Song Of The Prince [Seo Dong Yo] – Episode 29

Peringatan Keras (Lagi) !!

Seperti peringatan sebelumnya, yang memiliki temperamen cepat marah, lemah jantung, suka penasaran, tak sabaran dan pembenci Jenderal Sun dan Giroo, diharapkan untuk tidak mengikuti Sinopsis ini! Jika anda tetap nekat, maka Andy tak bertanggungjawab atas apapun yang terjadi pada Anda! Resiko tanggung sendiri ya! 😛

—————————————————————————————————–

Weeduk: Aku menerima laporan dari Benteng Juryoo

Haedoju: Benteng itu terletak di perbatasan, apa isinya?

Weeduk: Pasukan dari Ko-Kuryo secara diam-diam disiagakan di dekat perbatasan, tidakkah kalian tahu ini? (Para pejabat saling berpandangan.)

Sun: Tapi tidak ada laporan mengenai hal itu?

Weeduk: Pasukan kerajaan tidak dapat melihat adanya gerakan di perbatasan, bukankah ini adalah masalah yang besar?

Buyo-Gye: Tuanku, aku meminta maaf untuk mengatakan hal ini, tapi apakah itu bocor dari pihak Ko-Kuryo?

Chilryo: Laporan itu tak bernama, laporan itu dari seorang pejabat.

Weeduk: Apa yang akan kau lakukan, Jenderal? Kau tidak tahu apa yang pejabat di daerah mengetahuinya!

Sun: Aku mohon ampun.

Weduk: Gerakkan pasukanmu dan berangkatlah menuju benteng Juryoo.

Sun: Baik.

KEMUDIAN

Haedoju: Benarkah kau belum menerima laporan?

Sun: Tidak.

Gye: Bukankah ini aneh? Semua laporan selalu melalui dirimu dulu. Bagaimana bisa Raja menerimanya terlebih dahulu?

Heukjipyung datang tergesa-gesa.

Sun: Ada apa?

Heuk: Aku baru saja menerima laporan dari pengawas tambang di Achak.

Sun: Dari tambang di Achak?

Haedoju: Milik keluarga Raja?

Heuk: Ya, para insinyur dari Taehaksa sekarang ada di tambang Hwangok di Achak.

Sun: (menggebrak meja, bangkit berdiri) Apa?

Heuk: Mereka diperintahkan untuk membuat naga kuning untuk Pangeran.

Sun: Inilah dia! Ini untuk penyerahan tahta kepada Pangeran.

Gye: Apa?

Haedoju: Ah ….

Wooyung: …

ISTANA RAJA

Aja: Yang Mulia, penyerahan tahta? Apa yang sebenarnya kau katakan?

Weeuk: …

TAMBANG ACHAK

Mereka berempat dipimpin oleh pengawas tambang masuk ke dalam tambang.

Pengawas: (kepada para penambang) Galilah permata kuning untuk pengangkatan Pangeran menjadi Raja.

Penambang: Baik. (Jang, Eunjin, dan Bumro kaget)

Jang: Pengangkatan Pangeran sebagai Raja?

Bumro: Apa yang harus kita lakukan di sini?

Mojin: Apa yang kau lakukan? Kau harusnya berkonsentrasu pada ritualnya! Sekarang bentangkan tikar di sini. (Bumro membentangkan tikar di lantai)

Mereka berempat duduk di tikar, penambang memberikan beberapa bongkah batu permata kepada pengawas yang kemudian menyerahkannya kepada Mojin. Mojin mengambil permata berwarna kuning keemasan dari antara batu-batu permata yang lainnya dan mengangkatnya dengan kedua tangannya ke atas. Batu permata itu berkilauan keemasan. Mojin memulai ritualnya.

Mojin : Dewa di Langit dan di Bumi yang menguasai segalanya

KEMUDIAN

Eunjin: Apa sebenarnya yang terjadi? Bukankah raja masih hidup? Untuk nenaikkan Pangeran ke tahta itu …

Bumro: (menyambung dengan terbata-bata) .. adalah pengkhianatan!

Mojin: … ssstt … Jangan pernah mengatakan kata-kata seperti itu!

Eunjin: Kalau begitu apa ini? Apa yang terjadi sebenarnya?

Mojin: Ini adalah perintah dari Raja sendiri.

Jang: Dari raja?

Mojin: Ya. Saat Upacara Domnyung dia akan resmi memutuskan untuk menyerahkan tahta pada Pangeran.

Bumro: Jadi ini bukan tindakan berkhianat, khan? Aku tak mau melakukan pengkhianatan tanpa mengetahuinya!

Mojin: (membentak) Diam! (Bumro menutup mulutnya dengan tangan) Kita di sini untuk misi suci! Kenapa kau mengatakan hal-hal seperti itu!

Bumro: (takut-takut) Aku sangat  gugup.

Mojin: Jang, kau perlu membuat ornamen emas untuk membentuk naga emas.

Jang: Baik.

Mojin: Eunjin, kau yang mengerjakan ukirannya!

Eunjin: Baik.

Mojin: Kau perlu membakar kuda tanah liat, yang akan digunakan dalam upacara.

Bumro: Baik.

Mojin: Aku tidak perlu menjelaskan panjang lebar mengenai betapa penting dan sucinya misi ini! Bersihkan diri kalian dan mulailah bekerja besok pagi!

Eunjin, Bumro, dan Jang: Baik. (Mojin pergi)

Bumro: Jadi aku sedang melakukan pekerjaan besar …

Mojin: Jangan gemetar terus, aku juga mulai bergetar.

Bumro: Aku juga tidak ingin gemetaran terus.

Eunjin: Hei!

Bumro: Aku tak dapat menghentikannya! Peluk aku erat-erat! (Mendekati Eunjin dan memegang tangannya, Eunjin segera memukulinya)

Eunjin: Bumro! Lihat betapa tenangnya Jang, bisakah kau berlaku seperti dia?

Jang: (bergumam) Wiesa Japyung HARUS tidak tahu ini! Ini tidak akan menjadi rahasia dalam waktu lama.

KEMUDIAN

Gye: (marah) Aku ditusuk dari belakang oleh saudaraku sendiri, sang Raja. Bagaimana ia bisa! Bagaimana ini bisa?

HAedoju: Dia menginginkan upacara ini besar dan mengirim Wiesa Japyung ke perbatasan. Ini dimaksudkan untuk menurunkan tahta kepada Pangeran.

Wooyung: Benar! Dan juga mengundang utusan dari 10 negara berbeda. Jika Raja mengumumkannya di sana, berpikir kalau kita tidak dapat melakukan apapun. Apa yang akan kita lakukan sekarang?

Sun: Belum pernah ada kasus mewarisi tahta sementara Raja sebelumnya masih hidup. Terutama ketika Pangeran sangat setia dan berbakti. Itu tidak akan terjadi.

Wooyung: Tetapi kita tidak dapat menggantungkan kita pada itu. Jika Raja sudah mengambil keputusan, tidak ada seorangpun yang dapat mengubahnya.

Sun: Pergilah dan selidiki dengan seksama!

Heukjipyung: Baik Tuan.

Sun: Dalam proses penyelidikan jangan sampai bocor kalau sebenarnya kita sudah mengetahui rencana itu. Dengan diam-diam. Lakukan secara rahasia.

Heuk: Baik Tuan.

KEDIAMAN RAJA

Aja: Tidak, Yang Mulia, ini tidak bisa terjadi.

Weeduk: Pangeranku

Aja: Kaulah sang Raja! Mengapa kau memintaku untuk mengerjakan ketidaksetiaan seperti sebuah kejahatan besar. Ini perintah yang tidak benar. Tolong batalkan perintahmu.

Weeduk: Pangeran!

Aja: Apakah aku melakukan suatu kesalahan? Tolong beritahu aku! Aku akan mengoreksinya.

Weeduk: Bukan seperti itu! Ini bukanlah seperti itu!

Aja: Tida ada di sejarah yang mencatat ketidaksetiaan dan ketidakpatuhan di Baekjae dan mengapa kau memaksaku untuk melakukannya?

Weeduk: Ini adalah hal terakhir yang dapat kulakukan untuk ayahku, Raja Sunghwang. Ini adalah hal terakhir yang dapat aku lakukan bagimu.

Aja: Tidak! Tidak bisa! Bersama denganmu, berada  di sampingku, aku memiliki kekuasaan yang besar.

Weeduk: …

Aja: Aku tidak dapat mematuhi perintahmu. Kumohon, jangan memintaku untuk melakukan hal semacam itu lagi.

Weeduk: … (serba salah)

KANTOR DIREKTUR TAEHAKSA

Aja menemui Mokrasu

Mokrasu: Tuanku, apakah kau sudah menerima perintah Raja?

Aja: Jadi, kau sudah tahu mengenai hal ini?

Mok: Ya.

Aja: (marah) Bagaimana bisa kau tidak memberitahuku mengenai ini?

Wangoo: (masuk) Tuanku, pelankan suaramu, kumohon! Tuanku, tenangkan dirimu, dan duduklah dahulu. (Aja duduk) Tuanku, tolong turutilah perintah Raja.

Aja: Apa?

Wangoo: Ya, Tuanku. Raja sudah mempersiapkan dirinya untuk masuk menjadi rahib Buddha.

Aja: Apa? Rahib Buddha?

Mok: Dan beliau memerintahkan kami untuk mempersiapkan naga emas

Aja: … (tidak mempercayai ini)

Wangoo: Raja tidak memberitahumu.

Mok: Raja memahami situasi sekarang. Dan dia ingin suapaya kau membangkitkan kembali kebesaran Baekjae dengan tanganmu, karena kau adalah turunan yang benar.

Wangoo: Benar Pangeran. Tolong ikuti apa yang diharapkan oleh Raja.

Aja: … (mendesah, kebingungan)

KEMUDIAN

WooyungL Kita harus menyerang mereka. Jika penyerahan tahta terjadi di depan para utusan dari berbagai negara, ini tidak akan bisa dibatalkan.

Haedoju: Kita tak dapat menggunakan kekerasan. Alasan kenapa kita harus bersabar dan menahan diri adalah supaya kita menjadi garis keturunan yang sah sebagai pewaris tahta. Di hadapan semua utusan dan rakyat, operasi militer menjadi tindakan yang ditolak.

Wooyung: Mereka memang merencanakan ini. Raja mencoba untuk membuat keadaan lebih mudah baginya untuk bertindak, sehingga dia dapat memenuhi tujuannya. Tidak ada pilihan lain, jika ia tidak membatalkan penyerahan tahta kemudian mengumumkan secara resmi Pangeran Ke-4 yang masih belum kita temukan, dia hanya mengandalkan pada Pangeran yang belum memiliki keturunan, jika hal ini terjadi, maka kakakku akan kehilangan kesempatan.

Haedoju: Walaupun begitu, jika kita melakukan operasi militer di depan semua orang, aku tidak tahu bagaimanan nanti para bangsawan akan menanggapinya.

Sun: …

KEMUDIAN

Wooyung: Ayah, kau dan kakak ada dalam situasi yang berbeda. Kakak akan menggunakanmu sebagai jembatan untuk mewarisi tahta bagi dirinya sendiri. Dikarenakan pangeran b elum mendapatkan seorang anak. maka masih ada kesempatan baginya untuk menjadi Pangeran Mahkota, tapi tidak ada kesempatan bagimu ayah jika kau tidak bertindak sekarang.

Gye: Aku juga tahu keadaan itu dengan baik.

Wooyung: Katakan padanya untuk tetap berpura-pura akan berperang. Kemudian tarik pasukannya dan menyerang saat upacara.

Gye: …. (ragu-ragu)

Wooyung: Ayah!

Sementara itu

Haedoju: Upacara Domnyung harus dibatalkan. Seperti yang Mokrasu katakan,  sebagai tambahan dari penyerahan tahta, jika mereka mengumumkan tentang Pangeran Ke-4 ini akan menjadi bencana besar bagi kita.

Sun: Ayah mertua, kau pikir kita tetap harus menggunakan kekuatan pasukan sebagai pilihan terburuk ?

Haedoju: Aku tidak berpikir seperti itu.

Sun: Aku setuju denganmu. Jika aku lakukan hal seperti itu, Aku akan menjadi seperti Raja yang sekarang.

Haedoju: …

Sun: Raja tidaklah seperti ini pada mulanya.

Haedoju: Benar, setelah perang di Kwansan, yang menyebabkan kematian ayahnya, dia tidak dapat memenangkan dukungan dari para bangsawan.

Sun: Itu juga akan berlaku untukku, jika aku naik tahta dengan secara terbuka menggunakan pasukan, aku memang berada di tengah-tengah mereka sekarang, tatapi lambat laun mereka akan menekanku. Aku tidak ingin menjadi Raja seperti kondisi Yang Mulia sekarang!

Haedoju: Jadi apa yang semestinya kita lakukan? Masalahnya adalah kita harus menemukan cara tanpa harus menggunakan pasukan!

Sun: … (berpikir)

KEMUDIAN

Pangeran Aja menjenguk adik ketiganya, Buy0-D0, yang terbaring sakit selama bertahun-tahun. Pangeran Aja mengeluh kepada Pangeran Ke-3 yang tertidur, bahwa jika saja adiknya itu sehat maka tidak mungkin dirinya dan Raja akan dalam kondisi tanpa harapan seperti ini.

Kemudian Raja juga datang menjenguk. Raja masuk dan bertanya pada Aja, tahukan ia apa yang membuatnya sangat menyesal ketika melihat kondisi Pangeran Ke-3. Aja terdiam. Raja melanjutkan bahwa ia juga sangat menyesal kepada Aja,  Pangeran Ke-2 yang mati muda, juga Pangeran Ke-4 yang belum pernah ia lihat.

Raja mengatakan bahwa yang ia sesali adalah karena dalam kenyataannya dia adalah seorang Raja. Karena anak-anaknya terlahir sebagai putera Raja, sehingga harus melakukan apa yang sebenarnya tidak ingin dilakukan. Semua anaknya selain Aja, selalu setiap hari Raja menyesal karena mereka sebab ia adalah seorang Raja. Tapi juga sebaliknya, setiap hari Raja merasa bersalah karena ia-lah yang menyebabkan kemunduran kekuasaan keluarga Raja yang dibangun oleh ayahnya, Raja Sunhwang.

Raja mengatakan pada Aja, bahwa semuanya adalah dosa yang akan ditanggungnya. Jika Aja tidak menginginkan tahta, maka Raja menginginkan supaya mereka bertiga (termasuk Pangeran ke-3 yang sakit) mengabdikan diri pada Buddha dan menjadi rahib. Aja terkejut.

Raja menyuruh Aja untuk memutuskannya, apakah ia menolak, walaupun itu adalah dosa terbesar kepada leluhurnya tetapi Raja akan menanggungnya, dan menghormati keputusan Aja. Tetapi jika Aja menerimanya, maka harapan Raja adalah Aja akan membangun kembali kekuasaan Raja, dan membangkitkan keagungan Baekjae, sehingga dosa Raja kepada ayahnya akan tercuci bersih.

Oleh sebab itu, mewariskan tahta pada Aja adalah keputusan terbaik yang pernah  ia  lakukan sejak menjadi Raja Baekjae.

KEMUDIAN

Sun di kamarnya berpikir …

Aja berjalan-jalan di luar, berpikir …

PERTAMBANGAN ACHAK

Eunjin, Bumro, Jang, dan Mojin melakukan tugasnya masing-masing dengan serius dan seksama.

Bumro: Huh .. ah …

Eunjin: Ada apa? Kau hampir membuatku melakukan kesalahan!

Bumro: Bagaimana ini, wajah kudanya menjadi jelek.

Eunjin: Bagaimana wajahnya?

Bumro: Sangat jelek.

Eunjin: Cih … kau ini. Di luar sana banyak kuda dengan wajah jelek!

Bumro: Tapi ini untuk upacara, seharusnya jangan terlalu jelek.

Eunjin: Butlah lagi dengan tanah liat lain.

Bumro: Bolehkah aku melakukannya?

Eunjin: Tentu saja! Di luar ada berton-ton tanah liat, tapi aku hanya ada satu batu permata! Jika aku melakukan kesalahan sedikit saja, habislah aku!

Bumro: Itu benar!

Eunjin: Jika kau berteriak sekali lagi, aku tidak akan membiarkanmu!

Bumro: Baiklah!

Jang: Eunjjin, kau pernah beritahu aku kalau prajurit akan ke Savisong pukul 2 siang?

Eunjjin: Betul, kenapa? Kupikir mereka pergi untuk mengambil bahan makanan.

Jang: … (bangkit berdiri dan pergi keluar)

Jang mengejar para prajurit yang akan berangkat ke Savisong.

Jang: (berlari sambil memanggil) Hei, tunggu aku! (Para prajurit menoleh dan menunggunya) Apakah kalian akan ke Savisong?

Prajurit: Benar.

Jang: Kalau begitu bisakah aku minta tolong?

Prajurit: Apa?

Jang: Aku insinyur Taehaksa, beberapa barang hampir habis mungkin tidak cukup jika pekerjaan dilakukan.

Prajurit: Oh … Jadi?

Jang: Tolong serahkan surat ini kepada pedagang di Savisong, ke toko Jin Gakyung.

Prajurit: Aku hanya perlu mengantarkan surat ini?

Jang: Ya. Mereka akan membawakanmu barang. Kau dapat membawanya kemari.

Prajurit: Baiklah. (Berbalik, kepada rekannya) Ayo berangkat!

KEDIAMAN SUNHWA

Daejang telah menerima surat dari Jang yang dititipkan ke prajurit. Daejang membuka surat itu, dan menemukan ada secarik kertas lain di dalamnya, Daejang membaca surat ‘asli’ dan menyuruh pengurus untuk menyiapkan barang-barang yang diminta dan menyerahkannya pada prajurit itu.

KEMUDIAN

Bomyung: Seodong-Gong pergi ke Sangdaepo untuk mencari barang.

Sunhwa: Aku harap dia memberitahuku saat dia mau pergi.

Suara Daejang: (Di luar kamar) Ijinkan aku masuk sebentar!

Sunhwa: Ada apa? (Bomyung membukakan pintu, Daejang masuk, Bomyung menutup pintu dari luar.)

Daejang: Jang mengirimkan surat.

Sunhwa: Dari Seodong-Gong?

Daejang: Ini (menyerahkan suratnya.)

Sunhwa membuka surat dan membacanya. Sunhwa tampak terkejut setelah membaca surat dari Jang.

Daejang: Apa isinya?

Sunhwa: Dia merasa ada ancaman terhadap keselamatan Pangeran saat upacara Dongmyung.

Daejang: Ancaman?

Sunhwa: Pangeran akan pergi ke gua di Achak tak lama lagi, dan Seodong ingin agar Soochong ikut mengawalnya.

Daejang: Ya!

Sunhwa: Dan tolong siapkan orang secara diam-diam, untuk mengawasi gerakan Wiesa Japyung dan orang-orangnya.

Daejang: Wiesa Japyung?

Sunhwa: Ya, Entah itu gerakan resmi militer atau gerakan dari pasukan pribadinya, atau para pembunuh gelap. (Daejang mengangguk tanda mengerti) Semua hal-hal kecil jangan dilewatkan.

Daejang: Baik. Aku akan melakukannya. (Sunhwa gelisah dan kalut pikirannya)

KEMUDIAN

Heukjipyung: Kita tidak punya banyak waktu yang tersisa, jadi Jenderal harus cepat memutuskannya.

Sun: Panggil Guru Giroo!

Heuk: Guru Giroo?

Sun: Benar.

KEMUDIAN

Giroo datang ke Kediaman Sun dan masuk ke kamarnya, Sun sudah menunggunya.

Giroo: Ada apa?

Sun: Duduklah! (menuangkan minuman) Raja akan segera menyerahkan tahta pada Pangeran. (Giroo tampak terkejut) Jadi aku memberimu kesempatan besar.  Kau pernah mengatakan padaku kalau kau akan membantuku untuk naik tahta. Jadi ada satu jalan yang tak dapat kita hindari. Aku akan memberimu kesempatan utnuk melakukannya. Kami sudah mencobanya dua kali dan gagal. Selesaikan ini untuk aku. (Giroo termenung) Aku tidak akan menjelaskan mengapa ini adalah ‘kesempatan’ bagimu, bukan yang lain tetapi dirimu. (Giroo menatapnya) Jika kau dapat menyelesaikannya tanpa kesalahan, kau akan menjadi orang kedua yang berkuasa.

Giroo: Apakah aku bisa menolak tawaran ini?

Sun: Tidak! Kau tidak bisa! Jika kau menolak ini, kau akan kehilangan lebih banyak lagi. Karena itu, ini adalah pilihanmu.

DI TENGAH JALAN

Suara hati Giroo:  Dia memberiku kesempatan untuk membunuh sang Pangeran? Kesempatan untuk membunuhnya.

KEMUDIAN

Saheum: Apakah kau harus melakukan ini? Jika kau gagal, resikonya sangat besar.

Giroo: Aku harus berhasil!

Saheum: Tetapi .. jika kau gagal, kau mengulangi kesalahan yang kau lakukan di Shilla.

Giroo: …

Saheum: Tidak! Ini justru akan lebih buruk. Ini mengenai usaha pembunuhan terhadap Pangeran sebuah negara.

Giroo: Karena itu dia menggunakan kata-kata ‘kesempatan’. Jika aku memilih jalan tengah karena keraguanku, atau mendapatkan keberhasilan yang samar-samar. atau memilih jalan yang berbahaya, dan mendapatkan sukses yang pasti? Tapi aku khawatir denganmu, ayah. Akulah yang membuatmu jadi seperti ini … Jika kau tidak menyetujuinya, aku tak akan melakukannya.

Saheum: (Berpikir sebentar) Aku akan baik-baik saja. Aku sudah kehilangan semuanya, apa yang lebih aku takutkan? Lakukanlah apa yang ingin kau lakukan. (Giroo mengangguk, sudah memutuskan)

KEMUDIAN

Giroo mengawasi Sunhwa yang sedang memeriksa barang-barang.

Suara hati Giroo: Sejak aku memilihmu, hidupku entah menjadi berharga atau sebaliknya sia-sia. Entah aku mengambil resiko,dan mendapatkan kembali kekuasaanku, kekayaan, dan juga Tuan Puteri. Atau aku menjadi abu yang tak meninggalkan jejak sama sekali. Aku akan melakukannya, mengambil jalan itu.

KEMUDIAN

Giroo menemui Sun

Giroo: Aku akan melakukannya.

Sun: Apa dan bagaimana kau melakukannya?

Giroo: Ketika kau memilihku, bukankah kau ingin tidak terlibat di dalam urusan ini? Kau pergilah ke perbatasan dengan Ko-Kuryo, kalau kita tidak berperang, habiskanlah waktumu dengan berburu.

Sun: Kau perlu Heukjipyung?

Giroo: Tidak. Jika dia tetap di sini apa bedanya? Itu sama saja kau masih ada di sini! Bawalah semua prajurit dan orang-orangmu. Untuk misi ini, hanya beritahu padaku orang yang menjadi penghubungmu.

Sun: Baiklah.

KEMUDIAN

Aja menemui Raja Weeduk.

Aja: Yang Mulia aku akan melakukannya. (Raja tampak senang) Aku akan melakukan ini untuk menyelesaikan impian terbesarmu dengan menyerahkan tahta ini padaku. Janganlah merasa menyesal kepada diriku lagi, dan juga kepada adik-adikku. Aku akan mengubah karakterku yang lemah, kalau perlu aku akan mencambuk diriku sendiri supaya hal itu tercapai. (Raja dan Wangoo sangat gembira mendengarnya)

Wangoo: Aku akan mempersiapkan keberangkatan Pangeran ke gua secara rahasia.

Weeduk: Ya … Ya … (Weeduk menatap wajah Aja yang terlihat sudah mengambil keputusan bulat.)

KEMUDIAN

Raja mengadakan pertemuan untuk meninjau persiapan upacara.

Weeduk: Sudahkah Guru Mokrasu mempersiapkan segala sesuatunya untuk upacara?

Mok: Ya, Yang Mulia.

Weeduk: Kalau begitu persiapkan upacara untuk leluhur bersama-sama dengan Pangeran.

Mokrasu: Baik Yang Mulia.

Weeduk: Wiesa Japyung, apakah kau sudah menemukan sesuatu di perbatasan?

Sun: Ya, Yang Mulia.

Weeduk: Kalau begitu apa rencanamu?

Sun: Aku menemukan bahwa laporan itu benar, jadi aku sudah mengumpulkan para prajurit. (Wooyung kebingungan dengan sikap Sun) Besok, bersama dengan Dalsol, aku akan berangkat menuju ke perbatasan.

Weeduk: Aku sangat menyesal membebani Wiesa Japyung dan pasukannya sedemikian rupa. Untuk itu, Jinryuhwa Japyung akan pergi dan membantu Wiesa Japyung.

Chilryo: Baik Yang Mulia!

Sun: Ya, Yang Mulia. Aku akan membungkam mereka, dan aku akan membangun tembok pertahanan kali ini.

Weeduk: Baik. Lakukanlah!

KEMUDIAN

Faksi Sun berkumpul, Wooyung dan Gye heran dengan keputusan dari Sun untuk membawa semua pasukannya ke perbataan. Dan mereka khawatir karena Jinryuhwa Japyung Chilryo akan dikirm untuk  ‘menemani’ Sun. Tapi Sun memberitahu mereka untuk tidak khawatir dan mempercayakan segalanya padanya. Sun juga mengatakan supaya mereka yang tinggal di Savisong untuk tidak melakukan sesuatu yang menyebabkan masalah. Yang lain hanya bisa menduga-duga kalau Sun sudah ada rencana.

KEMUDIAN

Giroo menemui Heukjipyung dan berbicara dengannya, kemudian ia menemui Goosan untuk mencarikan orang bernama Jangdoo, kemudian membawa 20 orang yang baik dalam bertempur untuk melakukan suatu misi.

Raja memberikan pedang sebagai tanda utusan Raja pada Sun dan melihat mereka semua pergi . Raja bertukar pandang dengan Aja.

KEMUDIAN

Sunhwa dan Daejang membicarakan juga masalah ini, mengenai perginya Wiesa Japyung dan semua orang-orangnya ke perbatasan serta ikutnya Jinryuhwa Japyung bersama dengan Sun untuk ‘menemani’. Daejang mengatakan kalaupun ada para pembunuh gelap, tapi tidak ada orang yang memimpin, jadi Daejang merasa kalau pihak Sun belum tahu rencana Raja.

Sunhwa merasa kalau keadaan ini sangat bagus bagi mereka, tapi tetap saja Sunhwa merasa ada sesuatu yang tidak beres. Ia mengatakan kalau Sun ingin melakukan pembunuhan gelap pada Pangeran, dia hanya membutuhkan beberapa petarung saja, jadi Sunhwa meminta Daejang untuk mencari tahu apakah ada gerakan yang mencurigakan, seperti adakah yang mengumpulkan banyak petarung.

PERTAMBANGAN ACHAK

Jang berhasil menyelesaikan tugasnya, dan Mojin sangat puas dengan hasilnya. Mojin memuji hasil kerja mereka semua. Jang bertanya kapan Pangeran akan datang, Mojin menjawabnya kalau tak lama lagi. Pangeran akan tinggal selama 3 hari di tempat ini dan melakukan ritual.

KEMUDIAN

Raja dan Pangeran datang ke Kuil Taehaksa  dan melakukan sembahyang. Gomo memanggil Maekdosu untuk selalu siap di tempat itu untuk membantu mengambilkan barang-barang yang diperlukan, dan untuk saat ini, Gomo menyuruhnya untuk membawakan Sogukju.

Maekdosu pergi ke tempat penyimpanan minuman,  dan meminta Sogukju pada Goosoo. Ketika Gooksoo memberinya sebotol, Maekdosu meminta dua botol, Gooksoo dan Maekdosu bertengkar kecil mengenai jumlah Sogukju yang dibutuhkan tapi Maekdosu memarahinya sehinga Gooksoo memberinya yang diminta.

Maekdosu menyembunyikan Sogukju yang sebotol lagi, tapi kemudian anggota Akademi lain yang tahu kebiasaan Maekdosu, berpesta lebih dulu dengan Sogukju yang diambil oleh Maekdosu.

Wooyung memarahi Giroo karena saat ini banyak orang yang tidak hadir di Taehaksa,  sekarang Giroo malah minta ijin untuk beberapa hari, tapi kemudian Wooyung sadar kalau semua rencana Sun dibebankan pada Giroo, dan meminta Giroo untuk berhati-hati supaya tidak membuka kedok mereka.

KEMUDIAN

Daejang mengatakan pada Sunhwa kalau semuanya tidak ada gerakan yang mencurigakan. Sunhwa merasa ini terlalu tenang, ia curiga pasti ada sesuatu. Tapi Daejang mengatakan mungkin Pihak Sun benar-benar tidak tahu rencana itu. Soochong datang dan mengatakan kalau jadwal keberangkatan Pangeran akan dilakukan malam ini. Sunhwa meminta pada Soochong untuk melindungi Guru Mokrasu dan Pangeran Aja.

KEMUDIAN

Aja dan Guru Mokrasu serta para pengiringnya menuju ke Gua Achak.  Giroo dan Goosan mengawasi mereka dari tempat tinggi.

Goosan: Apakah kita akan menyerang mereka sekarang?

Giroo: Jangan!

Goosan: Lalu?

Giroo: Kirim 2 orang untuk mengejar mereka dalam jarak cukup dekat.

Goosan: Jarak dekat?

Giroo: Cukup dekat sehingga mereka terpergoki oleh orang-orang Pangeran Aja sedang berusaha mengikuti.

Goosan: terpergok?

Giroo: Ya.

Goosan: Baiklah, Tuan. (Dia pergi)

KEMUDIAN

Pangeran Aja dan pengiringnya masih melakukan perjalanan, tiba-tiba seorang pengawal di belakang melihat ada 2 orang sedang mengejar rombongan  mereka. Ia segera berlari menyusul rombongan dan memberitahu Baekmoo. Baekmoo memberitahu Pangeran.

Baekmoo: Ada dua orang yang sedang mengejar kita. Apa yang harus kulakukan?

Aja: Kita juga sudah mengantisipasi hal ini, lakukan seperti yang direncanakan. Lakukan perjalanan sedikit jauh, dan pada saat beristirahat, kau naik ke atas tandu.

Baekmoo: Baik.

Aja: Setelah itu pergilah ke Kuil di mana Raja dan para pengawal berada.

KEMUDIAN

Baekmoo berada dalam tandu diiringi oleh para pengawal. Aja, Mokrasu, dan seorang pengawal mengawasi rombongan dan melihat kedua orang penguntit mereka. Setelah orang-orang itu berlalu, Aja mengajak mereka untuk melanjutkan perjalanan ke Achak.

Giroo dan Goosan sedang berjalan-jalan.

Goosan: Tandu dan para pengawal tidak menuju ke Achak, mereka pergi ke arah lain.

Giroo: Bagus. Pimpin pasukan ke Achak.

Goosan: Maaf?

Giroo: Pangeran pasti pergi ke Achak.

Goosan: Benarkah?

Giroo: Kita dapat pergi ke Achak sekarang.

Goosan: Baik.

KEMUDIAN

Di dekat kediaman Sun, Daejang dan Sunhwa menemui Sopal untuk menanyakan situasi di kediaman Sun.

Sopal: Semua orang pergi ke perbatasan. Jadi sekarang sepi di sini. (Sunhwa dan Daejang saling berpandangan)

Daejang: Apakah kau yakin?

Sopal: Ya. Tidak ada orang yang datang dan pergi.

Kembali ke kediamannya, Daejang dan Sunhwa masuk ke satu ruangan dan duduk, Pengurus datang menemui mereka.

Sunhwa: Kenapa? Apakah kau menemukan sesuatu?

Pengurus: Ya. Salah satu orang kita mendengar sesuatu yang aneh.

Daejang: apa?

Pengurus: Pedagang Abigi sedang merekrut orang-orang yang kuat dan cepat di Savisong.

Daejang: Seorang pedagang mengumpulkan para petarung?

Sunhwa: Siapa Abigi?

Daejang: Dia sering bepergian keliling, ketika kita mendapatkan ijin untuk usaha, dia juga baru memulai usahanya. Dia membuka toko segera setelah ia mendapatkan ijin. Kupkir seseorang menyokong dia.

Sunhwa: … (berpikir)

Daejang: Dia sudah berdagang cukup lama, jadi dia mungkin memang memiliki beberapa koneksi.

Sunhwa: Aku harus menemuinya.

Daejang: Kau sendiri?

Sunhwa: Tidakkah ini baik untuk menemuinya sebagai sesama pemilik usaha?

Daejang: Baiklah

KEMUDIAN

Sunhwa berusaha menemui pedagang Abigi, tapi ketika Sunhwa sedang menunggu, yang datang ternyata adalah Kim Saheum. Sunhwa sangat terkejut dan hampir tidak dapat mempercayai penglihatannya.

Kim Saheum: Silahkan duduk. (Mereka duduk)

Sunhwa: Ebeolchan …

Saheum: Bukan lagi, aku sekarang hanya seorang pedagang, Abigi.

Sunhwa: Aku pikir kau sudah mati.

Saheum: Ya, aku hampir mati. Dan aku datang ke Baekjae untuk menemui anakku.

Sunhwa: … (masih terkejut)

Saheum: Aku dengar tentangmu dari Doham. Tapi kelihatannya dia tidak memberitahumu mengenai diriku.

Sunhwa: Dia tidak memberitahuku.

Saheum: Dia menyesal bagaimana aku menjalani hidupku sekarang, itulah mungkin mengapa dia tidak mau membicarakannya.

Sunhwa: Akulah yang menyebabkan semua ini dan aku sangat menyesal. Baguslah kalau kau masih hidup.

Saheum: Itu adalah masa lalu. Sekarang kita dibuang oleh negara kita, lebih penting bagi kita untuk menetap di sini. Janganlah khawatir mengenai aku.

Sunhwa: Terima kasih atas pengertianmu. Jika kau butuh uluran tangan, aku akan membantumu.

Saheum: terima kasih.

KEMUDIAN

Sunhwa dan Daejang berjalan pulang ke kediaman mereka.

Daejang: Apa ada yang salah? Apa aku mengenalnya?

Sunhwa: itu Giroo! itu Giroo!

Daejang: Apa yang sedang kau bicarakan?

Pengurus: (bergabung dengan mereka) Beberapa orang yang direkrut telah pergi menuju ke Achak.

Sunhwa: (terkejut) kita terlambat selangkah!

Daejang: Lalu?

Sunhwa: Kita harus pergi ke Achak, kau pimpinlah orang-orangmu.

PERTAMBANGAN ACHAK

Aja. Mokrasu, dan pengawalnya sampai di tempat Mojin dan yang lainnya telah menunggu. Mojin menjemput mereka di luar, memberi hormat pada Aja, demikian juga yang lainnya.

Mojin: Kami telah menunggumu.

Mokrasu: Apakah semuanya sudah siap?

Mojin: Ya.

Aja: (melihat Jang) Jang di sini juga.

Jang: Ya. Apakah dalam perjalanan kalian tak mengalami masalah?

Aja: Beberapa orang mengejarku, jadi Baekmoo dan para pengawal mengecoh mereka.

Jang: Jadi kau kesini tanpa disertai oleh para pengawal?

Aja: (tersenyum) Aku membawa beberapa. (Jang terlihat khawatir, Mokrasu juga) Jangan terlalu cemas. Sun sudah berangkat ke perbatasan Ko-Kuryo dengan semua prajuritnya.

Jang: (sedikit lega) Ya.

Mokrasu: Pangeran butuh menyelesaikan ritual di sini dan kemudian mengikuti upacara Dongmyung. Dia tidak dapat menyempatkan istirahat, jadi persiapkanlah semua segera.

Mojin: Ya. (Kepada Aja) Kau harus menyucikan dirimu dahulu dan melakukan ritual kepada Dewa di Langit, kepada Dewa Bumi dan Air, kemudian ritual Chonma baru dimulai. Pada hari terakhir kita akan melakukannya di dalam gua.

Aja: Aku mengerti.

Mojin: Silahkan ikuti aku.

Mereka melewati seorang petugas di sana, yang sebenarnya adalah Jangdoo, anak buah Giroo yang menyamar. Jangdoo keluar ingin menemui Giroo di tempat rahasia.

Giroo: Di sini! (Jangdoo segera meghampirinya) Apakah kau sudah siap?

Jangdoo: Ya.

KEMUDIAN

Aja menjalani upacara penyucian diri di kolam.

Jang menunggu di kamar Pangeran, Pangeran masuk.

Aja: Jang, duduklah! Kau pasti sangat mengkhawatirkan aku.

Jang: Bukan seperti itu. Aku hanya ingin melindungimu.

Aja: Kau sebenarnya telah melindungiku sebelumnya. Itulah mengapa aku merasa aman jika kau ada di dekatku. Seperti kita memiliki ikatan yang kuat untuk alasan tertentu.

Jang: Aku juga merasakan hal yang sama.

Ketika aku kecil, Aku pergi ke Taehaksa karena kupikir Guru Mokrasu adalah ayahku.

Aja: Benarkah?

Jang: Guru Mokrasu menendangku keluar saat itu, dan aku berusaha untuk membalas dendam padanya. Jadi aku menyembunyikan diriku di dalam kereta yang akan memasuki istana.

Aja: Benarkah …

Jang: Ya, tapi di dalam kereta itu ternyata ada orang yang terluka. Dia memberiku sebuah surat, dan memintaku untuk menyerahkannya kepada Pengawal Raja Wangoo.

Aja: Apakah kau orang yang menyerahkan surat itu?

Jang: Ya. Aku mengetahuinya kalau surat itu darimu.

Aja: Benarkah? Sungguh aneh hubungan yang kita miliki.

JangL Kau akan menjadi Raja yang bijaksana. Kau akan membangkitkan kejayaan Baekjae lagi. (Aja menatapnya dengan pandangan aneh) Tuanku Pangeran, bersiaplah, ini sudah waktunya untuk melanjutkan ritualnya.

Aja: Aku mengerti.

KEMUDIAN

Aja melakoni upacara ritual lagi.

KEMUDIAN

Soochong masuk ke ruangan di mana Sunhwa sudah menantikannya.

Sunhwa: Kau harus mengirimkan pesan kepada Seodong-Gong.

Soochong: Tapi aku tidak dapat mendekati tambang. Dan jika Pangeran berada di sana maka ini akan menjadi lebih sulit.

Sunhwa: Tak ada pilihan lain lagi. Jangan mengendurkan kewaspadaan  hanya karena Wiesa Japyung pergi ke perbatasan. Kita harus memperingatkannya bahwa sesuatu sedang terjadi. Bisakah kau melakukannya?

Soochong: Aku akan mencobanya.

KEMUDIAN

Aja bersalin pakaian yang disiapkan untuk ritual terakhir dibantu oleh Mojin.

Mokrasu: Jika kau masuk ke dalam gua dan melakukan ritual selama sehari, semuanya akan berakhir.

Aja: Aku mengerti.

Mok: Walaupun kau sendirian, kau harus berdoa dengan hati yang murni dan pikiran yang suci.

Aja: Aku mengerti.

KEMUDIAN

Soochong mencoba untuk menyusup ke dekat pertambangan di mana Jang berada, namun banyak anak panah melesat ke arahnya, dan akhirnya Soochong terpanah dan terjatuh tak sadarkan diri. Giroo dan Goosan muncul disertai anak buahnya.

Goosan: Dia adalah pengawal dari Tuan Puteri, Soochong. Mungkinkah Puteri tahu mengenai hal ini?

Giroo: Bereskan dia!

Goosan: Baik! (Soochong dibawa pergi oleh anak buah Giroo)

Suara prajurit: Apa itu? Aku mendengar sesuatu! (Giroo menoleh ke asal suara)

Goosan: Apa yang akan kita lakukan ?

Giro0: Kita pergi, sembunyikan diri kalian! (Mereka pergi, meninggalkan Soochong di tanah)

KEMUDIAN

Aja sedang melakukan ritual di dalam gua.

DI PERBATASAN DENGAN KO-KURYO

Chilryo: Suasana di perbatasan sangat tenang.

Sun: Suasana perbatasan akan tenang tepat sebelum mulai peperangan.

Chilryo: Benarkah?

Sun: Ya, selalu.

KEMUDIAN

Pangeran Aja sedang melakukan doa. Jangdoo melayaninya.

Sun di perbatasan mengawasi di kejauhan, Heukjipyung di sampingnya.

KEMUDIAN

Prajurit menggendong Soochong, membawanya ke perkemahan para insinyur Taehaksa. Eunjjin melihatnya dan berteriak pada ibunya, Mojin.

Eunjin: Ibu! Ibu! Cepatlah keluar. (Mokrasu, Jang, dan Mojin segera keluar dari kemah)

Pengawas: Ini di tengah-tengah ritual, apa yang terjadi?

Prajurit: Aku mendengar sesuatu, dan aku menemukan pria ini. (Prajurit menurunkan Soochong ke atas tanah)

Jang mengenalinya, segera bergegas mendekat dan menggeledah dada Soochong. Ia menemukan sepucuk surat. Mokrasu dan Mojin heran dan saling berpandangan.

Mojin: Apa itu? (Jang membuka surat dan membacanya.)

KEMUDIAN

Aja sedang melakukan ritual, ia melepaskan kalungnya dan menaruh di atas meja kecil di hadapannya.

SEMENTARA ITU

Sunhwa, Daejang, dan Bomyung menanti Soochong.

Sunhwa: Jika dia berhasil menyampaikan surat itu, seharunya ia sudah sampai di tempat ini sekarang.

Bomyung: Jangan khawatir, Nona.

Sunhwa: Apakah orang-orang kita ada di Achak?

Daejang: Aku beritahu mereka untuk tinggal di pasar Achak. (Sunhwa gelisah)

KEMUDIAN

Goosan: Aku merasa sesuatu yang tidak baik  terjadi pada Soochong. Ketika aku kembali ia sudah tidak ada di sini.

Giroo: Jika rencana pertama kita gagal, kita harus langsung menyerang mereka. Apakah semua sudah mengenakan tanda pengenal Shilla?

Goosan: Ya.

Giroo: Bersiaplah!

Goosan: Baik!

DI GOA DI ACHAK

Jangdoo mendekati Pangeran membawa kotak berisi naga kuning.

Jangdoo: Ini adalah naga kuning. Ini yang terakhir.

Jangdoo berlutut, menaruh kotak di atas meja, membukanya dan mengambil sebuah pisau, yang langsung ditusukkan kepada dada Pangeran.

Tapi tiba-tiba sebuah tangan menahannya, kemudian tangan yang lain memukulnya sehingga ia tersungkur ke belakang. ‘Pangeran’ itu ternyata Jang yang menyamar.

Aja datang dan memegang kerah bajunya.

Aja: Kau orang jahat! Siapa otak di belakangmu?! Siapa yang menyuruhmu?

Jangdoo menusukkan pisau yang ditangannya ke dada Pangeran Aja.

Jang: (kaget) Tuanku! Tuanku! Tuanku!

Jangdoo bangun dan berusaha menusuk Jang, Jang menangkap tangannya dan memuntirnya kemudian menusukkan pisau di tangan Jangdoo ke dadanya sendiri. Jangdoo berusaha lari, Jang membiarkannya karena bingung dengan keadaan Pangeran.

Jangdoo keluar dari Gua dan bertemu dengan Mokrasu dan Mojin. Mereka menanyakan apa yang terjadi, dan Jangdoo mengatakan kalau di dalam goa ada orang lain yang berusaha membunuh pangeran dan dirinya. Mojin dan Mokrasu segera berlari masuk  melihat Jang sedang mengurus Pangeran.

Mokrasu: Tuanku! Tuanku! (Bertanya pada Jang) Apa yang terjadi?

Jang: Guru! Apakah kau melihat seorang pria keluar dari gua?

Mojin: Siapa? Apa kau menanyakan tentang pelayan itu?

Jang: Ya! Dialah! Dialah pembunuh gelapnya!

Mojin: Apa? (Dia segera berlari keluar gua)

Mokrasu: Tuanku Pangeran!

Jang: Dia ditusuk!

Mokrasu: Baiklah, pergi dan ambil obat-obatan segera! Kita sedia obat-obatan di sini!

Jang: Baik!

Jang membuka pakaian samarannya dan pergi. Mokrasu berusaha menghentikan pendarahan dan melakukan apa yang bisa dilakukan untuk mempertahankan hidup pangeran.

SEMENTARA ITU

Mojin: Eunjin! Apakah kau melihat pelayan yang baru saja keluar?

Bumro: Pelayan? Mereka ada di sana!

Mojin: Bukan! Seorang pelayan yang baru saja keluar dari gua.

Pengawas: Ada apa? Apa yang terjadi di dalam gua?

Mojin: Pergi! Cepat! Pangeran … Pangeran sedang …

KEMUDIAN

Jangdoo pergi ke tempat persembunyian Giroo. Goosan membantunya tetap berdiri.

Giroo: Bagaimana situasinya?

Jangdoo: Aku gagal! (jatuh berlutut)

Giroo: Gagal? Mengapa kau tidak melakukannya dengan diam-diam?

Jangdoo: Seorang pria telah menungguku. Tapi aku berhasil menusuk Pangeran dengan pisau. (Meringis kesakitan dan jatuh … tak bergerak … mati)

Goosan: Apa yang harus kita lakukan?

Giroo: Kita serang mereka sekarang! (Kepada anak buahnya) Ayo berangkat!

Semua: Baik! (Mereka segera berangkat menuju perkemahan di Tambang Hwangok.)

KEMUDIAN

Pertarungan tak seimbang terjadi di perkemahan. Para penjaga tak berdaya menghadapi serbuan dari pasukan Giroo. Eunjin dan Bumro ketakutan dan melarikan diri. Pasukan Giroo terus membantai para prajurit, dan ketika melihat pengawas tambang, mereka segera mengejar dan membunuhnya di tempat. (Sukurin, ini akibatnya bergabung sama Sun)

Mojin berlari ke dalam Gua menemui Mokrasu.

Mojin: Kita dalam masalah! Kalian harus segera pergi dari sini!

Jang: Apa yg terjadi?

Mojin: (panik) Para pembunuh bayaran! Kumohon cepatlah pergi!

KEMUDIAN

Goosan memeriksa mayat-mayat yang ada. Dia tidak menemukan Pangeran.

Goosan: Ayo kita pergi ke gua!

Prajurit: Baik!

Giroo berlari masuk ke dalam gua, tetapi gua sudah kosong tak ada seorangpun ada di dalam.

Goosan: Mereka tidak mungkin sudah pergi terlalu jauh, kita masih bisa manangkap mereka.

Giroo: Ya!

Goosan: (Kepada anakbuahnya) Bunuh siapa saja yang kalian lihat! Ayo beramglat!

Semua: Baik!

KEMUDIAN

Eunjin, Bumro, dan Mojin berhasil melarikan diri.

Bumro: Eunjin, kau percaya aku khan? Ikuti aku!

Eunjin: Uh… Luruskan pikiranmu, Bumro!

Bumro: (Kepada Mojin) Kau juga. Kau percaya padaku khan? Jika kau mengikutiku, kita tidak akan mati.

Mojin: Tidak ada waktu untuk berbicara. Ayo cepat!

Bumro: Seorang pria macam aku tidak akan mudah mati! Itu yang ayahku katakan, jadi ikutilah aku! (Tiba-tiba berteriak ketakutan, Mojin dan Eunjin segera menoleh untuk melihat)

Eunjin: Apa?

Mojin: Apa yang terjadi?

Bumro: (ketakutan) Sesuatu yang sangat lunak, menyentuh kakiku, kakiku!

Bumro melirik ke arah tanah, berteriak, dan berlari ke belakang Mojin, mereka melihat sesosok tubuh terbaring telungkup di tanah tertutup oleh rerumputan liar.

Mojin mendekatinya dan membalikkan tubuhnya untuk melihat wajahnya.

Mojin: Ini dia! Dia mencoba untuk membunuh Pangeran!

KEMUDIAN

Aja dipapah oleh Jang dan Mokrasu, dikawal oleh beberapa pengawal, berusaha melarikan diri. Tapi mereka dihadang oleh beberapa prajurit Giroo. Para pengawal Aja bertarung dengan prajurit Giroo.

Pengawal: Kawal Pangeran dan pergilah! Kami akan mengurusi masalah di sini!

Mokrasu dan Jang segera pergi membawa Pangeran. Para pengawal Aja terbunuh semua karena prajurit Giroo mendapat bantuan dari teman-temannya.

SEMENTARA ITU

Giroo ada di gua, ia menemukan pisau yang digunakan untuk menusuk pangeran dan mengambilnya. Ia memeriksa ruangan gua dan menemukan kalung dari pangeran yang ditaruh di atas meja. Giroo mengambilnya dan memeriksanya, ia melihat angka 4 di balik kalung itu.

KEMUDIAN

Mereka berempat beristirahat di satu tempat. Pangeran tampak hampir hilang kesadarannya.

Mokrasu: Kita akan mati jika kita terus berjalan dalam cuaca seperti ini.

Suara prajurit Giroo: Temukan mereka!

Mokrasu: Aku akan berusaha memancing mereka. Kau harus merawat Pangeran Aja!

Jang: Guru!

Mokrasu: Apapun yang terjadi! Apapun yang terjadi kau harus melindunginya.

Suara prajurit: Temukan mereka! Temukan mereka! Jangan sampai mereka lolos!

Mokrasu: Pangeran! Kau harus hidup! Kau tidak dapat mati seperti ini! (Kepada Jang) Apa yang kau lakukan? Bawa dia pergi sekarang!

Jang: Tidak bisa! Kau nanti akan dalam bahaya besar!

Mokrasu: Bawa dia pergi! Bawa dia pergi sekarang! (Mokrasu memancing para prajurit bersama dengan pengawal yang ikut dengan mereka) Jang! Jang! Arah sini! Ayo kemari!

Suara prajurit: (mendengar teriakan Mokrasu) Itu mereka di sana! Kejar!

Mokrasu segera pergi bersama dengan pwngawal sedangkan Jang membawa Aja ke arah lain.

Suara prajurit: Di sana!

Pengawal: Kau pergi dahulu!

Mokrasu: Tidak!

Pengawal: Tidak ada waktu, pergi sekarang!

Suara prajurit: Itu di sana! Mereka di sana!

Pengawal: Sekarang! (Pengawal itu mendorong Mokrasu ke belakang, ia sendiri langsung menghadapi para prajurit yang mengejar, Mokrasu segera pergi menyelamatkan diri)

SEMENTARA ITU

Jang membawa Pangeran pergi ke arah lain.

Jang: Tuanku pangerang, tuanku! Jangan sampai hilang kesadaranmu!

Aja: Jang!

Jang: Pangeran! Sadarlah!

Aja: Jang! Air … air …! (Aja pingsan)

Jang: Pangeran! Tidak seperti ini! Kau tidak boleh mati seperti ini! (Jang kebingungan, tiba-tiba terpikirkan suatu ide di kepalanya) Obat-obatan dan air, ya tempat itulah satu-satunya yang ada!

DI LAIN PIHAK

Giroo dan Goosan masih mencari pangeran Aja.

Giroo: Kita harus menemukannya.

Goosan: Pengawalnyha tercerai-berai dan semua prajurit di tempat ini telah tewas.

Giroo: Kita masih punya banyak waktu sampai prajurit dari Istana datang kemari. Kau harus menemukannya. Aku harus melihatnya dengan mataku sendiri.

KEMUDIAN

Sunhwa: Aku tidakd dapat menunggu lagi! Aku akan pergi ke sana sendiri!

Boomyung: Kemana kau pikir kau akan pergi? Tunggulah Soochong!

Sunwha: Dia tak akan datang!

Boomyung: Tapi tetap saja kau tidak dapat kesana!

Sunhwa: Jika ada sesuatu yang terjadi, bukan hanya Pangeran yang berada dalam bahaya, Seodong-gong juga! Aku tidak dapat hanya menunggu dan berdiam diri saja.

Daejang: (bangkit berdiri) Aku akan membawa beberapa orang dan memeriksanya.

Sunhwa: Aku akan ikut denganmu!

Boomyung: Nona!

Sunwha: Jika tidak ada yang terjadi, aku akan secepatnya kembali kemari! Janganlah terlalu khawatir.

KEMUDIAN

Sunhwa, Daejang, dan beberapa orang pergi ke perkemahan Pangeran, tetapi mereka melihat tempat itu sangat kacau dan mayat di mana-mana. Sunhwa seakan mau pingsan rasanya, ia khawatir dengan Jang.

Daejang: Temukan mereka sekarang! Cari Guru Mokrasu dan Jang dan Pangeran! Temukan mereka!

Prajurit: Baik! (Mereka mulai menggeledah tempat itu)

Daejang dan Sunwha menuju ke gua.

Daejang: Bukankah ini guanya?

Sunhwa: Benar, mari kita masuk!

Daejang: (kepada anak buahnya) Kalian tunggu di sini dan berjaga-jagalah!

Sunhwa dan Daejang masuk ke gua tapi gua itu kosong.

Daejang: Ini pasti gua tempat dilakukannya ritual. Melihat kalau tidak ada orang di sini, itu artinya mereka selamat.

Sunhwa: (gelisah, panik, dan ketakutan, bergumam seakan-akan ingin meyakinkan dirinya) Kumohon selamatlah! Kumohon kau harus selamat!

Kepala prajurit datang menemui mereka.

Daejang: Apakah kau menemukan mereka?

Kepala prajurit: Aku tidak menemukan Guru Mokrasu dan Jang, juga tidak ada orang yang berpakaian seperti  Pangeran.

Daejang: Benar khan! Mereka selamat! Jang berhasil menyelamatkan diri.

Prajurit lain datang: Kami menemukan Soochong!

Sunhwa: Soochong?

Prajurit: Hampir semua mayat di tempat ini karena tusukan pedang. Tetapi Soochong terkena anak panah dan dilemparkan keluar.

Sunhwa: Apakah dia masih hidup?

Prajurit: Ya. Tapi kelihatannya dia berada dalam kondisi yang kritis.

Daejang: aku mengerti. Kelihatannya mereka benar-benar berhasil meloloskan diri. Kita harus pergi ke kota dan kembali membuat rencana lain. Mari berangkat! (Ia pergi dengan diikuti anak buahnya)

Sunhwa melangkah pergi, tapi dia berbalik dan berkata dalam hati, “Kumohon selamatlah!” Sunhwa menyusul Daejang dan yang lain. Mereka semua segera pergi. Selisih beberapa detik, Jang datang ke gua dengan memapah Aja. Setelha mengawasi sekitar, Jang masuk ke gua dengan pangeran.

Jang membaringkan pangeran Aja dan berusaha meringankan rasa sakitnya.

Jang: Kau tidak boleh mati! Kau tidak boleh mati di depanku! Kau tidak boleh mati di hadapanku selama aku masih ada di sini! Tidak pernah! Tidak akan pernah!

Jang masuk ke ruang penyimpanan obat, berkeliling mengambil bahan-bahan obat untuk luka pangeran. Kemudian Jang meracik semua bahan-bahan obat itu menjadi ramuan dan memasaknya. Jang memberi Aja minum obat itu. Jang melakukan upaya sekuat tenaganya untuk menyelamatkna hidup pangeran. Tak peduli berapa jarak yang harus ia tempuh untuk mengambilkan air segar, tak peduli seberapa lelahnya ia merawat pangeran.

KEMUDIAN

Sun bermain catur dengan Chilryo.

Giroo dan Goosan masih tidak menemukan jejak dari pangeran.

Goosan: Kami tidak dapat menemukan ketiga orang itu!

Giroo: … Sampai para pengawal raja datang, aku akan memeriksa sekitar tempat ini.

Goosan: Bagaimana dengan kami?

Giroo: Jika mereka tidak kau temukan sampai saat terakhir. Mulailah dengan rencana terakhir. Sekarang pergilah!

Goosan: Baik (Kepada anakbuahnya) Ayo berangkat!

Semua: Baik!

Giroo kepada anak buahnya: Temukan mereka!

Semua: Baik!

Giroo mengawasi sekeliling mencari-cari.

Suara hati Giroo: Keluarlah Jang! Keluarlah Pangeran! Apakah kalian masih hidup atau sudah mati?!

KEMUDIAN

Jang: Kau tidak boleh mati seperti ini! Aku bahkan tidak memiliki kesempatan untuk memanggilmu ‘hyungnim’ (kakak). Hyungnim … Tidak seperti ini.

Aja: Panggilah aku lagi! (Aja mulai sadar)

Jang: Tuanku!

Aja: Kau menyelamatkanku lagi!

Jang: Tuanku!

Aja: Panggil aku hyungnim. Aku menjadi lebih baik jika kau memanggilku hyungnim.

Jang: Ya, hyungnim. (Aja tersenyum senang) Ya, hyungnim!

Jang mengambil kalungnya dan menunjukkannya kepada Pangeran, Pangeran menerimanya, melihat ke balik kalung dan terukir di sana angka 1 (dalam huruf China), Aja sangat terkejut.

Aja: ini … ini …

Jang: Ya, hyungnim. (Aja menatapnya dengan pandangan seperti tak percaya) Aku adalah saudara ke-empatmu, Jang!

7 comments on “Song Of The Prince [Seo Dong Yo] – Episode 29

Tinggalkan Balasan ke elvi afianty Batalkan balasan