The Kingdom Of The Winds – Episode 08

“Aku tidak akan pernah mati karena aku masih harus membalas dendam pada seseorang.” kata Muhyul penuh amarah.
“Pada siapa?” tanya Tak Rok.
“Raja Yuri.”
“Kenapa? Bukankah kau berasal dari Goguryeo?” tanya Tak Rok. “Kau ingin membunuh Rajamu sendiri?”
“Raja Yuri sudah membunuh orang yang membesarkan aku dan teman dekatku.” jawab Muhyul. “Raja Yuri bukan lagi rajaku.”
Tak Rok memerintahkan orang untuk membawa Muhyul keluar. Seorang anggota Bayangan Hitam mengatakan bahwa Muhyul berkata jujur.
Tak Rok berpikir.

Muhyul dibawa kembali ke penjara. Ia tertawa.
“Bagaimana bisa kau tertawa dalam kondisi seperti itu?” tanya Maro cemas. “Aku benar-benar berpikir kau akan mati di luar sana.”
“Aku masih harus melakukan sesuatu, bagaimana mungkin aku mati?” ujar Muhyul, tersenyum.

Sementara tawanan lain di penjara tidur, Muhyul hanya duduk diam. Hari itu, akhirnya ia tahu bahwa Yeon adalah putra Tak Rok dan mendapat kehormatan dari Dae So sebagai putri BuYeo.
Seorang tawanan memanggil Muhyul. “Kudengar kau berasal dari Goguryeo.” katanya, berbisik. “Benarkah?”
“Ada apa?” tanya Maro, bangkit dari tidurnya.
“Ayo melarikan diri. Aku juga bersalah dari Goguryeo. Jika kau membantuku, kita bisa melarikan diri dari sini.”
Muhyul diam, bertukar pandang dengan Ma Ro.

“Tolong!” seru Maro. “Dia kejang-kejang lagi!”
Ma Ro berlari dengan cemas ke arah Muyul.
Para penjaga masuk untuk melihat. Muhyul, Maro dan seorang tawanan memanfaatkan kesempatan itu untuk melumpuhkan penjaga dan kabur.

Mareka bertiga berhasil keluar dari markan Bayangan Hitam.
“Jika kita melewati Gunung Cheontae, kita bisa mencapai perbatasan Goguryeo.” kata tawanan.
“Kami tidak akan kembali ke Goguryeo.” ujar Muhyul. “Terima kasih atas bantuanmu, tapi kita akan berpisah jalan disini.”
“Tunggu!” seri tawanan. “Aku manyusup ke markas itu untuk menyelidiki Bayangan Hitam. Aku adalah mata-mata Goguryeo. Jika kita kembali ke Goguryeo dan melapor ke istana, maka Yang Mulia akan memberi kita hadiah. Ayo pergi bersama.”
Muhyul meldak marah. Ia menarik kerah baju tawanan dengan kasar. “Raja Yuri bukan lagi rajaku!” katanya. “Sebelum aku membunuhmu, lebih baik kau cepat enyah dari hadapanku!”
“Aku tidak bisa begitu saja melepaskan pengkhianatan pada Yang Mulia!” seru tawanan itu, menyerang Muhyul.
Muhyul dan tawanan itu berkelahi. Mulanya Muhyul kalah, namun dengan bantuan Maro, mereka berdua berhasil menang.

Muhyul memukuli tawanan itu habis-habisan.
“Berhenti!” teriak seseorang. Muhyul mendongak dan melihat para anggota Bayangan Hitam datang mengepung mereka.
“Bagus.” kata salah seorang bayangan hitam pada tawanan itu.
Tawanan itu bangkit dengan susah payah karena terluka parah. Rupanya semua itu hanyalah sandiwara untuk menguji Muhyul. Apakah Muhyul benar-benar membenci Yuri atau tidak.

Muhyul dan Maro dibawa kembali ke markas Bayangan Hitam dan diberi banyak makanan.
“Mereka akan memberi kita makanan sebelum membunuh kita?” tanya Maro pada Muhyul. “Sebelum meracuni kita, mereka ingin membuat kita gemuk.”
Tapi Muhyul tidak peduli. Demi bertahan hidup dan membalaskan dendam pada Yuri. Ia akan melakukan apa saja.
Muhyul makan dengan lahap. Maro masih ragu.
“Makan.” kata Muhyul. “Makan jika kau ingin hidup.”
Maro akhirnya makan mengikuti Muhyul.
“Setelah selesai makan, pakai ini.” ujar seorang wanita seraya membawa dua buah pakaian seragam Bayangan Hitam.

Muhyul dan Maro memakai seragam Bayangan Hitam. Ketika sedang berjalan menuju suatu tempat, Muhyul berpapasan dengan Yeon dan bertukar pandang dengannya.

Muhyul dan Maro dibawa menemui Tak Rok.
“Mulai saat ini, kalian akan dilatih untuk menjadi Bayangan Hitam.” kata Tak Rok pada mereka. “Proses menjadi Bayangan Hitam bukanlah lelucon. Jika kalian gagal menahan kesulitan saat pendidikan dan latihan, kami akan mengeluarkan kalian dan menguji racun lagi pada kalian.”
Muhyul dan Maro sangat terkejut.
Tak Rok menambahkan. “Jika kalian berharap bertahan hidup, jadilah Bayangan Hitam.”

Di istana Goguryeo, Yuri memanggil Seryu.
“Seryu…” Yuri hendak mengatakan sesuatu, namun ia terlihat sangar sedih dan ragu.
Seryu tersenyum. “Aku tahu alasanmu memanggilku.” katanya. “Aku akan mematuhimu, Ayah.”
“Terima kasih karena sudah memahamiku.” kata Yuri muram.

Seryu kembali ke kamarnya. Demi politik, Seryu harus menikahi salah seorang dari suku barbar, Gisan.
“Letak gisan ratusan li dari sini.” kata dayang Seryu cemas. “Dan kau tahu betapa kejam dan garangnya mereka.”
“Tinggalkan aku sendiri.” kata Seryu. Matanya berkaca-kaca, hampir menangis.

Sangga dan Bae Geuk berunding. Persekutuan antara Gisan dan Yuri bisa menyulitkan mereka.
“Kita masih punya pilihan lain.” kata Bae Geuk, memberi saran. “Bagaimana jika kita menikahkan Pangeran Yeojin dengan seorang putri dari klan Biryu? Tidak lama lagi, Pangeran Yeojin akan menjadi Putra Mahkota dan menduduki tahta Goguryeo. Dengan begitu, kita akan lebih mudah mengendalikan segala sesuatu.”

Maro dan Muhyul diperkenalkan sebagai anggota Bayangan Hitam. Muhyul dipasangkan dengan Dojin sebagai partner latihannya, sedangkan Maro dipasangkan dengan Maenggwang.

Di tengah malam buta saat para Bayangan Hitam tidur, terdengar suara lonceng.
“Bangun!” seru Dojin.
Mereka semua bangun. Muhyul terbangun dengan kaget.
Malam itu, para Bayangan Hitam akan melakukan latihan mereka. Latihan pertama adalah berlari. Mereka semua berlari siang malam tanpa berhenti dan beristirahat.

Akhirnya mereka berhenti berlari setelah tiba di sebuah puncak bukit.
“Ini baru permulaan.” kata Pemimpin. “Kalian harus kembali lagi ke markas dalam waktu 2 hari.”
Maro mendongak. “Apakah itu mungkin?” tanyanya, terangah-engah.
“Jika ada yang gagal, maka ia akan dikeluarkan.” kata Pemimpin. “Dengan kata lain, Muhyul dan Maro, kalian akan menjadi tawanan lagi. Kalian dan pasangan kalian akan dibunuh.”
Muhyul dan para Bayangan Hitam berlari lagi.

“Aku tidak sanggup lagi.” kata Maro. “Bunuh saja aku.”
“Bangun!” seru Maenggwang.
“Aku benar-benar tidak sanggup lagi..” rengek Maro.
Maenggwang mengeluarkan pedang dan mengarahkannya ke leher Maro. “Kau ingin mati disini bersamaku?!”
Maro menggeleng takut dan menangis.

Tepat hari kedua. Belum ada satu orang pun yang datang.
“Bagaimana mungkin mereka bisa kembali dari perjalanan 3 hari dalam waktu 2 hari?” tanya Yeon pada ayahnya.
“Itulah latihan untuk Bayangan Hitam.” ujar Tak Rok. “Mereka harus memiliki kemampuan fisik dan mental lebih dari orang biasa.”
“Aku melihat seseorang!” seru salah satu Bayangan Hitam.
Tak Rok dan Yeon melihat dua orang berjalan terseok-seok. Mereka adalah Muhyul dan Dojin. Dojin memapah Muhyul yang k
“Dojin dan Muhyul berhasil menyelesaikan tugas.” lapor Dojin.
“Bagus. Kalian boleh beristirahat.” kata pemimpin.

Tidak lama kemudian, para Bayangan Hitam yang lain juga tiba. Maenggwang menggendong Maro di punggungnya. Setelah sampai, Maenggwang menjatuhkan Maro ke tanah.

“Aku sudah bertahun-tahun menjalani latihan seperti ini.” kata Dojin seraya memapah Muhyul. “Tapi aku belum pernah menemukan orang baru sepertimu.”
“Apa aku perlu melakukan latihan ini lagi?” tanya Muhyul.
“Sekali setiap bulan.” jawab Dojin. “Kau akan segera terbiasa.”
Muhyul menjatuhkan dirinya di pasir dan berbaring disana. Dojin ikut berbaring di sampingnya.
Yeon berjalan mendekati mereka.

Setelah itu, para Bayangan Hitam belajar bahasa asing. Yeon yang mengajari mereka.

Lady Mi Yoo menemui Yuri dan terus mendesaknya mengangkat Yeojin sebagai Putra Mahkota.
“Sampai kapan kau akan hidup tanpa Putra Mahkota?” tanya Lady Mi Yoo. “Yang Mulia, mengangkat Putra Mahkota akan membuat pemerintahan kita stabil dan meningkatkan keberuntungan negara Goguryeo kita. Tapi kenapa kau…”
Yuri tidak menggubris Mi Yoo. Ia bangkit dari duduknya. “Ayo.” katanya pada Goo Chu.
“Ya, Yang Mulia.”
“Yang Mulia.” panggil Lady Mi Yoo.
“Aku akan mengumumkan Putra Mahkota jika waktunya sudah tepat.” kata Yuri. “Jadi jangan ungkit lagi.”
Itu membuat Mi Yoo sangat kesal. Ia berpaling pada Yeojin setelah Yuri pergi. “Apa yang kau lakukan?” tanyanya. “Kenapa kau tidak membujuk Yang Mulia?”
“Aku tidak punya keinginan untuk melakukannya.” jawab Yeojin tenang. “Ibu tidak tahu hari apa ini? Ini adalah hari kematian Kak Hae Myeong. Yang Mulia akan melakukan segalanya sesuai pertimbangan. Tolong jangan terburu-buru.”

Yuri dan rombongannya pergi untuk mendoakan Hae Myeong.
Di lain sisi, Lady Mi Yoo bertemu dengan Bae Geuk dan Sangga. Mereka membuat kesepakatan. Sangga dan Bae Geuk akan menolong Yeojin diangkat sebagai Putra Mahkota dan gantinya, Yeojin harus dinikahkan dengan seorang putri dari klan Biryu.

Yuri dan rombongannya pergi ke padang rumput tempat Hae Myeong tewas. Tanpa mereka ketahui tiga orang (Chu Bal So, Gwi Yoo dan Hye Ap) mengintai dan hendak menyerang mereka.
Gwi Yoo melepaskan anak panah ke arah Yuri, namun Tae Cheon melindunginya dan terkena panah itu.
Para pengintai menyerang rombongan Yuri. 3 lawan banyak
Goo Chu berhasil mengalahkan Hye Ap. Tae Cheon berhasil mengalahkan Chu Bal So dan menggunakannya sebagai tawanan. Gwi Yoo terpaksa menjatuhkan senjatanya.
“Apa lagi yang kalian tunggu?!” seru Tae Cheon pada prajuritnya. “Bunuh mereka semua!”
“Berhenti!” seru Yuri. Ia berjalan mendekati ketiga penyerang. “Siapa yang memerintahkan kalian?”

Ketiga penyerang diam.
“Yang Mulia bertanya padamu!” seru Goo Chu.
“Pangeran Hae Myeong yang mengirim kami.” jawab Hye Ap.
Yuri terkejut. Goo Chu membuka penutup wajah Hye Ap.
“Apakah kau Hye Ap?” tanya Yuri.
“Pangeran Hae Myeong mengirim kami untuk membalaskan dendamnya.” kata Hye Ap.

Hye Ap dan yang lainnya dibawa ke istana.
“Apa kalian benar-benar percaya bahwa Yang Mulia-lah yang mengirim Pangeran pada Raja Dae So?” tanya Goo Chu.
“Aku melihat Yang Mulia dibawa ke markas musuh oleh pasukan Goguryeo.” kata Gwi Yoo.
“Bagaimana bisa kalian salah paham pada Yang Mulia?!” seru Goo Chu.”Yang Mulia berusaha menghentikan Pangeran sampai saat terakhir!”
“Pangeran meninggal, tapi Yang Mulia masih hidup dan sehat.” kata Hye Ap. “Apa kau pikir aku akan percaya padamu?”
Goo Chu berjalan mendekati Hye Ap. Ia berkata penuh emosi kesedihan. “Kalian, orang-orang yang mengabdi pada Pangeran, tidak bisa memahami Pangeran! Demi melindungi ayahnya, Pangeran melanggar perintah dan mengorbankan hidupnya untuk negara ini!” Goo Chu berkata itu dengan mata berkaca-kaca.
“Jika itu memang benar, kenapa Yang Mulia berusaha membunuh kami?!” seru Gwi Yoo.
Goo Chu terkejut dan bingung. “Apa maksudmu?” tanyanya.
“Yang Mulia mengirim Pemimpin Jolbon, Baek Geuk untuk menangkap kami dan membunuh Jenderal Yeonbi bersama pada pengikut Pangeran!” seru Gwi Yoo.

Goo Chu menceritakan semuanya pada Yuri.
Yuri memanggil Bae Geuk ke ruangannya.
“Apa kau masih ingat?” tanya Yuri. “Hae Myeong tidak memiliki pasukan ketika menyerang Raja Dae So. Ia hanya memiliki sedikit orang dari Myeongnim dan beberapa pengikut yang mengabdi padanya. Kau tahu apa yang terjadi pada para pengikutnya itu?”
“Aku sendiri yang melenyapkan mereka.” jawab Bae Geuk tanpa rasa bersalah.
“Apa aku pernah memberi perintah seperti itu?” tanya Yuri.
“Apa alasan Pangeran harus tewas seperti itu dan kau harus menahan semua kesulitan?” tanya Baek Geuk. “Itu karena para pengikut Pangeran tidak bisa membujuknya menghentikan tindakannya itu!”
“Jika aku membunuh semua pengikutnya, bagaimana aku bisa menghadapi arwah Hae Myeong!” seru Yuri.
Bae Geuk mengatakan pada Yuri bahwa ia melakukan itu demi Goguryeo. Tapi Yuri berseru padanya, “Kau melakukan itu demi klan Biryu! Sekarang, tinggalkan aku sendiri!”

Para Bayangan Hitam berlatih bertarung.
Maro kalah dari Maenggwang dan lengannya terluka. Muhyul berlari cemas padanya.
“Maro!” teriak Muhyul. Luka Maro membuatnya sangat marah pada Maenggwang. Ditambah lagi, Maenggwang mengejek temannya itu.
Muhyul menantang Maenggwang berduel. Belum sempat terlihat siapa yang menang dan kalah, pemimpin Bayangan Hitam menghentikan pertarungan mereka.

Karena kesalahan Muhyul itu, Dojin juga kena batunya. Muhyul dan Dojin dihukum gantung dengan posisi kepala di bawah.
“Ini hukuman kalian sampai matahari terbit besok.” kata pemimpin.
Dojin dan Muhyul hanya bergantung-gantung sepanjang hari dalam diam.

Saat malam tiba, Muhyul baru membuka mulutnya. “Maafkan aku.” katanya.
“Jadilah kuat.” ujar Dojin. “Jika kau ingin melindungi orang yang berharga untukmu dan yang kau cintai, kau harus menjadi kuat. Jika tidak, kau akan mati atau hidup menderita.”
Yeon melihat mereka dari jauh.

Keesokkan harinya, Dojin dan Muhyul diturunkan.
Yeon memeriksa luka keduanya.
“Denyut nadimu normal.” kata Yeon, memeriksa Muhyul. “Dan tidak ada memar juga.”
“Dia bisa bertahan dari racun mematikan. Semua ini bukan masalah untuknya.” kata Dojin, tersenyum.
Dojin dan Muhyul mencoba bangun dengan susah payah. Pemimpin datang untuk melihat. Dojin pura-pura tidur. Yeon mendorong Muhyul agar berbaring lagi.
“Bagaimana kondisi mereka?” tanya pemimpin.
“Mereka tidak bisa mengikuti latihan hari ini.” kata Yeon. “Akan sangat berbahaya bagi mereka. Tunggu sampai kondisi mereka stabil.”
“Kenapa kau mengatakan itu padanya?” tanya Muhyul.
“Agar kalian bisa beristirahat.” jawab Yeon, tersenyum. Selain itu, ia juga ingin diantar pergi piknik karena merasa bosan.

Yeon mengajak Muhyul dan Dojin berjalan-jalan dan duduk di tepi sungai. ]
“Bagaimana kehidupanmu di Goguryeo?” tanya Dojin pada Muhyul.
“Aku adalah seorang pelukis.” jawab Muhyul.
“Pelukis? Dimana?” tanya Yeon. “Bisakah kau melukisku?”
“Aku tidak cukup baik.” jawab Muhyul canggung.
“Aku sudah membuatmu libur hari ini.” kata Yeon, pura-pura kesal. “Apa kau akan menolakku?”
“Kita harus memberi hadiah untuknya.” ujar Dojin pada Muhyul. “Lukis saja dia.”

Munyul melukis Yeon.
“Kau bilang namamu Muhyul?” tanya Yeon. “Itu nama yang aneh. Siapa yang memberi nama itu padamu? Ayahmu atau ibumu?”
Muhyul diam sejenak. “Aku belum pernah bertemu dengan mereka.” jawabnya.
Dojin menoleh pada Muhyul.

Di Benteng BuYeoo, Dae So marah-marah karena Xin tidak bersedia menemui utusan yang dikirimnya. “Kirim pasukan!” serunya. “Aku akan menyerang Chang An sekarang. Aku akan membunuh orang itu, Wang Mang atau siapapun namanya!”
“Yang Mulia, tenanglah.” ujar Sa Goo. “Jika kita mengerahkan pasukan sekarang. Goguryeo mungkin…”
“Kau ingin mengatakan bahwa Yuri mungkin saja akan menyerangku?” potong Dae So.
“Kita harus memikirkan segala kemungkinan.” ujar Sa Goo. “Mereka bersekutu dengan Hwangnyong, Yilou dan Xiongnu. Ditambah lagi dengan pernikahan damai Putri Seryu dengan seseorang dari Gisan. Jika kita berperang dengan Xin saat ini, Raja Yuri akan mengumpulkan semua pasukannya dan melewati perbatasan.”
“Bagaimana mungkin BuYeo menjadi sangat menyedihkan.” ujar Dae So. “Bagaimana bisa ini semua terjadi?! Panggil Tak Rok sekarang!”

Kabar mengenai pengangkatan Yeojin menjadi Putra Mahkota tersebar ke seluruh penjuru Goguryeo. Yeojin sendiri tidak terlihat senang.
“Yeon Hwa.” ujar Yeojin pada dayangnya. “Apa kau tahu yang kurasakan saat ini? Aku takut. Apa kau tahu bahwa semua Pangeran yang diangkat menjadi Putra Mahkota akan mati? Kakak yang tidak pernah kutemui, Dajeol, dan Hae Myeong. Apa yang kutakutkan bukanlah kematian, tapi beban yang harus kupikul di pundakku. Aku berharap, aku tidak dilahirkan sebagai seorang pangeran, tapi dilahirkan sebagai seorang pakaryan yang menghabiskan harinya di bengkel. Aku berharap bisa ada disana bersamamu.”
Yeon Hwa menangis.
“Omong kosong apa ini?!” seri Lady Mi Yoo, mendadak masuk ke ruangan. Ia berjalan mendekati Yeon Hwa dan menamparnya.
“Ibu!” seru Yeojin.
“Camkan kata-kataku.” ancam Mi Yoo. “Jika kau berani menyebarkan apa yang baru saja kau dengar, kau akan mati.”
Setelah Yeon Hwa pergi, Mi Yoo memarahi Yeojin dan memintanya mengikuti apapun yang sudah disiapkan Mi Yoo untuknya.

Saat Yuri sedang bicara dengan Maehwang, Hye Ap dan Gwi Yoo tiba.
Maehwang sangat terkejut melihat mereka.
“Kenapa kau terlihat terkejut?” tanya Yuri tenang, pada Maehwang. “Jika kau tidak ingin mengatakan apa-apa lagi, tinggalkan kami.”
Maehwang bergegas pergi meninggalkan ruangan.
“Hye Ap, sejak kematian Hae Myeong, aku mengatur pemerintahan seorang diri.” ujar Yuri. “Aku ingin mempercayakan posisi pada seseorang yang bisa kupercaya menjalankan perintahku secara rahasia. Kaulah yang akan kuberi tanggung jawab ini. Apakah kau mau menerima?”
Hye Ap dan Gwi Yoo mendongak, terkejut mendengar ucapan Yuri.

Di markas Bayangan Hitam, Muhyul, Dojin, Maro dan Maenggwang diberi misi khusus. Dojin yang akan memimpin mereka.
“Apa tujuan misi ini?” tanya Muhyul.
“Misi kita adalah untuk membunuh Pemimpin Benteng Yonggol.” jawab Dojin. “Wilayah ini sangat penting bagi strategi perang antara Goguryeo dan BuYeo. Kita harus membunuh Pemimpin Yonggol dan mengambil alih benteng. Ayo!”

Muhyul, Dojin, Maro dan Maenggwang menyusup masuk ke Benteng Yonggol.
Begitu tiba di dalam, mereka membunuh para penjaga dengan tembakan racun. Setelah itu, mereka masuk ke kamar tidur pemimpin Yonggol. Kamar tersebut kosong.
Dojin dan yang lainnya curiga, kemudian berlari ke luar.
Di luar, pasukan Yonggol sudah mengepung bangunan tersebut.
Keempat Bayangan Hitan tersudut.

Muhyul, Dojin, Maro dan Maenggwang dimasukkan ke dalam penjara. Maenggwang disiksa terlebih dahulu. Para pengawal Yonggol menyiksa Maenggwang dan menyuruhnya mengaku. “Kau adalah Bayangan Hitan dari BuYeo, bukan?!”
Di penjara, Dojin mengeluarkan tiga buah racun. Peraturan Bayangan Hitam. Jika Bayangan Hitan tertangkap, mereka harus makan racun tersebut untuk bunuh diri.
Dengan ragu, Muhyul mengambil racun tersebut dan memakannya. Maro dan Dojin melakukan hal serupa. Mereka bertiga kesakitan, lalu pingsan.

Muhyul terbangun keesokkan harinya di sebuah ruangan.
Yeon tersenyum. “Apa tidurmu nyenyak?” tanyanya.
Muhyul bingung. Ia menoleh dan melihat Dojin dan Maro tertidur disampingnya.
Tidak lama kemudian, Dojin dan Maro terbangun.
Pemimpin Bayangan Hitam masuk. “Selamat. Kalian lulus ujian terakhir.” katanya. “Ayo keluar.”

Muhyul dan yang lainnya menemui Tak Rok.
“10 hari lagi akan ada upacara untuk merayakan diangkatnya putra mahkota Goguryeo.” ujar Tak Rok. “Kalian harus menyusup ke Goguryeo dan membunuh Utusan Xin.”
Yeon mendengar semua itu dan meminta untuk ikut bergabung. Walaupun mulanya Tak Rok melarang, namun akhirnya Tak Rok setuju.
“Jika kita mau berhasil, mereka akan butuh bantuanku.” bujuk Yeon. “Jangan cemas dan biarkan aku pergi, Ayah.”

Muhyul, Dojin, Yeon, Maro dan Maenggwang pergi ke ibukota Goguryeo. Mereka hanya berdiri diam di tengah keramaian kota, menunggu mata-mata Bayangan Hitam utusan Tak Rok menemui mereka.
Tidak lama kemudian, seorang wanita mendekati mereka.
“Ban Ya!” sapa Dojin.
Wanita itu tersenyum. “Ikuti aku.”
Mereka pergi ke kediaman Ban Ya untuk merundingkan strategi mereka.

Keesokkan harinya, para utusan tiba di ibukota Goguryeo.
Seryu juga tiba di istana dan langsung menemui keluarganya.
“Seryu.” panggil Yuri, terlihat senang putrinya tiba. “Kemarilah.”
Seryu tersenyum dan berjalan mendekati ayahnya.
“Karena wabah yang terjadi di Gisan, kupikir kau tidak bisa datang.” ujar Yuri.
“Aku membawa sendiri utusan kemari.” ujar Seryu. Ia berpaling pada Yeojin dan mengucapkan selamat.
Yeojin hanya tersenyum tipis, tidak terlihat senang dengan ucapan selamat itu.
Tidak lama kemudian Tae Cheon datang dan melapor bahwa Utusan Xin sudah tiba di ibukota.

Yuri menyambut Utusan Xin, Wang Mang, dengan hangat.
Goo Chul memperkenalkan Yeojin pada Wang Mang.

Setelah menyapa Utusan Xin, Yeojin berniat kabur. Ia benar-benar tidak menyukai ‘tugas’nya yang sekarang. Namun Goo Chul memanggil dan mengatakan bahwa Yeojin harus menyapa utusan dari Yangmaek. “Jangan lari dari tanggung jawab, Pangeran.” ujarnya.
Dengan berat hati, Yeojin terpaksa menyapa utusan itu.

Utusan dari Yangmaek tidak lain adalah Dojin dan para Bayangan Hitam yang menyamar.
“Namaku adalah Mucheon.” ujar Dojin. “Aku utusan dari Yangmaek.”
Muhyul berusaha menyembunyikan wajahnya dibalik kotak-kotak hadiah agar tidak terlihat oleh Yeojin.
Dojin yang lainnya masuk ke istana. Disana, Yeon sudah menyamar menjadi seorang dayang.

Malamnya, Muhyul keluar seorang diri. Disebuah tempat di istana, ia melihat Yuri sedang berdiri seorang diri.
Dengan perasaan benci dan marah yang teramat besar, Muhyul mengeluarkan belatinya dan berniat membunuh Yuri.

sumber: princess-chocolates.blogspot.com

12 comments on “The Kingdom Of The Winds – Episode 08

Tinggalkan Balasan ke andyfeby Batalkan balasan