo berniat pergi dari istana dan berhenti menjadi pengawal.
“Jangan terlalu cepat mengambil keputusan.” kata Ma Ri.
“Apa maksudmu?” teriak Oyi. “Aku tidak akan sudi berada dibawah Na Ri dan mengabdi pada Pangeran Dae So!”
“Dengarkan aku dulu!” kata Ma Ri kesal. “Kita harus tinggal di istana untuk melindungi seseorang. Nyonya Yoo Hwa. Dia kehilangan Komandan dan Yang Mulia sedang sekarat. Dia sekarang tidak memiliki siapapun dan dikelilingi oleh musuh. Karena itulah, kita harus melindungi Nyonya Yoo Hwa. Kita tidak tahu apa yang akan dilakukan Permaisuri dan Pangeran Dae So padanya!”
“Benar, Ma Ri.” kata Hyeopbo. “Kita harus melindungi Nyonya Yoo Hwa.”
Tiba-tiba Do Chi dan Han Dang datang, mengihina mereka habis-habisan.
Oyi dan Hyeopbo kehilangan kesabaran dan menghajar mereka.

So Seo No murung dan tidak keluar dari kamarnya.
Para pedagang GyehRu sedang berada pada posisi yang sulit. Keputusan mereka yang ingin membantu Jumong, membuat hubungan mereka dengan Pangeran Dae So memburuk. Sementara kekuasaan saat ini berada di tangan Dae So.

Dae So mulai mempergunakan kekuasaannya untuk melenyapkan semua orang yang mendukung Jumong dan Geum Wa, dan menentangnya dan SaChulDo. Wan Ho-lah yang menyuruhnya.
“Apa salahku sampai aku diperlakukan seperti ini?” tanya seorang pejabat yang ditangkap. “Jika Pangeran memang menggantikan tugas Yang Mulia, maka seharusnya Pangeran tahu bagaimana perasaan Yang Mulia jika mengetahui perbuatanmu ini. Yang Mulia tidak akan pernah mengizinkan tindakan seperti ini!”
“Diam!” bentak Dae So. “Kau berlindung dibalik Yang Mulia, dan melakukan tindakan menentang pemimpin SaChulDo dan Permaisuri!”
“Pangeran, para pemimpin SaChulDo berani menentang Yang Mulia. Melawan mereka adalah tugasku sebagai pengabdi BuYeo.” kata si pejabat. “Jangan biarkan pemimpin SaChulDo memperalatmu!”
“Beraninya kau!” Dae So mengambil pedang dan membunuh pejabat itu.
Young Po terkejut dan takut.
“Kurung mereka di dalam penjara!” perintah Dae So.

Para pejabat yang lain ketakutan. Mereka melapor pada Perdana Menteri bahwa pembunuhan telah terjadi di istana.
“Pangeran Dae So menangkap semua pejabat yang setia pada Yang Mulia dan membunuh mereka dengan kejam!” kata si pejabat. “Ini adalah tirani! Apa kita tidak punya pilihan lain selain membiarkan dia bertingkah semaunya?!”
Perdana Menteri tetap tenang dan menyuruh pejabat itu menjaga ucapannya. “Pangeran Dae So yang memegang kekuasaan di istana. Buatlah keputusan bijak dengan mendukung Pangeran.”

Dae So ragu apakah yang dilakukannya benar atau tidak.
Perdana Menteri mengatakan padanya untuk menguatkan hati dan menyarankan Dae So untuk merebut hati rakyat. “Jalan terbaik untuk merebut hati rakyat adalah dengan menggunakan Kuil Ramalan.”

Dae So mendekati Peramal Ma Oo Ryeong dan berjanji padanya bahwa Dae So akan melindungi kedudukan Ma Oo Ryeong.
Ma Oo Ryeong berjanji ia akan membantu Dae So semampunya.

Yeo Mi Eul mendapatkan berita buruk dari Yak Tak. Ia menjadi cemas dan meminta Putri Bintang mencari keberadaan Jumong. Namun Putri Bintang tidak bisa melihat keberadaan Burung Berkaki Tiga.
Yeo Mi Eul memutuskan untuk pergi ke BuYeo.

Yoo Hwa merawat Geum Wa.
Wan Ho melihat Yoo Hwa dan mengusirnya.
“Aku adalah permaisuri dan kau adalah selir. Apa yang akan dikatakan oarang-orang jika meilihat seorang selir merawat Yang Mulia, sementara aku tidak berbuat apa-apa?” tanya Wan Ho. “Pergi sekarang!”
“Kau harus menyeret aku keluar.” kata Yoo Hwa menantang. “Aku ingin disini dan menjaga Yang Mulia.”
“Apa?!” seru Wan Ho. “Kau mengancamku?!”
Yoo Hwa diam saja.
“Baik, jika itu yang kau inginkan.” kata Wan Ho. “Tapi, jika setelah kau merawatnya, tapi Yang Mulia tetap tidak sadar, kau tidak akan selamat!”

Yang Jung mengirim orang ke BuYeo. Ia merencanakan pernikahan Seol Ran dan Dae So secepatnya.
Yang Jung mengenalkan seorang pengawal bernama Hao Chen untuk menjaga Seol Ran.

Yang Jung mengirimkan surat pada Dae So, memintanya segera menikahi Seol Ran.
Dae So terpaksa harus memenuhi permintaan Yang Jung.
Ia mengumumkan keputusannya di depan semua pejabat.
“Pasukan Yo Dong saat ini sedang siaga di Hyeon To.” kata Dae So. “Kita tidak tahu apakah mereka ingin menyerang atau tidak. Aku sudah berpikir berhari-hari. Solusi untuk menghindari perang adalah menikahi putri Gubernur Hyeon To.”
Semua orang terkejut.
“Bagaimana bisa kau melakukannya?” tanya Young Po. “Yang Jung adalah orang yang mengangkat pedang melawan BuYeo. Bagimana bisa kau menikahi putri seorang musuh?”
“Benar.” kata seorang pejabat. “Jika Yang Mulia sadar, ia tidak akan mengizinkan ini!”
“Lalu, apakah ada solusi lain?” tanya Dae So.
Tidak ada yang menjawab. Perdana Menteri berkata bahwa ia mendukung pengorbanan yang dilakukan Dae So demi mencegah perang.
“Aku melakukan ini demi masa depan BuYeo.” kata Dae So. “Aku harap kalian mau mendukungku.”

Dae So memanggil salah satu pandai besi dan bertanya perkembangan bengkel. Pandai besi itu ketakutan, dan terpaksa mengaku bahwa Mo Pal Mo telah berhasil menciptakan senjata yang lebih hebat dibandingkan senjata Han.
Dae So memerintahkan Na Ru untuk menangkap Mo Pal Mo.

Ma Ri, Oyi dan Hyeopbo meminta Song Ju agar mengizinkan mereka menjaga kamar Yoo Hwa.
“Kalian harus meminta izin Komandan terlebih dulu.” kata Song Ju.
“Jika Komandan Na Ru tahu, dia tidak akan mengizinkan.”kata Hyeopbo. “Tolong bantu kami dengan merahasiakan hal ini.”
“Baiklah.” kata Song Ju.
Tiba-tiba Na Ru dan beberapa pengawal lewat, Mo Pal Mo ada di tangan mereka.
“Ketua!” seru mereka terkejut.
“Mo Pal Mo telah menciptakan senjata yang lebih hebat dari Han, namun ia menolak memberikannya ada Pangeran Dae So.” kata Na Ru pada Ma Ri, Oyi dan Hyeopbo. “Kalian bertiga, interogasi Mo Pal Mo sampai ia mengaku!”
“Aku tidak mau!” kata Oyi.
“Apa?!” seru Na Ru. Ia mendekati Oyi dan memukulnya.
“Aku tidak mau!” kata Ma Ri dan Hyeopbo bersamaan.
Na Ru marah dan mengeluarkan pedangnya. “Kalian bertiga berani menentang perintah Pangeran Dae So?” Na Ru mengangkat pedangnya, hendak membunuh mereka.
“Komandan!” teriak Song Ju. “Tenanglah! Mereka adalah pengawal yang melalui hidup dan mati bersama kita!”
Na Ru menyimpan kembali pedangnya dan meminta pengawalnya untuk mengikat dan mengurung Mo Pal Mo.
Pengawal menyiram Mo Pal Mo dengan air garam. Na Ru menyambuk Mo Pal Mo habis-habisan. Mo Pal Mo tidak mau mengaku.
Ma Ri dan yang lainnya tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa melihat sedih.

So Seo No tidak bergerak dari kamarnya. Wajahnya sangat pucat. Yeon Ta Bal datang menjenguk.
“Pangeran Dae So saat ini sedang menguasai istana.” kata Yeon Ta Bal. “Ini menjadi ancaman bagi GyehRu. Aku tidak memaksamu menikah dengan Pangeran Dae So. Tapi, kau harus bangkit lagi. Tidak ada masalah yang bisa selesai hanya dengan duduk deperti itu.”
So Seo No menangis.

Yeo Mi Eul sudah tiba di BuYeo. Yeon Ta Bal dan So Seo No menemuinya.
“Jika Permaisuri dan Pangeran Dae So mengetahui kedatanganmu, mereka tidak akan melepaskanmu.” kata Yeon Ta Bal.
“Kudengar Geum Wa sedang dalam kondisi yang kritis.” kata Yeo Mi Eul. “Aku harus menolongnya.”
“Raja Geum Wa sudah meninggalkan Yeo Mi Eul.” ujar Yeon Ta Bal.
“Ia memang meninggalkan aku, tapi aku tidak bisa meninggalkan dia.” Yeo Mi Eul bersikeras.
“Jika kau ingin menolong Yang Mulia, berarti kau harus masuk ke istana.” ujar So Seo No. “Kau bisa kehilangan nyawamu.”

So Seo No mengunjungi Yoo Hwa di istana.
“Peramal Yeo Mi Eul ingin mengobati Yang Mulia.” kata So Seo No. “Sekarang ia sedang ada di rumahku.”

So Seo No berjalan pulang. Di sana, ia bertemu dengan Dae So.
“Apa kau masih ingat hal yang kukatakan sebelum perang?” tanya Dae So. “Semuanya berjalan sesuai dengan yang kuinginkan. Kau harus menghapus Jumong, yang sudah mati, dari hatimu.”
“Sebelum aku melihat mayat Komandan Jumong dengan mataku sendiri, aku tidak akan percaya bahwa ia sudah mati.” kata So Seo No. “Dan, walaupun Komandan sudah mati, aku tidak akan pernah mau berada di sisimu.”
So Seo No berjalan pergi, meninggalkan Dae So yang marah besar.

Malam harinya, atas perintah Yoo Hwa, Ma Ri, Oyi dan Hyeopbo membawa Yeo Mi Eul ke istana. Song Ju sudah berjaga di depan pintu kamar Geum Wa.
Oyi mengangguk, memberi isyarat pada Song Ju, kemudian mengantar Yeo Mi Eul masuk ke kamar Geum Wa.
Yeo Mi Eul menangis melihat keadaan Geum Wa. Ia meminta Yoo Hwa keluar dari kamar tersebut.
Yeo Mi Eul mengobati Geum Wa.

Wan Ho menceritakan sikap Yoo Hwa pada Dae So.

Dae So mendatangi Mo Pal Mo, yang masih tidak mau buka mulut. Ia kemudian menyuruh para pengawal melepaskan ikatan Mo Pal Mo dan membawanya kembali ke bengkel.
“Jika kau tidak mau bicara, maka buat pedang itu.” kata Dae So. “Aku akan memberimu waktu 5 hari. Jika pedang yang kau buat tidak sekuat pedang Han, maka aku akan memenggalmu.”

Setelah mengunjungi Mo Pal Mo, Dae So menuju kamar Geum Wa. Ia melihat Yoo Hwa sedang berdiri di depan kamar ayahnya.
“Kudengar kau selalu menemani Yang Mulia dan tidak pernah meninggalkannya.” kata Dae So pada Yoo Hwa. “Pasti sangat berat untukmu. Aku ingin menjenguk Yang Mulia.”
“Tabib sedang mengobati Yang Mulia. Jenguklah dia lain kali.” kata Yoo Hwa.
“Tidak apa-apa, aku hanya ingin melihatnya.”
“Apa maksudmu tidak apa-apa?!” seru Yoo Hwa. “Kau tidak pernah kemari selama 10 hari. Dan sekarang kau muncul dengan tiba-tiba. Apa tujuanmu mengganggu pengobatan yang dilakukan tabib? Apa mungkin Pangeran Dae So berharap bahwa Yang Mulia tidak akan sembuh?”
Dae So menatap Yoo Hwa tajam.
“Tabib istana mengatakan bahwa selama perawatan, tidak boleh ada yang masuk.” Yoo Hwa melanjutkan. “Tolong jenguk Yang Mulia lain waktu.”
Dae So menyerah dan berjalan pergi.
Mereka semua menghela nafas lega.

Rupanya Yeo Mi Eul belum berhasil membuat Geum Wa sadar hanya dengan sekali pengobatan. Geum Wa sempat tersadar, namun pingsan lagi.
“Kau pasti sangat sedih karena kematian Jumong.” kata Yeo Mi Eul.
“Tidak ada yang melihat mayatnya.” kata Yoo Hwa. “Selama mayatnya belum ditemukan, aku tidak akan percaya bahwa Jumong sudah mati.”
Yeo Mi Eul prihatin melihat kesedihan Yoo Hwa.

Dae So kesal karena perlakuan Yoo Hwa padanya. Ia berpikir sejenak, kemudian memutuskan untuk kembali lagi ke kamar Geum Wa.
Dae So masuk. Di sana, Yoo Hwa sedang merawat Geum Wa.
“Ada apa?” tanya Yoo Hwa.
” Kau harus meninggalkan kamar ini sekarang.” kata Dae So.
“Apa maksudmu? Aku akan menjaga Yang Mulia.”
“Diam!” bentak Dae So. “Yang seharusnya berada di sisi Yang Mulia adalah ibuku, bukan kau!”
Dae So memerintahkan pengawalnya untuk menarik Yoo Hwa keluar dengan paksa.

By andyfeby Dikirimkan di Jumong Dengan kaitkata

Jangan lupa meninggalkan jejakmu ...