The Legend [Tae Wang Sa Shin Gi] – Episode 20

Perkemahan Ho-gae, Khitan

Para Jenderal berkumpul di Tenda Utama, berdiskusi mengenai tindakan mereka selanjutnya dalam menghadapi Raja.

Jenderal B: Dikatakan kalau Raja telah memasuki wilayah Khitan. (pada Ho-gae) Kau harus membuat keputusan.

Jenderal C: Pesannya, bahwa kita akan dianggap sebagai pengkhianat jika kita tidak kembali, sudah beberapa waktu yang lalu.

Jenderal Obool: 40 ribu prajurit kita telah datang sampai kemari dan sama sekali belum merasakan peperangan satu kalipun. Sementara Raja dan 4 tibu orangnya mendapatkan kemenangan, kita hanya menjadi umpan, walaupun demikian, aku sama sekali tidak mengatakan apapun. Dan ketika kau memerintahkan secara tiba-tiba untuk bergerak ke Barat Laut, aku tak pernah mempertanyakan keputusanmu. Kau tahu kenapa? … Itu karena aku percaya kalau kau lah Raja Jyooshin!

Ho-gae: Apa sebenarnya yang ingin kau tanyakan?

Jenderal Obool: Ada rumor yang mengatakan kalau Raja telah memiliki tiga dari empat Simbol Dewa.

Ho-gae: (tak menduga) Tiga dari Simbol Dewa?

Jenderal B: Simbol Hyunmoo, Chung Ryong, dan sekarang Joojak, semuanya ada di tangan Raja.

Cheok-hwan: (berseru) Mustahil! Aku, Cheok-hwan, Pemimpin dari Pasukan Gaema Goguryeo, ada di sana ketika Pelindung Joojak bangkit. Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri bagaimana kemudian ia mengakui Tuan Ho-gae sebaagai Raja Jyooshin. Tapi bagaimana  Raja bisa …

Ho-gae mengangkat tangannya menyuruh Cheok-hwan diam ..

Ho-gae: Apakah Raja memimpin pasukannya sendiri?

Jenderal B: Itulah yang kudengar.

Ho-gae: Berapa banyak yang ia bawa?

Jenderal B: Sekitar 5 ribu orang.

Ho-gae: Dia menyebut 40 ribu dari kita sebagai pengkhianat ketika ia hanya memiliki 5 ribu orang?

Jenderal Obool: Bukankah pembawa pesan yang kau bunuh bulan lalu dikirim kemari oleh Yang Mulia?

Ho-gae menatap Jenderal Obool dan mengingat sekilas mengenai Hyeongoong yang ia bunuh …

Ho-gae: Itu benar.

Jenderal Obool: Apakah kau sudah memutuskan waktu itu? Untuk menjadi seorang pengkhianat? (semua orang tersinggung dan melotot pada Obool)

Ho-gae: (curiga) Di mana orang-orang yang telah menyebarkan desas-desus ini ?

Sementara itu ..

Si kuncir dengan lagaknya mengendap-endap memimpin Joomochi yang dengan langkah lebar mengikuti di belakang, sama sekali tak peduli kalau ketahuan ^^

Si kuncir kemudian berhenti dan menunjukkan sebuah kereta yang dijaga oleh banyak prajurit. Joomochi tanpa membuang waktu segera melompat dan menyerang para prajurit yang berjaga.. Si kuncir terpaksa deh ikut bosnya ^^ Mereka berdua mengalahkan semua prajurit yang ada .. herannya tak ada yang mendengar mereka O.o

Joomochi ga sabar lagi dan malas mencari kunci pintu, ia segera mengayunkan kapaknya membobol pintu kereta dan membukanya.

Di dalam kereta terlihat Dalbee dan Ba Son. Ba Son hanya diam termangu saja, masih shock dengan kematian kakaknya. Dalbee sangat lega melihat Joomochi  Joomochi dalam hatinya sangat senang, tapi ia tak mau menunjukkan di wajahnya dan berusaha bersikap cool ^^

Joomochi: Apa yang kau lakukan di dalam sana?

Daldbee: (menahan tangis gembira) Kami disekap sebagai tahanan.

Joomochi mengusapkan tangannya pada bajunya kemudian mengulurkan tangan untuk membantu Dalbee keluar. Dalbee bangun dan menyambut tangan Joomochi kemudian beranjak keluar, tapi tiba-tiba sebatang pedang mengancam leher Joomochi. Dalbee sangat terkejut dan takut dengan keselamatan Joomochi, ia melepaskan tangannya dan jatuh terduduk di kereta.

Joomochi pelan-pelan mundur sedikit dari kereta, dan melihat Ilsuh yang mengancamnya disertai beberapa penjaga. Joomochi dan si kuncir tak berkutik ^^

Ilsuh: Apakah kau pengawal bagi kurir pembawa pesan Raja?

Joomochi: (tenang) Kenapa emangnya? Apa kau akan membayar bayaran kami?

Ilsuh: Apakah kau pemimpin mereka?

Joomochi tertawa sinis dan maju ke depan tak gentar dengan pedang yang masih ada di lehernya dan bertatapan muka dengan Ilsuh.

Joomochi: (nada menantang) Kau sungguh tak tahu aturan…

Dalbee sangat khawatir melihat Joomochi yang dikepung prajurit.

Ilsuh melihat ke sekitarnya kemudian menurunkan pedangnya dari leher Joomochi.

Ilsuh: Ikuti aku …

Joomochi memandang Dalbee sekilas kemudian mengikuti Ilsuh.

Joomochi diseret masuk oleh dua orang prajurit menemui Ho-gae di Tenda Utama.

Joomochi dengan tenang mengawasi ke sekelilingnya baru menatap pada Ho-gae.

Ho-gae: Aku dengar kalau kau seorang prajurit bayaran. Dan kau adalah pengawal dari kurir?

Joomochi: Itu benar ..

Ho-gae: Dan ..

Joomochi: Dan apa?

Ho-gae: Kau memiliki tugas yang lain. Menyebarkan rumor untuk menurunkan moral …

Ilsuh: Orang ini baru saja menyebabkan keributan. Aku percaya kalau mereka kemari untuk menyelamatkan si pandai besi.

Ho-gae: Pandai besi?

Joomochi: (dengna lantang dan gagah) Aku, Joomochi, tak akan memutarbalikan perkataanku. Kami punya tiga tugas: Pertama, melindungi kurir.  Kedua, sebarkan bukannya gosip tapi kebenaran yang sesungguhnya sehingga para prajurit mengetahui kenyataan yang sedang terjadi. Dan yang terakhir, temukan pandai besi Ba Son dan … (ragu-ragu sejenak) orang yang bersamanya. Itu semuanya.

Ho-gae: (tertawa sinis) Heh .. apakah kau menerima perintah itu dari Gooknaeseong?

Joomochi: Itu benar.

Ho-gae: Jadi beritahu aku. Bukan rumor tapi kebenarannya. Bagaimana keadaan di Gooknaeseong?

Joomochi: Kami sudah membersihkannya.Para bajingan Hwacheon itu sudah dibasmi habis (Ho-gae terperanjat),  dan dengan pengecualian beberapa orang, kami dapat menyelamatkan para bangsawan yang sebelumnya mendukung mereka.

Ho-gae: (geram dan mencekal baju Joomochi) Bagaimana dengan ayahku, sang Perdana Menteri?

Joomochi: (dengan dingin) Aku sudah katakan padamu kalau kami menyelamatkan mereka dari para bajingan itu!

Ho-gae: Dan?

Joomchi: Dan apa?

Ho-gae: Bagaimana dengan Cheonji Shindang?

Jooomohci: Aku tidak tahu mengenai itu. Aku pergi setelah kami selesai membersihkan.

Ho-gae melepaskan cekalannya dengna kasar, Joomochi dengan tenang memperbaiki posisinya.

Ho-gae: Berapa banyak jumlah kalian di luar sana?

Joomochi: Cukup banyak.

Ho-gae:  Berapa banyak totalnya?

Joomochi: (nada tegas) Kami sudah di bawah kontrak.

Ho-gae: Apakah  seseorang datang mencari untuk menyewa kalian?

Joomochi: (menghadapi Ho-gae) Yang Mulia sendiri yang datang untuk menyewa kami.

Ho-gae: Si pandai besi mengatakan hal yang sama. Ia katakan kalau dia datang sendiri padanya.

Joomochi: Sifatnya yang melarangnya untuk duduk diam saja. Dan dia lebih suka untuk bermain di wilayah rendahan bukan tinggi.

Ho-gae menatap tajam pada Joomochi, tapi Joomochi sendiri tak kenal takut, ia balas menatap dengan pandangan mantap. Ho-gae berjalan mengelilinginya kemudian mengambil keputusan.

Ho-gae: Bawa si pandai besi bersamamu. (Joomochi terkejut) Tapi …. Kau akan membawa semua orang-orangmu yang telah diam-diam kau tanamkan di antara para prajuritku. Jika nanti mereka ketahuan, maka anggota-anggota tubuh mereka akan dipotong semua. (menoleh pada Joomochi) Jika kau mau menyelamatkan nyawa orang-orangmu itu, bawa mereka denganmu!

Dua orang prajurit segera menyeret Joomochi keluar tenda, Joomochi segera mengibaskan tangannya sehingga ia bisa bebas berjalan sendiri.

Ho-gae: Ilsuh ..

Ilsuh: Ya, Tuan!  (mendekat pada Ho-gae)

Ho-gae: Mereka tak akan pernah berada di pihak kita. Jika kita mengijinkan mereka untuk kembali kepada Raja, kita lebih baik menyerah juga padanya sekarang.

Ilsuh: Aku akan mengurus mereka.

Ilsuh segera pergi melaksanakan tugasnya.

Sementra itu ..

Joomochi mempersiapkan semua orang-orangnya untuk segera berangkat. Si kuncir juga ikut dengannya. Dalbee dan Ba Son duduk di atas kereta barang. Tak sengaja Joomochi melihat gerakan mencurigakan. Ia segera memperhatikan dengan seksama.

Ilsuh bertemu dengan beberapa orang prajurit dan tampak sedang membagi-bagi tugas pada mereka.

Joonochi segera menyadari sesuatu yang buruk akan terjadi pada mereka. Ia segera kembali ke rombongannya.

Joomochi: (pada Dalbee) Apakah kau bisa naik kuda?

Dalbee: Jika aku sudah berada di atas kuda, aku tak akan terjatuh. ^^

Joomochi: Dan bagaimana dengan kau, Ba Son?

Ba Son tak menjawab, pandangannya kosong ..

Joomochi tak ada waktu lagi, ia segera memerintahkan si kuncir ..

Joomochi: (pada si kuncir) Man Deuk! Bawa dua kuda ini dan persiapkan mereka untuk para wanita.

[Andy: hauahuahua baru sekarang tahu namanya si kuncir : Man Deuk ^^]

Mandeuk: (heran) Emangnya ada apa ketua?

Joomochi: (menghela napas) Aku telah mempelajari sesuatu dari Yang Mulia: Kapan harus bertarung dan kapan harus melarikan diri … (menepuk lengan Mandeuk) Cepatlah!

Mandeuk: (pada yang lain) Ayo semuanya! Kita harus bergegas!

Beberapa waktu kemudian ..

Joomochi dan yang lainnya memacu kudanya dengan bergegas namun tak berapa jauh dari perkemahan, tampak beberapa prajurit sedang mengejar mereka dari dua jurusan.

Jooomochi: Setiap orang yang jatuh dari kudanya akan ditinggal di belakang. Berkudalah secepatnya. Hidup kalian bergantung pada itu.

Joomochi segera memacu kudanya diikuti oleh yang lainnya.Paraprajurit melihat mereka yang berusaha melarikan diri segera memacu kuda mereka juga. Kejar-kejaran terjadi dan posisi pasukan pengejar lebih menguntungkan karena meeka bisa memanah buruan mereka. Beberapa orang terkena anak panah dan terjatuh dari kuda mereka, beberapa luka parah dan ada juga yang langsung tewas.  Tapi setelah beberapa saat, Ilsuh dah pasukan pengejar menghentikan perburuan mereka karena jarak merkea sudah terlalu jauh dari perkemahan utama. Ilsuh dengan hati kesal terpaksa harus kembali dan melaporkan ini pada Komandannya. Entah teguran apa yang akan ia terima nanti …

Pasukan Raja sudah sampai di wilayah Khitan dan melihat bekas-bekas kerusakan yang ditimbulkan oleh pasukan Ho-gae.

Damdeok diiringi oleh Huk-gae, Jenderal Kho, Hyon-go dan Dalgoo memeriksa sebuah perkemahan suku Khitan yang sudah dibantai habis oleh Ho-gae dan pasukannya.

Huk-gae: Aku pernah mengutuk Ho-gae sebelumnya tetapi strategi perang orang itu sungguh hebat. (menunjuk pada mayat-mayat) Lihat saja ini! Orang-orang ini dibantai sebelum mereka bahkan tahu kalau mereka sedang diserng. Oh .. dan lihat .. mereka bahkan tega membunuh anak-anak kecil juga!

Hyon-go: Aku tidak menyetujui perbuatan ini, tapi aku bisa memahami maksud mereka. Jika mereka membiarkan ada yang hidup, maka pasti suku-suku yang lain akan mendapat tahu. Dan jika berita menyebar maka semua suku akan segera bergabung bersama untuk mempertahankan diri. Jadi mereka membunuh untuk menutup mulut mereka dan bergerak dengan cepat. Itu pasti yang ada dalam pikiran mereka.

Jendera Kho: Yang Mulia, kita seharusnya juga bergerak dengan cepat. Menurut laporan para pengintai kita, ratusan orang dari Suku Biryuh sedang berkumpul.

Huk-gae: Kita mungkin akan menjadi korban dari kemarahan yang sebenarnya diarahkan pada Ho-gae.

Jenderal Kho: Sekarang ini, Raja Goguryeo adalah musuh terbesar mereka. Kita harus bergerak dua kali lebih cepat sehingga kita tak memberikan waktu bagi mereka untuk bersiap-siap.

Damdeok tetap diam, tapi kemudian berseru memanggil seorang prajurit ..

Damdeok: Dol Jok .. (seorang perwira menghampirinya)

Dol Jok: Aku adalah Kepala Pengawal Kiri, Dol Jok.

Damdeok: Apakah kau melihat semua tubuh-tubuh yang mulai membusuk ini?

Dol Jok: Ya, aku lihat, Yang Mulia.

Damdeok: Aku ingin mengadakan upacara pemakaman bagi mereka. Bantulah aku.

Dol Jok: (merasa sangat terhormat karena Raja sendiri yang memintanya) Baik, Yang Mulia. (ia segera pergi)

Hyon-go: Yang Mulia! Kita berada di sebuah dataran luas tanpa sedikitpun pertahanan. Semua gerakan kita bisa dilihat dari bermil-mil jauhnya.

Damdeok: Kau pikir begitu?

Hyon-go: Tentu saja!

Damdeok tersenyum mendengar jawaban Hyon-go ..

Huk-gae: Yang Mulia! Apa kau ingin agar musuhmu menyerang? Di tempat seperti ini di mana tak ada bebatuan yang dapat kita gunakan sebagai pertahanan?

Damdeok: Meskipun mereka ingin menyerang kita, tidakkah itu akan mereka lakukan setelah mengamati kita beberapa hari lamanya?

Semua orang terdiam mendengar perkataan Damdeok …

Damdeok: (menggapaikan tangannya) Letnan Dua!

Letnan Dua: Ya, Yang Mulia! (ia datang dengan rekannya)

Damdeok: Temukan semua mayat-mayat. Mayat yang membusuk akan membawa penyakit dan tempat ini akan menjadi tempat penuh kematian.

Letnan Dua: Baik, Yang Mulia. (ia pergi)

Damdeok: (pada rekan si Letnan Dua) Kau pernah bilang kalau kau dulu pernah ada di pasukan patroli perbatasan?

Perwira: Benar, Yang Mulia.

Damdeok: Orang-orang Suku Khitan seharusnya memilliki daya penglihatan yang baik.

Perwira: Benar, Yang Mulia! Karena mereka hidup di dataran luas maka mereka bisa melihat lebih jauh daripada yang lain.

Damdeok mengawasi ke sekelilingnya lalu pergi, meninggalkan Hyon-go, Huk-gae, Jenderal Kho, dan Dalgoo.

Huk-gae salah tingkah meliihat Damdeok bertingkah bukan sebagai seorang Raja …^^

Huk-gae: Penasihat!

Hyon-go: Ya?

Huk-gae: Kau menyebut dirimu sendiri sebagai guru Yang Mulia Raja. Lakukanlah sesuatu untuk menghentikannya!

Hyon-go: Hah! Masihkah kau belum tahu akan sifatnya sampai sekarang? Dia itu orang pendiam yang jarang menaikkan suaranya. Tapi apakah kau berpikir kalau perasaan di dalam hatinya sama?

Jenderal Kho: Dia itu Raja yang tak mendengarkan sedikitpun perkataan dari bawahannya.

Hyon-go: Bagaimana aku bisa mencegah seseorang yang pernah pergi ke Gwanmiseong sendirian?

Jenderal Kho: Kadangkala aku benar-benar ingin mengikatnya.

Dalgoo mengangguk-angguk setuju, sementara Hyon-go dan Huk-gae terperangah menatapnya. … ^^

Huk-gae: (mendukungnya) Coba saja! (Hyon-go mengangguk-angguk)

Jenderal Kho mendelik pada Huk-gae, yang langsung berkedip-kedip dan menundukkan kepalanya  .. wahahahah …

Jenderal Kho pergi menyusul Damdeok, sementara Hyon-go dan Huk-gae hanya menatap punggungnya …

Huk-gae: (ke arah Jenderal Kho) Percuma kalau hanya bicara saja!

Sementara itu …

Dari balik-balik semak di kejauhan, beberapa orang penunggang kuda sedang mengawasi pasukan Raja …

Di pegunungan sekitar Gooknaeseong, Markas Rahasia Hwacheon

Bangsawan Baekjae: Raja Ashin Baekjae telah mempercayai kita, karena ia tahu kalau kita memiliki keterlibatan yang besar dalam kematian Jinsawang saat ia sedang berburu.

Dae Jangro: Raja Damdeok dari Goguryeo telah meninggalkan Gooknaeseong. Jika Baekjae menyerang Goguryeo sekarang …

Bangsawan Baekjae: Apa kau mengubah rencanamu semula? Tidakkah rencanamu sebelumnya akan mengangkat Yeon Ho-gae sebagai Raja Goguryeo dan mengambilalih Baekjae dan Goguryeo? Apa aku salah?

Dae Jangro menatapnya dengan tajam, si bangsawan Baekjae tak kuat dan menundukkan matanya.

Dae Jangro: Bujuk Raja Baekjae untuk menyerang Goguryeo! Beritahu dia untuk merebut kembali 10 benteng dan juga Gwanmiseong yang telah direbut dari Baekjae. Beritahu dia untuk datang dan menelan Goguryeo!

Bangsawan Baekjae: Itu tak akan mudah dilakukan.

Dae Jangro: Kenapa bisa?

Bangsawan Baekjae: Orang-orang yang sekarang menjaga 10 benteng dan Gwanmiseong dulunya adalah para prajurit Baekjae.

Sa Ryang: Itu juga yang kudengar. Dan bukan hanya itu, orang-orang itu bahkan lebih memilih untuk melayani Raja Goguryeo daripada Baekjae.

Kilas balik ke saat pasukan Goguryeo menyerang Benteng Sukhyun, di mana Joomochi menancapkan bendera ke atas dinding.

Sa Ryang: Para penduduk sama sekali tak diserang. Yang pertama mereka lakukan bahkan membuka gudang bahan makanan dan membagi-bagikannya. Juga, di antara mereka ada benteng-benteng yang membuka pintu gerbang mereka dan mengundang Raja Goguryeo untuk memasukinya. Jika mereka ditaklukkan oleh pasukan Baekjae, maka mereka pasti akan dianggap sebagai pemberontak dan dieksekusi. Oleh karena itu, bahkan para wanita nantinya pasti akan menjaga benteng-benteng itu.

Bangsawan Baekjae: Dan Raja Ashin lebih cerdas dari yang selama ini orang yakini. Dan meskipun aku mencoba untuk …

Dae Jangro dipenuhi rasa amarah sehingga menimbulkan angin yang membuat si bangsawan Baekjae dan Sa Ryang segera berlutut …

Dae Jangro: (nada marah) Apa alasannya kita tetap berada di pihak Raja Baekjae selama beratus-ratus tahun? (berhenti sejenak)  … Jika Raja Ashin ingin dihargtai oleh rakyatnya, dia harus melakukan sesuatu yang besar bagi negaranya! Dan tak ada yang lebih beasr daripada mengambil alih Gwanmiseong!

Bangsawan Baekjae: (menberi hormat) Aku akan mematuhinya!

Dae Jangro membalikan badannya dan memandang ke arah pegunungan di hadapannya.

Dae Jangro: Aku akan pergi ke Houyan [Yan Akhir]. Alasan mengapa Damdeok pergi ke Barat Laut dikarenakan ia pikir kalau Houyan mendukungnya.Kita tak dapat membiarkan itu terjadi.

* Kekaisaran Houyan [Yan Akhir] adalah salah satu dari enam belas kerajaan Tiongkok semasa Dinasti Jin Timur.

Bangsawan Baekjae: Apa sebenarnya yang kau takutkan?

Dae Jangro: Damdeok pikir kalau ia bisa mengendalikan seluruh Khitan. Dan jika ia bisa mengambil kembali pasukan Ho-gae yang berjumlah 40 ribu, ia tak akan lagi berada di dalam genggamanku … Sa Ryang!

Sa Ryang: (berdiri) Ya!

Dae Jangro: Kau akan tetap bersama dengan K-ha nim.

Sa Ryang: Baik, tetua.

Dae Jangro: Ada sesuatu yang harus kau lakukan saat kau bersama dengan Ki-ha nim.

———

Markas Rahasia Hwacheon

Ki-ha ternyata telah ditempatkan pada sebuah ruangan setelah ia pingsan di gua. Kelihatannya ini hasil kerja Sa Ryang. Ki-ha  membuka matanya, terbangun waspada saat mendengar suara langkah kaki yang menuju ke kamarnya. Sa Ryang masuk membawakan nampan berisi makanan kecil dan teko teh.tapi tak menemukan Ki-ha di kamarnya. Sa Ryang heran tapi tak berpikir aneh-aneh, ia menaruh nampan yang dibawanya di atas meja ditengah kamar lalu beranjak pergi keluar ruangan, tapi tiba-tiba seseorang menghadang dan mengancamnya sebelum ia keluar, ternyata Ki-ha.

Ki-ha: Apa yang sedang kau lakukan?

Sa Ryang: Aku membuatkan bubur untukmu.

Ki-ha: Di mana tetua monster itu berada?

Sa Ryang: Dia telah berangkat menuju ke Houyan dengan orang-orangnya.

Ki-ha: Mengapa kau tidak pergi bersamanya? Apakah kau pikir aku tidak sanggup membunuhmu? Kau telah membunuh orangtuaku dan menculikku …!

Sa Ryang: (memotong) Sangat mudah bagimu jika ingin membunuhku demi membalas dendam. Aku akan memberikan nyawaku kapanpun kau mau.

Ki-ha menatap Sa Ryang kemudian menarik kembali pisau yang mengancam leher Sa Ryang dan menuju ke meja, berdiri disanaberpikir.

Sa Ryang: Apakah kau akan kembali ke Cheonji Shindang? Tapi aku rasa Cheonji Shindang sudah tidak aman lagi bagimu. Seperti yang telah kau tahu kalau Yeon Garyeo telah mengkhianati Hwacheon. Dia mungkin akan berusaha membunuhmu juga …

Ki-ha: (memotong) Apa yang diperintahkan oleh monster itu padamu? Dia pasti telah memberikan perintah padamu ketika ia memintamu untuk tetap bersamaku. Beritahu aku apa yang diinginkan oleh monster itu untuk kau lakukan?

Sa Ryang: (menghampiri Ki-ha) Ia memberitahuku untuk menunggu di sini sampai Tuan Ho-gae kembali. Sangat berbahaya bagimu tetap tinggal di sini tanpa perlindungan Hwacheon ….

Ki-ha: Dan ?

Sa Ryang: Dia ingin aku untuk menemukan Simbol Dewa keempat bersama dengan Tuan Ho-gae. Simbol Baekho …

Ki-ha: (suara tergetar, teringat pengalamannya sebelum ini) Tetua telah hidup terlalu lama. Ia telah melupakan bagaimana pikiran manusia biasa. (duduk, dengan suara pelan dan berharap) Apa kau pikir dia (Soojinee) masih hidup? Adikku … dia mengeluarkan banyak darah waktu itu …

Sa Ryang diam tapi hatinya bersimpati pada Ki-ha ..

Ki-ha: Sa Ryang ..

Sa Ryabg: Ya .. ?

Ki-ha: Kau telah merawatku sejak aku masih kecil. Seperti seorang ayah …  seperti seorang kakak … Dia tak bisa mati. Dia tak bisa dibunuh … Kekuatannya sungguh tak terbayangkan. Jika aku memintmu untuk mengkhianatinya, akankah itu tidak adil bagimu?

Ki-ha menatap pada Sa Ryang yang menundukkan matanya seebentar untuk berpikir lalu menatap kembali pada Ki-ha …

Cheoro menunggu di jembatan sejak pagi hingga siang, beberapa orang bertanya padanya, apakah ia sedang menunggu seseorang tapi Cheoro hanya diam saja sehingga semua orang akhirnya tak menghiraukannya, menganggapnya sebagai orang yang aneh … Cheoro menunggu terus sampai hati berganti senja dan kemudian berganti malam … Cheoro tetap menunggu di atas jembatan …

Khitan

Damdeok mengambil tongkat obor dan menyalakannya kemudian maju ke depan tumpukan kayu, tempat di mana mayat-mayat telah dikumpulkan dan sekarang akan dibakar.

Damdeok mengulurkan obornya ke balik kayu dan api segera membakar kayu, perlahan-lahan semakin membara … Damdeok mengawasi sebenter kemudian kembali ke tempatnya.

Hyon-go: (mengagumi) Singguh bagus cara terbakarnya …

Damdeok: Kau pikir begitu? Kayu-kayu ini cukup kering.

Hyon-go: Itu benar. Semua orang-orang Khitan pasti akan dapat melihat kita dari kejauhan.

Jenderal Kho: Yang Mulia, kita ada di tempat yang terang sementara mereka ada di tempat gelap. Kumohon berikan perintah pada kami sehingga kami dapat menggerakkan pasukan untuk membuat pertahanan.

Damdeok: Itu akan terlihat janggal, bukankah demikian? Prosesi pemakaman dengan senjata terhunus …

Damdeok kemudian pergi dengan senyuman kecil …

Huk-gae merasa rasa kesalnya bertumpuk-tumpuk dan tak bisa menahannya sehingga berteriak sambil menepuk dadanya ^^ Dalgoo mencoba menghibur ayahnya namun justru diteriaki ^^

Para penunggang kuda yang tadi siang mengintai pasukan Raja, sekarang kembali lagi dan dengan jelas melihat semua yang dilakukan oleh para prajurit, yakni melakukan prosesi pemakaman bagi orang-orang Khitan yang terbunuh.

Di tenda orang-orang Geomool

Seroang anggota dari Geomool masih terjaga dan sedang menulis ..

Hyeondong: Pasukan Raja bergerak dengan perlahan-lahan. Pasukan ini adalah pasukan yang berbeda dengan pasukan saat menyerang Baekjae. Raja mengurus semua mayat-mayat dahulu dan kemudian mengumpulkan hewan-hewan ternak. Dia makan santapan yang sama dengan prajurit lainnya dan minum jenis anggur yang sama. Dan masih Raja tidak dapat tidur saat malam hari. Meskipun orang-orang terdekatnya memohon agar ia tidur, penyakit susah tidurnya semakin memburuk setelah ia meninggalkan Gooknaeseong.

Damdeok sedang membaca sebuah buku diterangi cahaya lilin … tapi Damdeok tak bisa berkonsentrasi, pikirannya penuh dengan persoalan … dan satu persoalan yang selalu mengusiknya adalah Soojinee … Soojinee yang sebelum ini menemuinya dengan berpakaian indah …

Soojinee: Yang Mulia, punggungmu berbau sungguh enak … kau tidak tahu itu, bukan?

Damdeok melihat Soojinee tak dapat menahan tangisnya sehingga terburu-buru keluar sebelum pertahanannya ambrol …

Damdeok membuka matanya dan menghela napas … ia kemudian melihat botol parfum yang ia letakkan di atas meja bacanya dan mengambilnya lalu mengamatinya …

Baru sekarang ia merasakan sesuatu yang selama ini tak pernah ia rasakan: kerinduan terhadap sosok Soojinee. Soojinee yang ceria yang selalu mengikutinya kemanapun ia pergi. Soojinee  yang mabuk dan cerewetnya minta ampun. Soojinee yang manja dan juga tak kenal takut … Soojinee yang ini .. Soojinee yang itu .. Hanya ada satu Soojinee di dunia ini dan itu adalah Soojinee nya … tapi di manakah kini ia berada ? Damdeok menaruh kembali botol parfum itu ke atas meja dan berusaha berkonsentrasi membaca buku di hadapannya.

Keesokan paginya …

Para prajurit sedang bersiap-siap makan sambil bergosip ria … biasa mengenai isteri dan anak-anak mereka, Damdeok datang membawa semangkuk nasi bagiannya, menimbrung dalam pembicaraan para prajurit itu. Para prajurit segera berdiri memberikan penghormatan. Damdeok menyuruh mereka duduk kemdian dengan santai bercakap-cakap  dan menghibur mereka dengan mengatakan kalau misi kali ini tidaklah terlalu lama jadi tak usah mencemaskan isteri mereka. Para prajurit tersipu malu. Mereka lalu makan bersama-sama. Damdeok merasakan kalau makanan mereka hari ini lebih asin dari biasanya. Para prajurit membenarkan. Seorang prajurit memberitahu sejak Kepala Penata Logistik, Dalbee menghilang, makanan mereka rasanya lebih buruk. Damdeok tampak berpikir .. Jenderal Kho datang dan semua orang, kecuali Damdeok, segera berdiri memberi hormat.

Jenderal Kho: Yang Mulia, kami telah mengirimkan para pengintai keluar. Kami membuat tujuh tim yang menuju ke tujuh arah berbeda dan meminta mereka untuk kembali melapor sebelum tengah hari.

Damdeok: Baguslah! (melihat ke mangkuknya) Ah .. apakah kau sudah mencoba ini? Aku rasa kita menyia-nyiakan garam yang berharga.

Jenderal Kho: Aku akan segera memberitahu mereka.

Damdeok: (pada semua orang) Ayo kita makan!

Semua orang segera duduk kembali dan melanjutkan makan mereka dengan lahap. Damdoek sangat senang melihatnya. Jenderal Kho sendiri tersenyum melihat Rajanya bergaul rapat dengan para prajurit.

Seorang wanita berjalan sendirian dan tampak lesu. Salah satu tim pengintai dari Pasukan Raja melihatnya dan menghampirinya. Ketua tim itu segera turun dan berusaha membantu wanita Khitan itu, tapi tiba-tiba wanita itu mengeluarkan pisaunya dan menebas leher si ketua tim, membuatnya tewas seketika.Paraprajurit yang lain terkejut dan segera bersiap dan menghunus senjata mereka tapi banyak orang muncul mengepung pasukan itu. Pasukan pengintai itu dibabat habis oleh Suku khitan.

Perkemahan Raja

Tirai tenda dibuka, seorang prajurit yang terluka parah dengan anak panah di punggungnya masuk ke dalam.

Huk-gae: (bangkit berdiri) Ada apa?

Prajurit: Aku  … membawakan laporan pada Raja … !

Damdeok segera menghampiri orang itu yang tiba-tiba terjatuh, Damdoek segera menahannya.

Damdeok: Dalgoo segera bawa kemari tabib!

Dalgoo: Baik, Yang Mulia (bergegas pergi)

Prajurit: (terbata-bata) Kami .. diserang di bagian selatan oleh orang-orang Khitan. (mengeluarkan bukti semacam kain) Ini dia …

Damdeok: Di mana yang lainnya?

Prajurit: Aku adalah satu-satunya yang masih .. hidup .. (menahan sakit)

Dalgoo tiba dengan Hyeonjang dan orang-orang Geomool lainnya, segera memapah prajurit yang terluka itu ke tenda perawatan.

Damdeok: Beritahukan pada semua orang untuk meningkatkan kewaspadaan mereka. Lakukan dengan diam-diam!

Para Pengawal: (memberi hormat) Baik, Yang Mulia! (mereka pergi)

Damdeok: (menoleh pada Huk-gae) Jenderal ..

Huk-gae: Ya, Yang Mulia!

Damdeok: (menyerahkan kain bukti) Apa kau mengenali ini?

Huk-gae: (menerima dan mengamatinya sebentar) Ini  dari Suku Kidohari. Mereka adalah suku terbesar kedua di Khitan.

Damdeok: Bukankah Suku Kidohari dari Khitan Utara?

Huk-gae: (mengangguk) Ya, Yang Mulia.

Seorang prajurit masuk tenda, semuanya menoleh …

Jenderal Kho: (mengenalinya) Dia salah seorang dari pasukan pengintai ..

Prajurit: Orang-orang Khitan sedang berkumpul di persimpangan. Jumlah mereka sekitar 2 ribuan orang.

Damdeok: Apakah kau tahu dari suku mana saja mereka?

Prajurit: Kami terlalu jauh saat melihat mereka. Kami tak dapat mengenali suku-suku itu. Tapi yang pasti disanaada dua suku.

Si prajurit pengintai memberi hormat kemudian keluar.

Huk-gae: Kelihatannya para suku Khitan sedang berupaya menggabungkan kekuatan mereka. Mereka biasanya tak pernah melakukan hal itu, tapi kali ini mereka lakukan.

Hyon-go: Musuh-musuh kita sedang mendekat lebih cepat daripada yang kita harapkan. Mereka mungkin berpikir kalau mereka akan memiliki  kemungkinan menang lebih baik untuk mengalahkan Ho-gae jika mereka menggabungkan kekuatan mereka.

Damdek yang selama ini diam tampaknya sedang merencanakan sesuatu.

Damdeok: Guru!

Hyon-go: Ya, Yang Mulia.

Damdeok: Persiapkan apa yang telah kita bicarakan sebelumnya.

Hyon-go: Ah .. baik .. baik, Yang Mulia. (Hyon-go segera pergi)

Damdeok: Jenderal Huk!

Huk-gae: Ya Yang Mulia.

Dadmeok: (tegas) Kita akan pergi dan medapatkan kembali jenazah orang-orang kita yang telah tewas.

Jenderal Kho: (terkejut) Yang Mulia, musuh pasti akan bersiap menyergap kita.

Damdeok: Persiapkan 30 pembawa bendera dan lima pasukan yang sudah siap untuk bertempur.

Huk-gae: (bersemangat) Ya, Yang Mulia!

Huk-gae dan Dalgoo segera beranjak pergi, tapi Damdeok memanggilnya kembali ..

Damdoek: Jenderal Huk ..

Huk-gae: (berhenti dan menghampiri Raja kembali) Ya, Yang Mulia.

Damdoek: Jangan sekali-kali menggerakkan pasukan tanpa ada perintah dariku. (Huk-gae serba salah ^^) Mereka akan bergerak hanya jika aku memberintahkan mereka melakukannya. Apa kau mengerit?

Huk-gae: (dengan pandangan serius) Aku akan mematuhinya, Yang Mulia!

Damdeok: Kita akan keluar segera setelah kau siap.

Huk-gae: (berseru) Baik, Yang Mulia!

Huk-gae segera pergi melaksanakan perintah Rajanya.

Damdeok tersenyum geli melihat kepergian Huk-gae, kemudian ia teringat sesuatu dan segera melihat ke peta di atas meja, mulai merencanakan strategi yang akan ia gunakan melawan Suku Khitan tanpa menumpahkan darah terlalu banyak. Jenderal Kho menghampirinya …

Jenderal Kho: (nada curiga) Apakah kau akan berencana pergi sendiri?

Damedok: (sibuk dengan petanya) Aku memang merencanakannya.

Jenderal Kho: Apakah kau tidak mempercayai para prajuritmu sendiri?

Damdeok menghentikan kerjanya, kemudian menegakkan tubuhnya …

Damdeok: Tidak ada orang lain di sini, benar khan?

Jenderal Kho: (memandang ke sekeliling) Hanya aku satu-satunya yang ada di sini.

Damdeok: Aku bukannya tidak mempercayai para prajuritku. Justru aku tidak mempercayai diriku sendiri. Para penasehat,  jendral, dan para pengintai memberiku nasihat yang tak terhitung banyaknya .. Tapi semuanya itu tergantung dari keputusanku. Dan setiap kali akan melakukannya, aku dipenuhi dengan rasa takut. Bagaimana jika aku salah menilai .. ? Bagaimana jika aku salah memperkirakan… ? Bagaimana jika aku menjadi seorang yang keras kepala .. ?

Jenderal Kho: (memotong) Yang Mulia!

Damdeok: Aku bisa saja memimpin mereka ke arah kematian mereka sendiri.

Jenderal Kho: Yang Mulia … Maukah kau berbalik ke arah sini untuk sejenak?

Damdeok memutar badannya menghadap pada Jenderal Kho, yang menggunakan secarik kain untuk membersihkan darah prajurit yang terluka tadi dari atas baju perang Rajanya.

Jenderal Kho: Aku telah bertempur di banyak peperangan sejak aku berusia lima belas tahun. Ketika aku mendengar suara tanda peperangan, aku menjadi orang pertama yang terjun ke dalam medan pertempuran. Tapi yang benar adalah … aku dulu selalu takut akan kematian. Tapi kini … Tahukah kau ? .. Ketika aku mulai melayanimu, aku merasakan untuk pertama kalinya dalam hidupku bahwa aku tidak takut akan kematian yang selalu membayangiku. Orang-orangmu di luar sana… Perasaan mereka akan sama denganku: “Jika memang untuk dia, aku bersedia untuk menyerahkan hidupku.” Jadi … apa yang perlu kau lakukan hanyalah tetap bersama dengan kami.

Jenderal Kho tersenyum dan menatap Damdeok, yang balas tersenyum penuh kelegaan … Ia sungguh bersyukur  memiliki seorang Jenderal yang seperti ini …

[Andy: Wasem koq, Jenderal Kho ini memang pintar membuat orang terharu ya ^^ tak terasa air mata menetes … ]

————————

Gooknaeseong

Yeon Garyeo di Aula Besar Istana memandang pada kursi takhta …

Tiba-tiba …

Gam Dong: (muncul mendadak) Tahukah kau?

Yeon Garyeo terperanjat … tapi ia melihat kalau itu Gam Dong yang menghampiri dan memberi hormat pada dirinya.

Gam Dong: Bahkan sejak Yang Mulia menjadi Raja, ia tak pernah duduk di atas kursi takhta itu dengan nyaman.

Yeon Garyeo: Benarkah itu?

Gam Dong: Aku dulu pernah bertanya mengapa? Dia memberitahuku itu dikarenakan kalau ia belum menyelesaikan pe er yang diberikan padanya oleh raja-raja sebelum dirinya. Karena itu, kursi itu belum menjadi kursi miliknya.

Yeon Garyeo memandang kembali ke arah kursi takhta … mengingat …

Damdeok dan Yeon Garyoe ada di Aula Besar Istana, Damdeok berada di hadapannya berdiri di depan kursi takhta …

Damdeok: (mengulurkan segel Perdana Menteri) Ambillah …

Yeon Garyeo mengambil segel Perdana Menteri, Damdeok lalu duduk di depan kusri takhta.

Damdeok: Aku mengambilnya kembali demi dirimu. Jadi ambillah itu.

Yeon Garyeo: (terkejut dan tak menyangka) Apakah ini artinya kalau kau masih mengijinkan diriku untuk menjadi Perdana Menteri kembali?

Damdeok: Aku rasa kalau aku tak akan di Gooknaeseong dalam jangka watku yang lama.Saat aku tak ada di sini, kuminta kau mengurus masalah-masalah negara.

Yeon Garyeo: Apakah kau mau bilang kalau kau akan memberikan padaku kewenangan dan tanggungjawab atas semuanya?

Damdeok: (tersenyum sabar) Aku rasa aku sudah melakukannya. Aku harus pergi untuk melakukan ekspedisi.Paraprajuritku sedang menunggu diriku. (Damdeok bangun berdiri)

Yeon Garyeo: (masih kurang percaya) Apakah kau mau bilang kalau aku punya kekuasaan penuh atas semua istana, benteng, dan desa di seluruh Goguryeo?

Damdeok: (baru teringat) Ah jangan lupa dengan 11 benteng dan 120 desa dari Baekjae, urus mereka jug, karena Baekjae mungkin menginginkan semuanya itu kembali, jadi pastikan untuk mengirimkan pasukan bantuan sesekali waktu.

Yeon Garyeo: (dengan nada bertanya) Yang Mulia. Aku yakin kalau aku pernah memberitahumu ini: “Jika aku harus memilih antara dirimu dan anakku, aku sepertinya akan lebih memilih anakku.”

Damdeok: (nada tenang)  Jika waktu itu tiba, lakukanlah demikian. (Yeon Garyeo terpana, Damdeok menghampirinya) Tapi untuk sekarang, negeri ini membutuhkan dirimu, Tuan Yeon. Kau jauh lebih baik dan berpengalaman daripada diriku dalam berpolitik. Dan aku tahu kalau kau adalah orang yang setia terhadap Goguryeo. Jadi apa yang harus kukhawatirkan? (Yeon Garyeo tak bisa berkata-kata) Tuan Yeon, tahukah kau apa artinya Jyooshin?

Yeon Garyeo: Apa kau berkata Jyooshin?

Damdeok: Wilayah di mana kita, orang-orang Baedal, berdiam. Itulah Jyooshin. Jika kita ingin mengambil kembali semua wilayah itu, maka aku masih harus melakukan perjalanan yang cukup panjang. Kau harus membantuku untuk mengurus segala sesuatunya di tempat ini, Tuan Yeon.

Yeon Garyeo termenung … dan ia kembali ke masa kini …

Gam Dong: Yang Mulia telah memintaku untuk pertama-tama memperkenalkanmu kepada para ahli sejarah dan ahli siasat.

Yeon Garyeo: (terkejut) Ahli sejarah dan ahli siasat?

Gam Dong: Itu adalah posisi-posisi baru yang dibuat oleh Yang Mulia. Ia mengangkat para ahli sejarah karena ia merasa kalau mencatat sejarah sangatlah penting bagi negara kita. Dan ia mengangkat para ahli siasat untuk mengurus masalah militer. Maukah kau pergi bersamaku sekarang untuk bertemu mereka?

Gam Dong mengajak Yeon Garyeo untuk memeriksa dan melihat kegiatan di ruangan penelitian Geomool. Disanaia sangat terperanjat melihat begitu banyak orang dan  semuanya tampak bekerja dengan sungguh-sungguh. Semua sudah diatur dengan begitu sistematis, orang-orang itu tahu tanggungjawab dan peranan mereka masing-masing.

Yeon Garyeo kemudian bertemu dengan Hyeonjang di dekat peta besar.

Hyeonjang: Kami sekarang sedang mempersiapkan hadiah-hadiah bagi Houyan. (menunjuk ke suatu tempat pada peta) Baekjae sekarang adalah kekhawatiran terbesar dari Yang Mulia dalam perjalanannya ke Khitan. Pertahanan dari ke sepuluh benteng Baekjae dan juga Gwanmiseong masih belum sepenuhnya pulih. Karena itu, ia meminta kami untuk memberikan perhatian khusus dengan hubungan diplomatik kita dengan Houyan.

Yeon Garyeo mendengarkan semua ini sambil termenung …

Gam Dong kemudian mengajaknya untuk berkeliling kembali …

Gam Dong: Ini adalah catatan laporan-laporan berdasarkan penyelidikan dalam hubungan perdagangan kita denganGaya. (berjalan ke meja lain) Dan disanaadalah catatan laporan-laporan atas hubungan diplomatik antaraGayadan Baekjae.

Yeon Garyeo: Apa kau mau bilang kalau ini semua adalah Yang Mulia yang telah memerintahkan untuk mencatat semua laporan-laporan ini?

Gam Dong: Benar. Kami mengirimkan sebuah laporan padanya setiap tiga hari dan menerima perintahnya untuk tugas kami berikutnya.

Hyeonjang: (menghampiri) Untungnya, orang-orang Geomoool kami punya sistem kurir yang sangat cepat.

Yeon Garyeo tiba-tiba pergi, Gam Dong dan Hyeonjang heran …. Gam Dong membuka jendela dan melihat kalau Yeon Garyeo sedang ada di luar .. berjalan gontai dan bertumpu pada pagar … ia memandang ke sekelilingnya …

Apa yang telah ia lakukan? Apa yang ia perbuat terhadap negeri ini? Orang yang selama ini ia anggap remeh .. orang yang selama ini menjadi musuh keluarganya … orang yang selama ini ia kira haus kekuasaan … orang yang selama ini tak bisa ia mengerti … adalah orang yang penuh kepercayaan terhadap dirinya, bahkan memiliki rencana demi pengembangan negeri ini menjadi yang lebih baik … sesuatu yang selama ini ia lewatkan karena ia hanya memikirkan bagaimana caranya membuat anaknya menjadi seorang Raja. Ia kalah … ia sungguh-sunngguh merasa terkalahkan sepenuhnya … ambisinya sudah padam. Goguryeo layak mendapatkan raja ini, Raja Jyooshin yang akan memperluas dan mengembangkan wilayah Goguryeo sampai mendapatkan kembali wilayah Jyooshin.

Perkemahan Ho-gae, Khitan

Pembawa pesan kilat datang … dan menyerahkan gulungan pesan pada seorang prajurit, mengatakan kalau itu adalah pesan mendesak dari Tuan Yeon, dan harus memberikannya pada Komandan.

Yeon Ho-gae berjalan masuk ke dalam tenda utama, di mana semua jenderal telah berkumpul …

Ho-gae: (pada semua orang) Ayahku, sang Perdana Menteri, menulis surat yang isinya berikut ini, ia bertanya apakah kita mengetahui apa niat yang akan dilakukan oleh Yang Mulia saat ia tiba di sini dengan pasukannya? (membuka surat dan menunjukkan pada semua orang) Ia mengatakan kaalu Yang Mulia sedang berusaha menjual kita pada penawar tertinggi.

Jenderal Obool: Apa maksudmu? Itu tidak mungkin!

Ho-gae: Ia berencana untuk bersekutu dengan Khitan dan menyerang kita, yang dianggap sebagai pemberontak.

Semua Jenderal sangat marah mendengarnya …

Jenderal Obool: Bagaimana ia bisa menuduh kita menjadi pemberontak?

Jenderal C: Apakah kita hanya akan duduk di sini dan diserang?

Ho-gae: (membanting surat itu dan berteriak) Inilah Raja kita! (semua orang terdiam mendengarkannya)  Hanya karena ia ingin kemenangan pribadi atas diriku, ia akan mengorbankan 40 ribu prajuritnya sendiri dan menganggap mereka sebagai pemberontak dan bersekutu dengan musuh. Inilah Raja kita!

Ilsuh: (merasa tak percaya) Ini tidak mungkin terjadi!

Cheok-hwan: Aku tak bisa percaya ini …

Jenderal Obool:  (menggebrak meja) Tak ada lagi yang perlu dipikirkan! Dia sudah membuang kita.

Jenderal B: tapi kita tak dapat menyerang balik! Bagaimana dengan keluarga kita di rumah?

Jenderal Obool: Kita tak punya pilihan lain lagi. Kita sudah dicap sebagai pengkhianat.

Ho-gae: (memandang pada semua orang) Aku, Ho-gae, Komandan kalian semua menyatakan ini di hadapan kalian semua. Mulai saat ini dan kedepannya nanti, orang-orang kita tak lagi berperang bagi Raja yang tidak dapat membedakan antara kawan dan lawan!  Mulai saat ini, siapapun yang berhubungan dengan pasukan Raja atau mendengarkan desas-desus liar dan menyebabkan perpecahan akan dieksekusi di tempat …  (berseru) Jenderal! (Semua Jenderal segera berdiri ) Apakah kalian semua mendengar perkataanku?

Semua: Ya, Komandan!

Perkemahan Pasukan Raja

Damdeok keluar dari tenda diiringi Jenderal Kho …

Damdeok: Karena ada banyak suku di satu tempat, maka pasti akan kacau dan suasana tegang karena terjadi gesekan antara mereka. Beberapa orang yang bodoh mungkin keluar dan menyerang kita di sini.

Jenderal Kho: Jangan cemaskan kami, Yang Mulia. Kumohon kau menjaga dirimu baik-baik dalam perjalananmu.

Damdeok: Aku sungguh berharap kalau Joomochi ada di sini …

Dalgoo: (menghampiri dan memberi hormat) Pasukan sudah siap, Yang Mulia.

Damdeok: (tertawa melihatnya) Akankah kita pergi untuk bermain-main sedikit?

Dalgoo: (tak paham) Huh?

Jenderal Kho: Kami akan menunggumu kembali, Yang Mulia.

Damdeok: (menepuk pundak Dalgoo) Ayo kita berangkat!

Dalgoo: Bermain-main sedikit? (senang dan segera menyusul Damdeok)

Jenderal Kho mengawasi mereka dari tempatnya, mendoakan keselamatan mereka semua …

Di tempat pasukan pengintai disergap

Beberapa orang prajurit sedang mencari dan mengangkuti mayat-mayat rekan-rekan mereka yang tergeletak di tanah ke atas gerobak.

Tiba-tiba ..

Panah-panah melesat dan mengenai beberapa orang prajurit ..

Pimpinan Pasukan Raja berseru kepada para prajuritnya dan mereka segera membentuk formasi untuk menangkis serangan panah.

Bendera ditegakkan, orang-orang suku Khitan dipimpin seorang gagah berkuda, diiringi para pengawal berkuda, menyerbu pasukan Raja dan mengepung mereka. Tapi belum sampai mereka bergerak menyerang, Pasukan Raja lebih banyak lagi datang dan mengepung orang-orang Khitan itu. Semua orang suku Khitan tampat terkejut dan gelisah … Orang gagah itu adalah Dutai, orang yang selama ini mengintai pasukan Raja. Ia tampak tenang mengawasi ke sekelilingnya … merasa kalau Pasukan Raja ini tak berniat buruk pada mereka … Pasukan Raja membuka jalan dan Damdeok, diiringi Huk-gae dan Dalgoo, menghela kudanya maju ke depan.

Huk-gae: (berseru) Ini adalah Raja Goguryeo, orang-orang Georan, tunjukkan rasa hormatmu padanya!

Damdeok: (maju sedikit) Apakah kalian orang-orang dari Suku Kidohari?

Dutai: Kami adalah Suku Pertama dari Langit Utara, Kidohari!

Damdeok: Aku telah mendengar kalau Attila, Khan dari Khitan juga telah berada di sini.

Dutai terkejut mengetahui kalau Raja Goguryeo mengenal nama Khan mereka ..

Dua orang prajurit membawa sebuah kotak dan mengantarkannya ke pihak Suku Kidohari, di hadapan Dutai.

Damdeok: Ini adalah hadiahku untuk Atilla. (Dalgoo memberikan tabung bambu pada Damdeok, yang menerimanya) Dan di dalam ini terdapat pesanku untuk Atilla. (Damdeok melemparkannya pada Dutai, yang langsung menangkapnya) Sampaikan itu padanya.

Damdeok menghela kudanya untuk berbalik pergi dari tempat itu, diikuti Dalgoo. Huk-gae masih di tempatnya dan berseru pada orang-orang Khitan …

Huk-gae: Nyawa para prajurit Goguryeo yang telah kau ambil … seharusnya dibayar beratus-ratus kali lipat! Tapi Raja kami begitu pengampun dan telah menyelamatkan nyawa kalian semua! Yang Mulia mengetahui semuanya mengenai Khitan, termasuk di mana kambing-kambingmu merumput! (nada serius) Jika kau menerima sebuah laporan, pastikan kalau itu akurat! Orang-orang yang melayani Yang Mulia adalah Pasukan Gaema Jyooshin yang ditakuti banyak orang! (Pada para prajuritnya) Biarkan orang-orang ini lewat!

Huk-gae membalikkan kudanya dan pergi, meninggalkan Dutai yang tampak masih tak memahami apa yang sebenarnya barusan terjadi …

Kediaman Yeon

Malam hari ..

Ki-ha dan Sa Ryang mendatangi kediaman Yeon ..

Yeon Garyeo: Pendeta Tinggi dijaga bukan oleh para pendeta wanita tapi oleh seorang pria yang wataknya jahat?

Ki-ha: Mesikipun banyak hal yang harus kita bicarakan satu sama lain, marilah sekarang melupakan semua itu dan langsung pada tujuanku kemari.

Yeon Garyeo: Baiklah … (menyeret kursi untuk Ki-ha agar ia duduk) Mari kita lakukan seperti itu.

Ki-ha: (duduk) Tetua Hwacheon telah pergi ke Houyan.

Yeon Garyeo: Orang-orangku dan Pasukan Pengawal Raja telah menncarinya ke seluruh Gooknaeseong tapi tak menemukan jejaknya. (menuangkan teh ke cawan-cawan) Organisasi ini …

Ki-ha: (memotong) Organisasi ini … aku berencana untuk mengambil alihnya. (Yeon dan Sa Ryang tampak terkejut) Aku rasa kalau kau tak mengetahui macam apa organisasi Hwacheon ini? (menoleh pada Sa Ryang)

Sa Ryang mengeluarkan satu gulungan dan memberikannya pada Yeon Garyeo. Yeon Garyeo menerima dan membukanya ..

Ki-ha: Itu adalah organisasi yang telah ada sejak ribuan tahun lalu. Markas besarnya ada di Abullansa, yang terhubung ke semuanya dan dianggap sebagai jantung dari jaringan laba-laba Hwacheon.

Yeon Garyeo: (membaca) Maksudmu kalau Hwacheon mengendalikan Bukwi, Jeonul, Houjin [Jin Akhir], danGaya?

Ki-ha: Benar dan bahkan terus berlanjut sampai hari ini. Bukankah kau dulunya juga berada dalam kendali Hwacheon? Tapi … aku berbeda ..

Yeon Garyeo: (menutup gulungan) Berbeda? (menyerahkan gulungan itu kembali pada Sa Ryang)

Ki-ha: Tetua ingin memiliki kekuatan Langit. Tapi aku hanya ingin negara Jyooshin yang dibentuk oleh rakyat bersama-sama dengan Tuan Ho-gae.

Yeon Garyeo: (duduk) Mengapa kau mengatakan ini padaku? Jika kau seorang Pendeta Tinggi yang menghina Langit, aku, Yeon Garyeo … memiliki kekuasaan untuk menyingkirkanmudari posisimu yang sekarang. (meminum tehnya)

Ki-ha: Tapi untuk melakukan hal itu … Aku pertama-tama harus mengambil kembali Simbol Dewa yang dulu menjadi milikku. Dan satu lagi … aku berencana untuk memberikan Simbol Baekho pada Tuan Ho-gae. (Yeon Garyeo tak mengerti apa jalan pikiran Ki-ha) Maukah kau membantuku?

Sementara itu ..

Cheoro masih duduk di atas jembatan menutup matanya … sudah berhari-hari ia di sana menunggu siang dan malam … Dua orang anak kecil menghampirinya. Cheoro membuka mata dan menatap keduanya, yang langsung lari ketakutan.

Kedua anak itu terus berlari dan menengok ke belakang, tapi tiba-tiba Cheoro menghadang mereka, membuat keduanya terperanjat ketakutan.

Kediaman Yeon

Ki-ha berjalan menuju ke halaman luar, diiringi oleh Yeon Garyeo yang mengantarkannya.

Ki-ha: Aku tidak mengharapkan sebuah jawaban secepatnya, tapi aku tak bisa menunggu untuk jangka waktu yang lama.

Yeon Garyeo: Ijinkan aku bertanya satu hal sebelum meberikan jawaban terhadapmu. (Keduanya berhenti di halaman) Anakku .. Ho-gae .. Siapa dia bagimu?

Ki-ha tak menjawabnya, merasa ragu-ragu sejenak tapi kemudian menundukkan kepalanya ke arah perutnya, tangannya membuka sedikit jubah menunjukkan siluet perutnya yang membesar. Yeon terkejut … ia menatap pada Ki-ha.

Ki-ha: Apakah ini jawaban yang cukup bagimu?

Ki-ha meninggalkan Yeon, yang terlihat shock sepeninggalnya Ki-ha.

Pada titik inilah pendirian Yeon goyah kembali …

Kembali ke jalanan …

Dua orang anak jalanan memimpin Cheoro melalui lorong-lorong gelap …

Anak 1: Orang-orang membicarakan kalau seorang pria muda sedang menunggu Soojinee di atas jembatan. Tapi .. kau benar-benar teman Soojinee, khan?

Anak 2: (menyentak temannya) Dia sudah mengatakan padamu untuk tidak membicarakannya!

Anak 1: Tidak apa-apa. Lagipula dia akan mati juga …

Anak 2: Tapi dia memberitahu kita untuk tidak mengatakan apapun!

Anak 1: Aku sudah katakan padamu kalau itu tidak apa-apa!

Kedua anak itu memimpin Cheoro ke sebuah gubuk dan masuk ke dalamnya ..

Anak 1: (menunjuk) Ahjussi, dia ada disana.

Cheoro melihat ke arah yang ditunjuk si anak dan menemukan Soojinee berbaring di tanah, tak sadarkan diri, sebuah botol minuman ada di tangannya … Cheoro sangat lega dan segera menghampiri Soojinee. Kedua anak itu mengikutinya …

Anak 1: Apakah dia masih hidup? Dia sudah tertidur seperti itu selama beberapa hari. Dia bahkan tidak bangun saat kami menggoyang-goyangkan tubuhnya!

Cheoro memapah Soojinee bangun dan menggendongnya, Soojinee tampak diam saja tak bereaksi ….

Anak 2: Kau yakin kalau dia tidak mati?

Cheoro memandang Soojinee dengan penuh kesedihan …

Paginya …

Cheoro membawa Soojinee ke seorang tabib ..

Tabib: (memeriksa nadi tangan) Aku tak dapat menemukan penyebabnya. Ia tampaknya menutup dirinya sendiri. Nadinya sangat lemah sehingga aku tidak bisa membacanya. Dia bernapas jarang-jarang. (bangun berdiri) Aku rasa dia tak akan bertahan hidup lebih lama lagi. Maaf, aku tak dapat melakukan apapun untuknya.

Cheoro memandang pada Soojinee yang terbaring di pembaringan …

Beberapa waktu kemudian …

Cheoro membawa Soojinee ke hutan, membaringkannya di tanah beralaskan bunga-bunga dan menempatkan kepala Soojinee di pahanya.

Cheoro sendiri termenung mengingat masa kehidupan Soojinee sebelumnya, saat ia menjadi Sae-oh. Cheoro melihatnya melalui pandangan Chung Ryong.

Cheoro menatap pada Soojinee yang berbaring lalu menempatkan tangan kirinya di atas kening Soojinee. Soojinee tampak tersenyum … Cheoro mengirimkan kenangan Chung Ryong pada Soojinee, tak sengaja itu justru membangkitkan ingatan Soojinee megenai kehidupan sebelumnya.

Soojinee memimpikan kehidupannya di masa lalu saat ia menjadi Sae-oh, saat ia berperang melawan Ka-jin, saat ia berusaha mengambil anaknya dari Ka-jin, dan ketika anaknya dibuang dari tebing. Lalu saat ia menjadi Joojak Hitam …  ingatannya bertumpuk … ia sadar dalam mimpinya itu sebagai Soojinee tapi juga sekaligus sebagai Sae-oh … Lalu … “Sae-ohku” bisik Hwan Woong, Hwan Woong menarik Busur Langit dan melepaskan Panah Langit ke jantung Sae-oh / Soojinee . Soojinee tiba-tiba membuka matanya dengan keringat dingin di tubuhnya …

Cheoro lega melihat Soojinee membuka matanya …. Soojinee merasakan silau dan menutupi matanya dengan tangan, masih merasakan efek dari mimpinya, lalu ia memejamkan mata kembali … Cheoro memandangnya …

Cheoro: Bangunlah …

Soojinee menoleh dan melihat pada Cheoro yang duduk di sebelahnya.

Cheoro: Dia .. dia memberitahuku untuk membawamu kembali padanya ..

Soojinee hanya memandangnya … matanya perlahan-lahan mulai terfokus ..

Perkemahan Raja, Khitan

Jenderal Kho keluar dari Tenda Utama, seorang prajurit menemuinya ..

Prajurit: Jenderal, orang-orang Khitan mendekat! Kelihatannya mereka terdiri dari  gabungan pasukan 4 suku. (ia pergi)

Jenderal Kho menemui orang-orang Khitan yang masuk ke perkemahan mereka.

Jenderal Kho: Aku, Jenderal Kho Woo Chong dari Pasukan Yang Mulia Raja.

Dutai: Aku Dutai dari Suku Kidohari!

Pria A: Aku dari Suku Karakitai!

Pria B: Aku dari Suku Jildus!

Pria C: Aku dari Suku Kulkustan!

Jenderal Kho: Aku mengucapkan selamat datang pada kalian semua. Aku akan mendengarkan apa yang ingin kalian sampaikan.

Damdeok: Aku sendiri yang akan mendengarkan mereka.

Damdeok keluar dari Tenda Utama diiringi Huk-gae, Dalgoo, dan Hyon-go, menghampiri utusan dari Khitan.

Damdeok: Aku dengar kalau Kepala Suku Karakitai telah mendapatkan cucu pertamanya. Kuminta sampaikan padanya ucapan selamat dariku.

Pria A: (memberi hormat) Aku akan menyampaikan pesanmu.

Damdeok: Aku, Raja Goguryeo, akan mendengarkan pesan dari Atilla, Khan yang baru dipilih dari Khitan.

Semua orang memberi hormat pada Damdeok.

Dutai: Kepala suku dari Kidohari, Karakitai, Jildus, dan Kulkustan, bersama-sama dengan Khan dari Khitan mengirimkan padamu pesan ini: “Tengah hari nanti, temuilah kami di tempat yang telah kami tentukan. Raja Goguryeo hanya boleh ditemani oleh tujuh orang dan tujuh kuda.”

Huk-gae: (tersinggung dan mau menghunuskan pedangnya) Beraninya kalian! Beraninya kalian memberikan kami syarat-syarat! (Damdeok hanya tersenyum) Hanya tujuh orang menemani Yang Mulia? Geeezzz … !!

Tiba-tiba …

Terdengar seruan seorang pria dari samping …semua orang menoleh

Joomochi: Salah satu dari ke tujuh orang itu … tentu saja aku, benar khan?

Damdeok dan Huk-gae menatap ke arah Joomochi, yang tampak sehat-sehat saja, dan juga si Mandeuk, yang muncul di belakang Joomochi, melambaikan tangannya ke arah Huk-gae ^^ lucu ^^ Huk-gae tersenyum senang dan membalas lambaian tangan Man-deuk … ahahaha ^^ Damdeok tertawa senang …

28 comments on “The Legend [Tae Wang Sa Shin Gi] – Episode 20

  1. Smangat y min.. Slesaikan dulu sinop the legend, cz bnyak penggemarny n now lg tayang di LBS TV..
    Ditunggu klanjutanya.. Cuma di sini yg sinop-ny di buat sama persis seperti dramanya, jd serasa nonton walau cuma baca sinopny.. Figthing min..

  2. Bgus cr nlis sinopsx, sampe terbawa suasana kl bca bisa nangs kl pas sdih n ketwa kl pas lucu,kayak nontn videox…smangt ya…
    Cpt dilanjutn ya…g sbr nih

  3. Jdwalnya padat ya ko.. Mudah2an semua keinginannya terlaksana n trimaksih bnget sinopnya ditrusin jg.. Slalu semangat ya!!

  4. iya di LBS tv,lg tayang the legend nya,masih episode 12 sih.tapi seru abis….
    lanjutin ya sampe final.SEMANGAT……^_^..

  5. tapi.kemaren koq bilang episode 23 nggak ada,nanti sinop yang 23 kosong y?,…
    aduhh,gak seru.kalo sampe ada yg kosong…mudah2an semua sinopnya selesai..
    buat yg nulis semangat.cuma disini ,ada sinop the legend..tempat laen gak ada…

  6. seneng deh dah ada yg episod 20…… lanjutannya kapan neh??? jgn lama2 ya…..
    smangat!! smangat!!!!!!

  7. wahhhhhhhhh, tambah seru….ko andy, lanjut donk…n gambarx juga ya. makasih ya udah ngobatin rasa penasaran kt2….smangat ko……..

  8. seru2… dicepetin dong lanjutannya… boleh request gak mas.. habis the legend … the kingdom of wind

  9. Makasih utk sinopsisnya,…
    I like this drama…..
    Di tunggu sinopsis selanjutnya… Semangat…!!!!
    (^o^)v

Jangan lupa meninggalkan jejakmu ...