Jumong – Episode 76

Jumong dan rombongan disambut oleh Na Ru. Ia meminta Jumong dan yang lainnya meninggalkan senjata mereka.
“Lancang sekali kau!” seru Heyopbo marah.
“Yang Mulia sengaja datang ke BuYeo untuk menghadiri upacara penobatan!” kata Ma Ri menambahkan.
“Ini adalah aturan di BuYeo.” kata Na Ru. “Jika kalian tidak menaatinya, maka kalian tidak akan bisa masuk!”
“Tinggalkan senjata kalian.” perintah Jumong pada para pejabatnya.
Jumong masuk ke istana. Setelah saling menyapa, Jumong meminta izin menjenguk Geum Wa yang sedang sakit.

“Duduklah.” kata Geum Wa pada Jumong. “Kenapa kau kesini? Kenapa kau melakukan tindakan yang gegabah?”
“Aku tidak gegabah.” kata Jumong. “Aku datang kemari untuk mencari cara agar Goguryeo dan BuYeo bisa hidup berdampingan.”
“Hidup berdampingan?”
“Kau tahu sendiri bahwa Han adalah satu-satunya yang diuntungkan dengan pertikaian Goguryeo dan BuYeo.” ujar Jumong menjelaskan.
“Goguryeo dan BuYeo sudah berdamai selama lebih dari 10 tahun.” ujar Geum Wa. “Aku tahu bahwa alasan kenapa Goguryeo tidak menyerang BuYeo adalah karena keinginanmu.”
“Mulai saat ini, keinginanku saja tidak akan cukup untuk membina perdamaian.” kata Jumong. “Han menyamar menjadi prajurit BuYeo dan membunuh rombongan pedagang Goguryeo di OkJo Utara. Han berniat merusak perdamaian antara BuYeo dan Goguryeo.”
Geum Wa terdiam sesaat, kemudian berkata, “Sekarang, Dae So adalah Raja BuYeo. Dialah yang akan memutuskan.”
“Satu-satunya cara agar BuYeo bisa bertahan adalah bersekutu dengan Goguryeo. Tolong bujuk dia.”

Permaisuri Wan Ho tiba-tiba pingsan dan jatuh sakit. Dae So sangat panik dan cemas.
“Apa yang terjadi?” tanya Dae So pada tabib.
“Permaisuri dalam kondisi kritis, tapi aku tidak tahu kenapa.” jawab Tabib.
Dae So marah pada Tabib itu. “Cepat panggil Ma Oo Ryeong kemari!”

Moo Gul, Ma Ri dan para pejabat Jumong yang lain sangat khawatir dan tidak tenang Jumong tinggal di BuYeo. Mereka meminta izin menyiagakan Pasukan Besi di perbatasan BuYeo, tapi Jumong menolak.
“Semua klan dan negara sedang memperhatikan BuYeo.” kata Jumong. “Semua orang tahu bahwa aku datang untuk menolong BuYeo. Dae So tidak akan bisa mencelakaiku tanpa alasan yang jelas.”

Biryu meminta penjelasan pada Jumong kenapa Jumong datang ke BuYeo. “Bukan BuYeo adalah musuh Goguryeo?” tanyanya.
“Aku tumbuh di BuYeo.” Jumong menjelaskan. “BuYeo adalah tempat dimana cita-cita membangun Goguyeo tumbuh. Munsuh Goguryeo bukan BuYeo, melainkan Han.”
Biryu diam. “Ayah, aku ingin meminta izin.” katanya. “BuYeo akan mengadakan turnamen untuk merayakan penobatan. Tolong beri aku kesempatan untuk ikut dan menguji latihanku selama ini.”
“Lakukanlah.” kata Jumong setuju.
“Aku akan berusaha keras.” janji Biryu.

Ibu Du Bong memberi tahu Ye Soya bahwa utusan dari berbagai negara datang ke BuYeo untuk menghadiri upacara penobatan. “Bahkan Raja Goguryeo juga ada disini.” katanya.
“Raja Jumong dari Goguryeo ada disini?” tanya Ye Soya terkejut.
“Benar!” kata Ibu Du Bong. “Raja Jumong mulanya adalah Pangeran BuYeo!”

“Siapa namamu?” tanya pengawal pada Yuri saat Yuri ingin mendaftar turnamen.
Yuri berpikir sejenak. “Namaku Sang Chun.” jawabnya berbohong.
Pengawal memberikan sebuah papan pada Yuri. Ia berbalik hendak pergi, namun tiba-tiba Biryu datang. Yuri mengingat Biryu ketika ia menyerangnya di OkJo Utara. Yuri memalingkan wajahnya.

Ma Oo Ryeong memeriksa Wan Ho.Ia melaporkan pada Dae So bahwa Wan Ho sakit karena keberadaan Jumong menekan energi BuYeo. Jumong membawa energi gelap di BuYeo.
“Maksudmu, Ibuku akan sakit selama Jumong ada di sini?” tanya Dae So.
“Aku akan mendoakan Permaisuri, tapi aku tidak bisa menjanjikan apapun.” kata Ma Oo Ryeong.

Young Po sangat cemas dan ketakutan akan keberadaan Jumong di BuYeo. Jika Goguryeo dan BuYeo bersekutu, maka hal tersebut akan membahayakan dirinya.
Young Po bergegas menjemput utusan Han yang sedang berada dalam perjalanan.
Hwang tiba di BuYeo. Ia menemui Dae So dan menyerahkan surat dari Kaisar Han.
“Kudengar Jumong ada di BuYeo.” kata Hwang. “Apa yang akan kaulakukan.”
“Bukan aku yang memutuskan.” ujar Dae So. “Aku belum menjadi Raja.”
“Tapi kau akan menjadi Raja.” kata Hwang. “Kudengar, kaulah yang harus memutuskan. Jika BuYeo dan Goguryeo bersekutu, kau akan berperang melawan Han. Tapi jika kau bergabung dengan Han, maka Han akan menjadi sekutu dan akan mendukungmu. Pilihlah dengan bijaksana.”

Penyisihan urnamen BuYeo dimulai.
Biryu melihat Yuri. “Itu..”
“Apa kau mengenalnya?” tanya Oyi.
“Dia adalah orang yang menyerangku di OkJo Utara.” kata Biryu.
“Jika benar, kita harus membunuhnya.” ujar Moo Gul.
“Sekarang kita ada di BuYeo.” kata Biryu melarang. “Jangan membuat keributan.”
Yuri bertarung melawan salah satu petarung dan berhasil memenangkan pertarungan.
Biryu berjalan mendekati Yuri. Yuri membungkukkan tubuhnya untuk memberi hormat.
“Apa kau mengenaliku?” tanya Biryu. “Kau menyerangku di OkJo Utara, tapi sekarang keadaannya berbeda. Jangan kalah di tengah turnamen. Aku ingin bertemu denganmu di final.”
Yuri diam.
Du Bong dan seorang sahabat Yuri berlari mendekatinya ketika Biryu sudah pergi.
“Yuri, apakah kau akan baik-baik saja?” tanya Du Bong.
“Jika mereka ingin, mereka pasti sudah melakukan sesuatu padaku.” kata Yuri. “Jangan cemas.”
“Kau harus mengalahkan 3 orang lagi agar bisa mencapai final.” kata sahabat Yuri yang satunya.

Pertarungan demi pertarungan dilewati Yuri dan Biryu dengan mudah. Akhirnya dua orang yang lolos ke final diperoleh. ‘Sang Chun’ a.k.a Yuri versus Biryu.

“Ibu!” panggil Du Bong berlari-lari. “Yuri berhasil masuk ke final.”
Ibu Du Bong dan Ye Soya tersenyum senang.
“Yuri akan bertarung di depan anggota kerajaan.” kata sahabat Yuri.
“Lawanku adalah Pangeran BiRyu dan Goguryeo.” kata Yuri. “Aku sangat berharap bisa menang dan melakukan apa yang ibu perintahkan.”
Ekspresi wajah Ye Soya berubah menjadi khawatir.

Hari penobatan Dae So sebagai Raja BuYeo dan Seol Ran sebagai Permaisuri.
Young Po terlihat sangat marah dan kesal.
Ibu Du Bong mengajak Ye Soya datang ke istana untuk menonton Yuri.

“Mau ditaruh dimana mukaku jika Pangeran Biryu menang?!” tanya Dae So marah pada Na Ru. Tidak satupun prajurit BuYeo yang lolos turnamen.
“Lawan Pangeran Biryu adalah warga BuYeo.” kata Na Ru. “Ia tidak akan kalah, jangan khawatir.”
“Jika ia kalah, maka kau yang akan kusalahkan!” seru Dae So.

Pertarungan final dimulai. Biryu bertarung melawan Yuri.
Ye Soya menonton mereka dari jauh. Diam-diam, Ye Soya menatap Jumong dan menangis.
Jumong tersenyum melihat putranya bertarung dengan baik. Tiba-tiba, mata Jumong berhenti ke arah Ye Soya. Jumong sangat terkejut. Benarkah itu Ye Soya?
Ye Soya tersenyum melihat putranya. Begitu ia menyadari kalau Jumong sedang menatap ke arahnya, Ye Soya bergegas berjalan pergi.
“Oyi, aku melihat Ye Soya dikeramaian.” kata Jumong shock. “Cepat temukan dia.”
Jumong mencari-cari Ye Soya, namun Ye Soya sudah menghilang.
Hyeopbo dan Oyi berjalan ke arah menonton ramai. Ye Soya sudah tidak ada.

Yuri memukul tongkat Biryu, kemudian menendang Biryu hingga jatuh. Yuri menang.
Dae So tertawa senang.
Hwang bertepuk tangan, kemudian menoleh ke arah Jumong. Jumong kelihatan sangat sedih. Tapi bukan sedih karena Biryu kalah, melainkan karena Ye Soya. Jumong bahkan tidak memperhatikan jalannya pertarungan.

“Maafkan aku.” kata Biryu pada Jumong setelah kekalahannya.
“Kau sudah berusaha keras.” kata Jumong menghibur. “Beristirahatlah.”
Ya,” jawab Biryu seraya berjalan pergi.
Oyi dan Hyeopbo tiba.
“Apakah kau menemukannya?” tanya Jumong penuh harap.
“Tidak.” jawab Hyeopbo. “Mungkin Yang Mulia salah?”
Jumong diam, kecewa.

Dae So sangat senang salah satu dari warganya memenangkan pertarungan. Ia mengajak Yuri minum bersama.
“Kemenanganmu membawa keebanggaan untuk BuYeo.” kata Dae So. “Bagus sekali.” Dae So berpaling pada Na Ru. “Biarkan dia berlatih sebagai Pengawal Istana.”
“Ya, Yang Mulia.” jawab Na Ru.
“Sekarang kita akan bertemu dengan Jumong untuk berunding.” ujar Dae So.

“Aku sudah merencanakan akan membangun kembali BuYeo tanpa persekutuan dengan Goguryeo.” kata Dae So pada Jumong.
“Lalu, apakah kau akan bersekutu dengan Han?” tanya Jumong.
“Ya, jika itu menguntungkan bagi BuYeo.” jawab Dae So.
“Aku tidak punya pilihan lain selain menyerang BuYeo jika kau bersekutu dengan Han.” kata Jumong. “Itu artinya, kau akan menyebabkan rakyatmu mati segera setelah kau menduduki tahta.”
“Apakah kau mengancamku?!” seru Dae So marah.
“Pikirkanlah baik-baik pilihan mana yang akan membawa keuntungan bagi Buye dan yang rakyatmu inginkan.” ujar Jumong. “BuYeo telah membunuh ayah dan ibuku. Tapi aku justru ingin bersekutu dengan BuYeo. Aku membuang semua dendam dan kemarahanku untuk mengalahkan Han. Dan aku ingin BuYeo bergabung denganku.”
Dae So terdiam dan berpikir.

“Ibu, sekarang aku sudah menjadi pengawal istana.” kata Yuri. “Aku bisa pergi ke tempat manapun di istana. Katakan apa yang harus kucari.”
Ye Soya tersenyum. “Di istana, di kediaman selir Raja Geum Wa.” kata Ye Soya. “Barang bukti yang kau butuhkan disembunyikan di bawah pilar.”
“Bukti apa itu?”
“Sebuah belati yang rusak.” jawab Ye Soya.
“Siapa yang memberikan belati rusak itu padamu?” tanya Yuri penasaran. Ye Soya berjanji akan menceritakan segalanya setelah Yuri berhasil menemukan belati tersebut.

Yuri berjalan di sekitar istana.
“Apa yang kau lakukan disini?” tanya Biryu.
Yuri menoleh. “Aku tersesat.” jawab Yuri. “Aku orang baru disini.”
“Aku ingin menanyakan sesuatu padamu.” kata Biryu. “Kenapa kau membiarkan aku hidup saat di OkJo Utara?”
“Aku tidak tahu.” jawab Yuri.
“Kau tidak tahu?” tanya Biryu. “Aku suka caramu bertarung. Sangat sulit mempertahankan diri saat melawanmu karena kau tidak bertarung secara teratur. Aku mengakui kekalahanku, tapi aku tidak akan kalah lagi lain kali.”

Malam itu, Dae So berunding bersama Gubernur Liaodong. Dae So belum mengambil keputusan.
Di lain pihak, Jumong mengajak Ma Ri dan yang lainnya ke Gunung Chun Mo, tempat Hae Mo Su meninggal dunia.

“Aku punya tugas penting untukmu.” kata Na Ru, memanggil Yuri ke hadapannya. “Wakil Goguryeo akan meninggalkan istana dan mengunjungi Gunung Chun Mo. Ikuti mereka diam-diam dan laporkan padaku apa yang Raja Jumong lakukan. Kau mengerti?”
“Ya.” jawab Yuri.

Keesokkan harinya, Jumong dan yang lainnya berangkat ke Gunung Chun Mo. Young Po dan Hwang merencanakan pembunuhan terhadap mereka.
“Itu Gunung Chun Mo.” tunjuk Hyeopbo pada Biryu.
Jumong berdoa dan bersujud di atas tebing tempat jenazah Hae Mo Su dulu diletakkan. Yuri mengawasi mereka diam-diam dari jauh.

Oyi menemukan Yuri dan mengarahkan pedang padanya. Ia mendorong Yuri menemui Jumong.
“Dia mengikuti kita.” kata Oyi.
“Apakah kau dikirim oleh Pangeran Dae So?” tanya Jumong.
“Itu artinya, Pangeran Dae So merencanakan sesuatu.” kata Moo Gul.
“Bunuh dia dan kita kembali ke Goguryeo.” ujar Ma Ri.
“Pergilah.” ujar Jumong pada Yuri.
“Yang Mulia!” seru Oyi protes.
“Dia mengikuti kita seorang diri.” kata Biryu. “Dia tidak akan bisa mencelakai kita. Jika Raja Dae So ingin mencelakai ayah, maka ia akan mengirim banyak pasukan.”
Yuri terdiam.
“Pergilah.” kata Jumong padanya. Tanpa mengatakan apa-apa, Yuri berjalan pergi.

Di tengah hutan, Yuri melihat banyak orang mengenakan pakaian hitam berlari menuju Gunung Chun Mo. Yuri bergegas kembali ke Gunung Chun Mo untuk memperingatkan Jumong. Namun terlambat. Para pembunuh berpakaian hitam itu sudah bersembunyi dan menyergap Jumong.
Yuri menarik keluar pedangnya dan bertarung membantu Jumong.

sumber: princess-chocolates.blogspot.com

By andyfeby Dikirimkan di Jumong Dengan kaitkata

2 comments on “Jumong – Episode 76

Tinggalkan Balasan ke papashakila Batalkan balasan