Song Of The Prince [Seo Dong Yo] – Episode 35

Catatan: Jika dalam dialog ada tulisan Suara ….., contoh: Suara Giroo, maka yang terdengar hanya suara dari Giroo saja tidak nampak Giroo-nya atau isi sebuah surat dari seseorang dengan suara orang itu sendiri yang membaca isinya, tapi jika langsung nama orang maka orang itu tampak berbicara. Di Episode ini banyak sekali penggunaan dialog seperti ini, jadi jangan bingung ya 😀

Kapten dari anak buah Wangoo datang menemui Mokrasu.

Mokrasu: Bagaimana situasinya?

Kapten: Tak lama lagi, semuanya akan selesai! Apakah kau sudah siap di sini?

Mokrasu: Ya! (Melihat ke arah kamar)

Jang memakai pakaian raja siap untuk mengikuti upacara.

Mokrasu memasuki kamar, memberi hormat lebih dulu padanya.

Mok: Tak lama lagi Perdana Menteri akan memasuki Aula Istana. Semuanya akan selesai dalam satu jam. Persiapkanlah dirimu!

Jang: Ya.

KEMUDIAN

Weeduk: Aku tak dapat seperti ini. Aku harus keluar sendiri!

Baekmoo: Tidak bisa Yang Mulia! Wangoo memintaku untuk mengiringi anda ketika diberi tanda peringatan.

Weeduk: Dia mungkin adalah pembunuh Aja Taeja, tapi dia masih tetap adikku. Walaupun dia layak untuk mati, tapi aku tetap ingin untuk melihatnya untuk terakhir kali.

Baekmoo: Tapi Yang Mulia!

Weeduk: Tidak apa-apa! (Keluar ruangan)

KEMUDIAN

Para anggota Taehaksa yang ditugaskan dalam penyambutan tamu melakukan tugas mereka dengan sebaik-baiknya. Giroo menemui mereka.

Giroo: Apakah Jenderal lewat sini?

Woosoo: Ah … dia tidak muncul selama aku bertugas di sini. (bertanya ke Goyiso) Apa kau melihatnya?

Goyiso: Tidak.

Juriyeong: Aku juga tidak melihatnya.

Gooksoo: Aku juga tidak.

Giroo: Aku harus pergi dan mencari dirinya.

Gooksoo dan Woosoo: Baik.

Woosoo: (berseru) Guru Giroo sudah datang!

Kapten dari Wangoo mendengarnya dan terkejut.

Kapten: (pada Wangoo, bingung) Apa yang harus kulakukan?

Selagi Wangoo dan Kapten bingung, Giroo datang dan melihat mereka berdua. Giroo memberi hormat pada Wangoo, saat Giroo menunduk memberi hormat, ia melihat bercak-bercak darah di atas salju di area itu. Ia menahan rasa curiganya.

Giroo: Perdana Menteri menyuruhku bertanya untuk memeriksa apakah ia bisa keluar sekarang?

Wangoo: (sedikit gugup) Oh .. begitukah? Apakah ia sudah siap?

Giroo: Ya. Kalau aku sudah melapor padanya, ia akan segera keluar.

Wangoo: Baiklah, Yang Mulia akan segera keluar sebentar lagi. Jadi pergilah dan iringi Perdana Menteri.

Giroo: Ya.

Giroo segera keluar dan tidak sengaja menabrak orang saat di luar. Giroo merasa ada sesuatu yang tidak beres dan hatinya tidak enak. Giroo segera menemui Woosoo dan memintanya untuk menemui Dalsol Heukjipyung dan meminta supaya Dalsol memimpin sejumlah pasukannya untuk pergi ke Istana Barat tempat Buyeo-Gye dan keluarganya dan menjaga keselamatan mereka. Woosoo pertama menolaknya karena pasukan tidak boleh ada di istana, tapi Giroo mengatakan kalau ini hal yang mendesak. Woosoo akhirnya setuju dan pergi.

KEMUDIAN

Kapten: Apakah ia melihat ini. (menunjuk pada bercak-bercak darah di atas salju)

Wangoo: … (terkejut)

Kapten: Jika ia melihat ini …

Wangoo: Dasar sial …. Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk membersihkannya? (tiba-tiba Baekmoo datang) Ada apa?

Baekmoo: Yang Mulia keluar ruangan.

Wangoo: Bukankah aku sudah memberitahumu untuk menahan dirinya sampai aku memberikan tanda padamu?

Baekmoo: Ini mengenai Buyeo-Gyee, jadi dia merasa risau hatinya.

Wangoo: Baiklah … (pada kapten) Aku akan segera kembali, lakukan apa yang telah kuperintahkan padamu!

Kapten: Ya.

Wangoo: (pada Baekmoo) Ayo pergi!

Baekmoo: Ya!

Wangoo dan Baekmoo berlari menemui Raja yang sedang menanti mereka di luar kediamannya.

Weeduk: Bagaimana?

Wangoo: Sesuatu yang tak terduga terjadi.

Weeduk: Tak terduga?

Wangoo: Guru Giroo dari Taehaksa datang dan kukira ia melihat bercak-bercak darah yang tidak kami ketahui sebelumnya.

Weduk: Apa? (Wangoo menahan rasa malu) Kesuksesan rencana ini gagal dalam satu detik karena keteledoran kalian. (bingung dan gugup) Baiklah kita tidak punya pilihan lain. Kau perintahkan salah seorang kepercayaanmu  untuk menjaga pintu utama, sisanya kau pimpin ke Istana Barat!

Wangoo: Baik! (ia segera pergi)

KEMUDIAN

Buyeo-Gye dan keluarganya (tanpa Buyeo-Sun) diiringi oleh Gomo, Mojin, dan Ataek sedang dalam perjalanan ke tempat upacara. Giroo mendatangi mereka dan mencegah mereka untuk datang ke tempat upacara. Wooyung heran. Giroo mengatakan pada mereka kalau Jenderal tidak ada di manapun dan ia melihat bercak-bercak darah di tempat para pengawal Raja berjaga, meskipun hanya beberapa tetes saja. Gye bertanya apakah ia yakin kalau itu hasil perbuatan dari para pengawal, Giroo menjawabnya walaupun ia tidak yakin, tapi ia merasa tidak enak, jadi ia memanggil Heuk dan pasukannya.

Giroo menyuruh mereka untuk menunggu dulu di Istana Barat, tetapi Wooyung tidak setuju karena sama saja itu berbahaya bagi mereka jika menunggu di Istana Barat. Wooyung mengusulkan mereka harus pergi ke Kuil Kerajaan dan Heuk harus pergi ke sana. Giroo mengiyakannya. Sementara itu Gomo dan Mojin gelisah mendengar semua itu.

Wangoo sampai di Istana Barat tetapi menemukan tempat itu sudah kosong.

Wangoo: Mereka menyembunyikan diri.

Kapten: Apa yang harus kita lakukan?

Wangoo: Ada dua jalan keluar dari tempat ini! Kalian memecah menjadi dua pasukan dan temukan mereka!

Para pengawal: Baik!

Mereka segera memecah menjadi dua pasukan dan berangkat menuju kedua pintu keluar. Sementara itu keluarga Gye, diiringi Mojin dan Gomo masih berjalan ke Kuil.

KEMUDIAN

Giroo: Apakah kau bertemu dengan Dalsol?

Woosoo: Dia tidak ada di sana.

Giroo: Tidak ada di sana?

Woosoo: Dia menerima surat dari Jenderal dan tidak pernah kembali.

Giroo: Apa?

Saheum: Giroo!

Woosoo bingung melihat Saheum dan Giroo terkejut karena Saheum juga ada di sini, sedikit bingung karena ada Woosoo, yang tidak mengetahui jelas mengenai hubungan mereka berdua.

Giroo: (pada Woosoo) Kenapa Abigi ada di sini? (menemui Saheum, sedikit berbisik) Apa yang kau lakukan di tempat ini?

Saheum: Goosan berkata kalau ia menemui Heuk

Giroo: Apa maksudmu?

Saheum: Suratnya tak pernah sampai. Jangdoo menghilang.

Giroo: Apa?

Saheum: Karena itulah aku kemari untuk memberitahumu ini.

Giroo: Ya. Aku mengerti. Sekarang kembalilah ke rumah.

Saheum mengangguk dan segera pergi, Giroo berpikir. Woosoo menatapnya sedikit curiga.

KEMUDIAN

Wangoo berhasil menghadang rombongan Buyeo-Gye. Buyeo-Gye terkejut demikian juga dengan Wooyung.

Wangoo: Mengapa kau mengambil jalan ini? (Ibu Wooyung gelisah, Gomo dan Mojin tak tahu harus berbuat apa) Kami akan mengawal kalian.

Gye kaget, Giroo datang dan mengawasi dari tempat jauh, ia gelisah karena tak sanggup bertempur dengan orang begitu banyak, tapi kemudian beberapa prajurit dari Heuk juga sampai di tempat itu, Wangoo terkejut. Suasana sangat menegangkan dengan kedua pasukan saling berhadapan.

Wangoo: Prajurit militer tak boleh masuk ke tempat ini. Bagaimana bisa pasukan pribadi memasuki wilayah ini!

Heukjipyung: Serang mereka!

Kedua pasukan segera bertempur, Wooyung, Buyeo-Gye dan istrinya segera berlindung. Mojin dan Gomo juga segera pergi mencari perlindungan. Pertempuran masih berlanjut, Giroo menghampiri keluarga Buyeo-Gye dan mengiringi mereka pergi menyelamatkan diri. Wangoo melihatnya tapi tidak dapat berbuat apa-apa, ia segera pergi meninggalkan pertempuran dan menemui Raja untuk melaporkannya.

Wangoo: Kita dalam masalah, Yang Mulia! (Raja terkejut)

Raja: Ada apa?

Wangoo: Ketika kami berusaha menangkap Tuan Buyeo-Gye dan keluarganya, Heuk datang memimpin pasukan pribadinya.

Weeduk: Apa?

Baekmoo: Kita harus menghindar sekarang! (Raja berpikir)

Wangoo: Benar, kau harus menghindar, Yang Mulia.

Weeduk: Apakah para pejabat dan bangsawan sudah ada di Aula Istana?

Wangoo: Sudah, tapi ….

Weeduk: Aku akan segera ke sana! Dan akan segera mengumumkan naskah pengangkatan Mugang Taeja sebagai Pangeran Mahkota dan sebagai Raja selanjutnya!

Wangoo: Itu sangat berbahaya, Yang Mulia!

Weeduk: Aku akan mengamankan warisan untuknya di masa depan! (Baekmoo tertegun)

Wangoo: Yang Mulia!

Weeduk: Ini adalah keinginanku yang terakhir! Walaupun nantinya aku gagal, tapi aku tetap harus melakukannya! Itu cukup bagiku! (Kepada Baekmoo) Jadi pergilah ke Guru Mokrasu! Misi ini gagal dan aku akan melarikan diri. Larilah bersama dengan mereka dan rencanakan pelarian untuk keluar dari Istana!

Baekmoo: Baik! (Ia segera pergi)

KEMUDIAN

Jang dan Mokrasu menunggu di tempat rahasia, yang ternyata Kuil Kerajaan.

Jang: (sedikit tak tenang) Ini sudah satu jam.

Mokrasu: (bertanya-tanya dalam hati, tiba-tiba mendengar langkah kaki, bangkit berdiri membungkuk ke Jang, nada senang) Sekarang sudah berakhir. Ada suara beberapa langkah kaki. Pasti ini para pelayan yang akan mengiringi kau dengan resmi.

Mokrasu segera pergi keluar ruangan, Jang menunggu dengan hati berdebar-debar.

DI LUAR

Heukjipyung: (Kepada anak buahnya) Jaga semua tempat ini!

Mokrasu kaget menyaksikannya. Keluarga Gye datang bersama dengan Giroo, Mojin, dan Gomo.

Giroo: Silahkan masuk. (Gye dan keluarganya masuk)

Mokrasu panik dan segera masuk ke dalam ruangan Jang berada.

Jang: (melihat Mokrasu begitu tergesa-gesa) Ada apa?

Mokrasu: (menempelkan jari di bibir) Sshh! (memadamkan lilin dan berdiri tegang, mendengarkan)

Jang: (berbisik) Apa yang terjadi?

KEMUDIAN

Keluarga Gye mengambil ruangan di depan ruangan di mana Jang dan Mokrasu berada.

Heuk: Yang Mulia menipu kita!

Gye: (marah) Menipu?

Heuk: Yang Mulia telah memanggil Jenderal tadi malam secara rahasia dan berusaha membunuhnya dengan pisau beracun. (Giroo kaget)

Gye: (terkejut) Apa? (nada marah) Membunuh?

Wooyung: Apakah kau yakin? Seyakin-yakinnya?

Heuk: Ya.

Giroo: Bagaimana dengan Jenderal, apakah ia baik-baik saja?

Mokrasu dan Jang yang sedang menguping menjadi terkejut.

Suara Heuk: Dia dapat melewati maut dan pergi ke Gudang Obat Taehaksa, dia sangat beruntung dapat memakan obat penawar racun dan dia sekarang masih hidup.

Mokrasu dan Jang saling memandang, mereka berdua sangat gelisah, sementara itu di luar Baekmoo sedang mengawasi Kuil dan mendesah berat.

Baekmoo: Apa yang harus kulakukan dengan situasi seperti ini?

DI DALAM

Gye: Di mana Sun sekarang berada?

Heuk: Aku baru dihubungi beberapa waktu lalu jadi aku datang untuk melindungi kalian dengan pasukanku sesegera mungkin. (semuanya gelisah memikirkan Sun) Jadi janganlah kuatir. Jenderal akan segera memimpin pasukan militer. (Jang dan Mokrasu kaget, saling berpandangan.)

KEMUDIAN

Para prajurit Sun menyerang para pengawal yang menjaga Istana dan menyerbu masuk ke dalam. Sun ditandu mengikuti di belakang para pasukannya berhenti di depan gerbang Istana.

Sun: Sapu habis mereka! Semuanya! (pada para pengangkat tandu) Ayo pergi!

Pengusung tandu: Baik! (Mereka mengusungnya kembali menuju ke dalam Istana)

Raja menuju tempat upacara. Di hadapan para bangsawan, Raja Weeduk dengan segera berusaha membaca pengumuman mengenai pewarisan tahta kepada Jang, tapi Buyeo-Sun dan pasukannya menyerbu masuk ke Istana. Wangoo dengan terpaksa menyuruh para pengawal menyelamatkan raja sehingga mencegah Raja melakukan pengumuman. Selama kudeta di Istana, beberapa anggota lama ‘Haneulchae’, selain anggota inti,  yang bersimpati pada Giroo tewas terbantai. Para pejabat sama-sama melarikan diri dengan serabutan takut menjadi korban.

Sun tiba di halaman Istana,  ia turun dari tandunya dengan tubuh terbungkuk-bungkuk, masih menahan sakit bekas tusukan.

Sun: (dengan nada penuh dendam) Temukan Yang Mulia Raja! Temukan dia dan ambil nyawanya!

Prajurit: Baik!

Sun: (menyumpahi Raja) Beraninya kau!

KEMUDIAN

Seseorang pengawal yang berperawakan sama dengan raja didandani sebagai Raja Weeduk. Raja melepaskan seluruh atributnya untuk dipakaikan kepada penggantinya.

Weeduk: Apakah kau sudah membawa kotak-kotak itu?

Wangoo: (sambil mendandani pengganti Raja) Ya, Yang Mulia! Aku sudah menyiapkan semuanya saat kau menyuruhku.

Weeduk: (nada cemas) Bagaimana dengan Pangeran? Apakah dia berhasil meloloskan diri dengan selamat?

Wangoo: (masih mendandani pengganti Raja) Aku rasa begitu. Jadi kau harus pergi sekarang, Yang Mulia.

Weeduk: Aku mengerti! (segera pergi)

Wangoo: Ayo kita pergi!

Weeduk diikuti Wangoo dan para pengawal yang setia segera berlalu, ‘Raja’ palsu diikuti beberapa pengawal berlalu ke arah sebaliknya.

KEMUDIAN

Prajurit Sun sudah menguasai semua tempat di Istana. Sun dipapah oleh salah satu sersannya memasuki halaman Istana tempat Upacara seharusnya dilakukan. Heuk datang dan berlutut di hadapannya.

Heuk: Apakah kau baik-baik saja?

Sun: Ya. Bagaimana dengan ayahku?

Heuk: Dia aman!

Sun: Raja berusaha melakukan sesuatu saat upacara penyerahan tahta! Pergi dan ambillah naskahnya!

Heuk: Baik. (Ia bangun dan segera berlari ke altar, Giroo mendatangi Sun)

Giroo: Apakah kau baik-baik saja Jenderal?

Sun: Musang tua itu membodohi kita!

Heukjipyung: Tuan Jenderal! Tuan Jenderal! (mendatangi Sun dengan membawa naskah penyerahan tahta)

Sun: Ada apa?

Heuk: Lihatlah ini! (Giroo mengambil naskah)

Sun: Apa itu?

Heuk: (Giroo membuka naskah) Naskah penyerahan tahta .. naskah itu …

Giroo: (terkejut) … menamakan Mugang Taeja sebagai Raja!

Sun: (terkejut) Apa? Kalau begitu ia pasti ada di Istana! Cari dan temukan dia! Siapapun dia, temukan dia! (berteriak) Temukan dia! (tiba-tiba jatuh)

Sersan: Tuan Jenderal! Tuan Jenderal! (Giroo segera menghampiri dan membantu memapah Sun)

Giroo: (pada Heuk) Aku akan mengurus Jenderal. Dalsol kau harus menutup seluruh akses keluar dari Istana!

Heuk: Baiklah, aku mengerti! Kau urus Jenderal! (Giroo mengangguk dan memapah Sun pergi, Heuk kepada anak buahnya) Tutup semua akses keluar dari Istana! (kepada sersan) Kau pergilah ke Taehaksa dan tutup semuanya, cari dia!

Sersan: Baik! (Kepada anakbuahnya) Ikuti aku!

Prajurit: Baik! (Sersan dan satu kompi pasukan berangkat menuju Taehaksa)

AKADEMI TAEHAKSA

Terjadi kepanikan di Taehaksa. Maekdosu, Eunjin dan Bumro berkumpul dan menunggu.

Maekdosu: Apa yang sebenarnya terjadi di sini? (Mojin dan Gomo datang) Kenapa kalian begitu terlambat? Aku pikir kau sedang pergi ke Langit?

Mojin: (cemas) Apakah kalian sudah siap?

Eunjin: Ya. Ayo cepat!

Bumro: Ayo pergi!

Mereka pergi menuju gerbang utama, tapi pasukan Sun dipimpin sersan telah tiba dan menutup semua akses keluar masuk Taehaksa.

Sersan: Mulai sekarang Taehaksa tertutup! Sampai perintah lain datang kalian tidak diijinkan keluar! Berdiamlah di bengkel kerja kalian dan jangan melakukan apapun yang mencurigakan!

Mojin dan yang lainnya sangat terkejut dan kebingungan.

KEMUDIAN

Heuk membawa pasukan menggeledah seluruh Istana.

Sun dan Giroo naik ke altar upacara mengawasi para pasukan yang berpatrolli. Terlihat Sun masih kesakitan dan matanya penuh dengan dendam.

Mokrasu dan Jang berusaha keluar dari Kuil.

Raja berhasil meloloskan diri dan sedang menanti kedatangan Jang. Daejang dan pasukan pribadinya juga sudah ada di sana.

Weeduk: Pangeran tidak datang kemari, apa yang terjadi?

Wangoo: …. (melihat ke arah Istana dan tiba-tiba melihat seseorang berlari ke arah mereka) … Itu dia Baekmoo datang.

Baekmoo mendatangi mereka dan segera menghadap Raja.

Weeduk: Apa yang terjadi?

Baekmoo: Ada sesuatu yang berubah!

Weeduk: Berubah?

Baekmoo: Tidak disangka kalau Tuan Buyeo-Gye dan keluarganya berlindung ke Kuil Kerajaan, Mugang Taeja dan Guru Mokrasu tidak dapat keluar dari kamar rahasia.

Weeduk: (sangat terkejut) Apa? (Wangoo juga terkejut)

Wangoo: Apakah mereka ketahuan?

Baekmoo: Untungnya tidak! (Daejang khawatir)

Weeduk: Mereka tidak mengetahui kalau ada ruangan rahasia di sana!

Baekmoo: Kalau begitu apa yang harus kulakukan?

Wangoo: Yang Mulia! Ada kecemasan yang lain!

Weeduk: Apa itu?

Wangoo: Jangdoo yang kita sembunyikan tahu mengenai wajah Mugang Taeja. Jika Heuk menemukannya …

Weeduk: Sial …. kalau begitu aku harus kembali ke Istana!

Wangoo: Yang Mulia!

Daejang: (berlutut) Kami akan masuk ke dalam.

Weeduk: Kau?!!

Daejang: Ya, Yang Mulia. Kami akan memancing mereka keluar Istana. Kami memakai pakaian biasa seperti pasukan pribadi, jadi mereka tak akan mengenali kami.

(Soochong juga ada di sana, mantep deh 😀 ) Kau pergilah dengan para pengawal. Ini mungkin kasar kedengarannya, tapi jika kau berada di sini, kami tak dapat memusatkan kekuatan kami di satu tempat, jadi kumohon pergilah dengan para pengawal dan biarlah kami yang bertanggungjawab di tempat ini.

Wangoo mengangguk setuju dengan usul Daejang, Raja masih memikirknanya.

KEMUDIAN

Gye: Mugang Taeja?

Wooyung: Apa? Mugang? Sejak kapan dia mengangkat Putera Mahkota? Dan berusaha menaikkannya ke atas tahta?

Giroo: Aku mengetahuinya dari naskah penyerahan tahta.

Gye: (marah) Bagaimana … Bagaimana dia bisa? (Mokrasu mendengarnya)

Suara Sun: Jadi sekarang aku mencari Raja dan Mugang Taeja. (Mokrasu dan Jang saling berpandangan) Tapi aku belum menemukan mereka.

Suara Gye: Bagaimana bisa saudaraku melakukan hal seperti ini?

Ibu Wooyung: kita menunggu dan menunggu proses normal dari penyerahan tahta.

Sun: Ya. Itu lebih buruk dari menggunakan pasukan secara diam-diam. (pintu terbuka, Heuk masuk) Apa kau sudah menemukannya?

Heuk: Bukan itu.

Sun: Lalu apa?

Heuk: Para pengawal kerajaan kembali dan menyerang kita.

Sun: Pengawal raja?

Jang terkejut

Mokrasu: Mereka datang untuk menyelamatkanmu.

Suara Giroo: Bukankah banyak prajurit yang menjaga Istana?

Heukjipyung: Ya, tapi mereka tetap nekat menyerang!

Sun: Di mana mereka akan memberikan bantuan pasukan.

Heuk: Aku pikir mereka tidak memiliki pasukan bantuan.

Sun: Jika tidak, mengapa mereka begitu nekat kembali? (Giroo berpikir) Mereka pasti memiliki pasukan bantuan! (Wooyung juga bingung dengan sikap para pwngawal raja, ia berpikir) Daripada itu, pusatkan seluruh pasukan di tempat ini dan lindungi tempat ini!

Heuk: Baik! (Ia pergi)

Gye: Apa yang akan kita lakukan?

Ibu Wooyung: Tidakkah lebih baik jika kita keluar dari tempat ini?

Sun: Ini adalah tempat teraman!

Wooyung: Tapi tidak akan selamanya aman jika kita terus berdiam di sini!

Giroo: Aku akan mencari jika ada pintu yang lain. (Giroo pergi keluar ruangan)

Suara Giroo: (berseru) Aku menemukan sebuah pintu di sini!

Sementara itu Jang dan Mokrasu sedang gelisah di dalam ruangan rahasia. Kemudian terdengar suara Giroo mengetuk-ngetuk pintu rahasia di depan mereka.

Giroo sedang menepuk-nepuk dinding di gudang. Sun dan Wooyung menghampirinya.

Wooyung: Apakah itu terkunci?

Giroo: Sepertinya begitu.

Sun: Biar para prajurit yang membukanya.

Giroo: Ya.

Sementara itu di luar sedang terjadi pertempuran. Para pengawal raja bertempur dengan prajurit Sun, tapi mereka kalah jumlah sehingga serangan itu tak berhasil. Banyak pengawal raja yang tewas.

Di dalam gudang dua orang prajurit berusaha mendobrak dinding-pintu tapi tak berhasil.

Sun: Cari kayu yang besar untuk mendobrak!

Prajurit: Ya!

Giroo memikirkan sesuatu dan menyadarinya.

Giroo: Tuan Jenderal!

Sun: Apa?

Giroo: Alasan mengapa sekelompok kecil pengawal raja menyerang tempat ini …. Mungkinkah …. (Sun tiba-tiba juga menyadarinya demikian juga Wooyung) … Itu berarti Pangeran Ke-4! Itu berarti kalau Pangeran Ke-4 ada di sini! (Wooyung terkejut)

Sun: Benar! itu Benar! (berteriak kepada prajuritnya) Dobrak! Dobrak pintu itu! Dia ada di sini! Dobrak sekarang!

Prajurit: Baik!

Kedua prajurit tadi masuk dengan membawa kayu besar dan berusaha mendobrak pintu rahasia itu. (Sun, Giroo, dan Wooyung menunggu dengan hati berdebar)

Sementara itu pertempuran di luar masih berlangsung, walaupun tahu kalau mereka kalah jumlah tetapi para pengawal raja tetap saja terus bertempur mati-matian tanpa rasa takut. Banyak juga prajurit yang tewas di pihak Sun tapi akhrinya para pengawal raja habis tak tersisa dibunuh oleh pasukan Sun.

Gye dan istrinya sedang menunggu dengan harap-harap cemas, Heuk datang menemui mereka.

Heukjipyung: Kami berhasil mematahkan serangan mereka. (Suara orang mendobrak pintu)

Gye: (senang dan lega) Benarkah? Tidak ada pasukan lagi yang datang?

Heuk: Ya! Itu adalah sekelompok pengawal yang berani mati. Aku pikir sudah tidak ada lagi yang akan datang. (Suara pintu yang berhasil didobrak dan terbuka, Gye kaget)

Pintu rahasia berhasil didobrak, Giroo dan yang lainnya segera masuk, tetapi mereka menemukan kalau tempat itu kosong, tak ada seorangpun yang ada di dalam. Giroo membuka tirai dinding dan menemukan ada jalan rahasia di baliknya.

Sun: (kesal) Sial … aku kehilangan dirinya di depan mataku sendiri!

Giroo melihat kotak besar di tengah ruangan dan membukanya, mereka menemukan Jangdoo di dalamnya tapi sudah binasa. Sun bertambah kesal dan Giroo merasa apa boleh buat.

Jang dan Mokrasu berhasil meloloskan diri dibantu oleh anggota pasukan pribadi yang dipimpin oleh Soochong dan Daejang. Mereka lari ke arah pegunungan dan bertemu dengan keduanya.

Jang: Terima kasih!

Daejang: Jangan berkata begitu!

Soochong: Kita tak dapat menunda lebih lama lagi!

Mokrasu: Bagaimana dengan Yang Mulia Raja?

Daejang: Beliau baik-baik saja, kalian berdua pergi bersama-sama denganku.

Mokrasu: Baiklah. (Ia dan Jang mengikuti Daejang dan yang laeinnya)

KEMUDIAN

Sun menemui Heuk dan memerintahkannya dengan penuh kekesalan dan kemarahan untuk mengejar Pangeran Ke-4, dia tidak peduli jika Heuk harus menggeledah seluruh Istana atau mencari di seluruh Baekjae.

Para prajurit disebar di seluruh daerah dan pasar-pasar untuk mencari Pangeran Ke-4.

Pengumuman yang disebarkan di luar Istana, yang memberitahukan siasat dari Buyeo-Sun membunuh Pangeran pertama, Aja Taeja, telah mencapai penyebaran yang sangat luas di antara rakyat. Ketika rakyat jelata melihat para prajurit Buyeo-Sun menyerbu Istana, mereka menjadi percaya kalau rumor yang tersebar itu pasti benar adanya. Dan mereka juga percaya kalau Sun menginginkan tahta kerajaan, karena itulah ia membunuh Pangeran Aja. Rakyat juga bertanya-tanya apakah Raja sudah dipenggal oleh Sun.

KEMUDIAN

Sunhwa sedang menunggu, Chogee dan Bomyung datang.

Sunhwa: Bagaimana situasinya?

Chogee: Segera setelah para prajurit diperintahakn untuk menggeledah di seluruh kota, rakyat segera mencopot pengumuman itu dan membacanya.

Bomyung: Tidak ada masalah dalam penyebaran rumor itu.

Sunhwa: Bagaimana dengan Istana? Apa yang telah terjadi di Istana?

Chogee: Pasukan militer menjaga Gerbang Utama.

Sunhwa: (terkejut) Apa? Pasukan militer sudah mengamankannya?

Bomyung: Ya. Para prajurit berkeliling di pasar. Ini tidak terlihat begitu baik.

Sunhwa: (menyesal) Aku seharusnya mengikuti Daejang! (cemas) Apa yang harus kulakukan? Bagaimana jika sesuatu terjadi padanya?

Tiba-tiba …

Suara Daejang: Nona Jin, ini aku!

Bomyung dan Chogee berdiri lalu keluar ruangan,  Daejang masuk, langsung meletakkan kotak yang dibawanya, kemudian disusul oleh Mokrasu dan kemudian terakhir Jang masuk ke dalam ruangan.

Sunhwa sangat lega dan senang ketika melihat Jang tak kurang suatu apapun.

Jang senang dan juga lega melihat Sunhwa, tapi kemudian khawatir.

Jang: (pada Daejang) Di mana Yang Mulia, mengapa ia tak ada di sini?

Daejang: Pertama, silahkan duduk.

(Jang ragu-ragu … Tapi kemudian Daejang memberi penghormatan besar pada Jang)

Jang: Daejang!

Daejang: Ini adalah tata krama yang memang seharunya aku lakukan. (Jang merasa apa boleh buat) Raja memerintahkan sesuatu. Silahkan kalian semua duduk. (Mereka semua duduk, Mokrasu menutup pintu rapat)

Daejang menggeser kotak ke depan Jang dan menyerahkan sebuah surat padanya. Jang menerimanya dan langsung membacanya.

Suara Raja: Aku akan pergi ke tempat yang lebih aman. Tapi kau masih ada yang harus dilakukan di Istana untuk keselamatanmu dan diriku. (Semua orang memandang Jang selagi membaca surat) Apa yang ada di dalam kotak diperlukan untuk pekerjaan itu.

KEMUDIAN

Raja berkuda diiringi oleh Wangoo dan para pengawal setia yang berjalan kaki.

TAEHAKSA

Para prajurit berpatroli di Taehaksa sehingga Mojin dan yang lainnya tidak dapat pergi keluar. Kemudian mereka pergi ke bengkel kerja dan mendiskusikan situasi ini. Mojin mengatakan kelihatannya Guru Mokrasu, Pangeran, dan Raja berhasil meloloskan diri dengan selamat, itulah mengapa para prajurit diutus ke Taehaksa untuk menangkap mereka.

Bumro gelisah dengan keadaan Jang. Mojin menduga kalau Jang melindungi Guru Mokrasu. Maekdosu bertanya apakah itu artinya mereka aman di Taehaksa. Mojin menyahutnya dengan mengingatkan pada mereka mengenai apa yang telah mereka lakukan bagi Pangeran ke-4, jadi mereka harus menjaga mulut dan tidak membicarakannya sama sekali atau mereka akan mati jika hal itu bocor. Tapi mereka kemungkinan besar tidak akan dicurigai karena sedang bertugas saat upacara dengan mengiringi Gye. Dan jika ada yang bertanya mengenai Guru Mok, Bumro menyelanya dengan mengatakan kalau mereka benar-benar tidak tahu mengenai apa yang sedang dikerjakan dan rencana apa yang sedang dilakukan oleh Guru Mok. Mojin mengiyakannya dan mengatakan kalau mereka harus kuat dan teguh dalam segala keadaan.

Woosoo tiba-tiba datang menghampiri mereka dengan menangis. Ketika ditanyai kenapa, ia menjawab dengan tersedu-sedu mengabarkan kalau anggota Taehaksa yang bertugas menyambut tamu di depan pintu, Asoji, Juriyeong, Nyonya Gooksoo dan yang lainnya telah dibunuh oleh prajurit yang menyerbu Istana. Semua orang terkejut dan bersedih, beberapa menangis mengingat betapa tragisnya kematian rekan-rekan mereka. Eunjin menghampiri Woosoo dan memeluknya.

KEMUDIAN

Sementara itu di Istana, Keluarga Buyeo-Sun khawatir karena Raja tidak ada di Istana. Bagaimana mereka akan menjelaskan ini pada para bangsawan? Naskah kerajaan yang mengumumkan Buyeo-gye sebagai Raja juga tidak ada di mana-mana. Sejak para bangsawan dan rakyat jelata sama-sama telah melihat para prajurit dari Buyeo-Sun menyerbu dengan kekuatan penuh ke dalam Istana, mereka sepertinya tidak akan mengakui Buyeo-gye dan keluarganya sebagai pewaris resmi dari tahta kerajaan.

Dalam pertemuan dengan para pejabat Japyung, Buyeo-Sun berusaha membalikkan kenyataan dengan memfitnah Pangeran Ke-4 lah yang membunuh Pangeran Aja, melakukan percobaan pembunuhan terhadap Raja dan Perdana Menteri dan terakhir menyebabkan Sun terluka sebagai akibat dari kegigihannya berusaha menghentikan tindakan pangeran Ke-4. Seorang pejabat menanyakan naskah kerajaan mengenai penyerahan tahta. Sun mengatakan kalau naskah itu menyebutkan nama ayahnya sebagai pewaris tahta. Jadi pada pertemuan dengan seluruh bangsawan besoknya, mereka semua harus mengkonfirmasikan ini kepada khalayak ramai.

Seorang pejabat yang lain memberikan sebuah selebaran yang menyebar di pasar-pasar, yang isinya menyatakan kalau Jenderal-lah yang membunuh Pangeran Aja dan Raja berusaha menghukummu. Sun sangat murka. Haedoju mengatakan kalau itu semu adalah omong kosong, tapi pejabat itu mengatakan kalau ini semua adalah perintah Raja sendiri. Rakyat jelata telah membacanya dan semuanya kemudian tersebar dengan begitu cepat. Pejabat lainnya mengatakan kalau Sun memaksakan penyerahan tahta maka itu akan dianggap sebagai usaha perampasan tahta kerajaan. Sun sangat kesal. (hahahah, aku paling suka kalau liat Sun cemberut kayak gini 😛 )

KEMUDIAN

Para pejabat Japyung saling menahan diri untuk melihat situasi, walaupun kelihatannya semua kekuatan condong ke Sun, tapi kondisi dan pendapat dari rakyat tidak menguntungkan posisi Sun akibar dari rumor yang telah tersebar luas di masyarakat.

KEMUDIAN

Sun memarahi Heuk karena membiarkan hal ini terjadi tanpa sepengetahuan dari Heuk. Wooyung membela Dalsol dan mengatakan kalau sangatlah sulit mencari satu pencuri dengan 10 ribu prajurit. Wooyung menanyakan apa yang harus mereka lakukan sekarang dengan adanya rumor seperti itu. Sun tetap bersikeras untuk melakukan penyerahan tahta kepada ayahnya, “Kita memaksa atau tidak, sama saja tetap kita dituduh sebagai perampas tahta, jadi aku akan tetap melakukannya”

Wooyung tergetar hatinya dan mengatakan kalau mereka melakukannya tanpa adanya naskah kerajaan maka mereka akan kehilangan posisi menguntungkan dengan para bangsawan. Sun mengatakan ia tetap akan melakukannya bahkan jika ia juga harus memalsukan naskah kerajaan! Giroo tiba-tiba datang menemui mereka, Sun menanyakan mengenai Segel Kerajaan, Giroo melapor pada Buyeo-Sun kalau Segel Kerajaan hilang. Padahal seorang Raja harus memiliki Segel Kerajaan yang asli supaya benar-benar diakui. Sun sangat marah. Giroo menjelaskan kalau ia sudah mencarinya di Gudang Kerajaan, kediaman raja, maupun yang lainnya. Sun menduga kalau Raja lah yang mengambilnya.

KEMUDIAN

Raja ternyata berlindung di daerah kekuasan dari Chilryo, mertua Aja. Chilryo sangat menyesal telah membuat raja dalam posisi yang begitu sulit karena ia tak dapat membantunya. Raja mengatakan kalau ia tak perlu merasa seperti itu dan memang seharusnya ia melakukan sejak semula. Ia sekarang terlambat akibatnya semua kekacauan itu akhrinya terjadi.

Chilryo meminta Raja untuk memanggil bantuan semua bangsawan daerah dan bertahan, pada waktunya rakyat dan Langit akan membantunya. Raja menolaknya karena walaupun dengan gabungan pasukan pribadi Chilryo ditambah dengan bangsawan-bangsawan daerah lainnya masih tidak dapat menandingi kekuatan dari Sun dan para pendukungnya. Raja juga mengatakan kalau ia memiliki tujuan lain. Karena Segel Kerajaan masih di tangannya. Chilryo menatap kotak yang diletakkan di sampng Wangoo.

KEMUDIAN

Jang memberikan stempek dengan Segel Kerajaan pada beberapa lembar surat yang nantinya akan dikirimkan kepada beberapa bangsawan. Mokrasu dan Daejang membawa pergi surat-surat itu setelah selseasi distempel semua. Di kamar itu tinggal Sunhwa dan Jang.

Jang: Mereka ini adalah bangsawan yang setia pada Jenderal, bahkan meskipun semuanya itu distempel dengan Segel Kerajaan, mereka tidak akan mengikuti perintah dari Raja.

Sunhwa: Tidak. Memang tidak.

Jang: Lalu, apa maksud dari Raja memintaku untuk melakukan hal seperti ini?

Sunhwa: Tidakkah kau mengerti?

Jang: … (tidak mengerti)

Sunhwa: Ini adalah pengorbanan yang diperlukan bagi dirimu, kesatu dia tidak dapat menyatakan identitasmu dengan jelas saat upacara itu. Inilah maksudnya.

Kedua, para bangsawan tidak memiliki kesetiaan yang mutlak. Jadi ia memberikan satu alasan untuk menentang jenderal. Ini juga satu pengorbanan yang lain.

Jang: Pengorbanan?

Sunhwa: Ya. Yang Mulia hanya memikirkan bagaimana ia menjadi salah satu pengorbananmu.

Jang: (terkejut) Yang Mulia!

Sunhwa: Bagaimana menggunakan pengorbanan itu, adalah terserah pada keputusanmu.

Jang: …. (berpikir dalam)

KEMUDIAN

Soochong berlari menemui Mokrasu dan Daejang.

Mokrasu: Para bangsawan pasti masih berada di Istana Sabi di Savisong.

Daejang: Ya semestinya begitu.

Mokrasu: (pada Soochong) Apakah kau tahu betapa pentingnya ini?

Soochong: Ya!

Mokrasu: Jangan sampai ketahuan! Jangan sampai ada yang terlewatkan! Kau harus berhasil dalam misi ini!

Daejang: Ya. Aku akan memeriksa pergerakan mereka. Jadi jangan khawatir tentang itu.

Mokrasu: Jika kau ketahuan oleh pasukan militer, kau harus memberitahu kami lebih dahulu!

Soochong: Baik. (Ia pergi)

Mokrasu: Bergegaslah!

Daejang dan Soochong pergi, Mokrasu menghadap ke arah daerah yang dipimpin oleh Chilryo dan sekarang Raja di sana.

Mokrasu: Yang Mulia! Aku tahu maksud hatimu. Aku akan meraihnya! Aku akan meraihnya.

KEMUDIAN

Beberapa pejabat menerima panah gelap yang berikatkan sebuah surat petunjuk untuk mendapatkan  surat pernyataan yang distempel oleh Segel Kerajaan. Para pejabat itu sangat terkejut melihat adanya cap Segel Kerajaan.

Isi surat itu  menyatakan bahwa Mugang Taeja adalah satu-satunya pewaris tahta yang sah dan Buyeo-Sun lah yang membuat Aja Taeja terbunuh. Hal ini juga sekaligus menggugurkan fitnahan dari Jenderal mengenai Pangeran ke-4.

Surat pemberitahuan itu menguatkan kembali keragu-raguan para bangsawan itu mengenai keabsahan dari naskah pengangkatan Buyo-Gye, dan karena pemberitahuan yang dikirim oleh Jang terstempel Segel Kerajaan, mereka tahu kalau Buye0-Gye tidak memiliki Segel dan tidak dapat menjadi Raja yang sah.

Meskipun ada sekelompok bangsawan yang menentang keluarga Buyeo-Sun, tapi mereka juga hanya bisa mereka-reka bagaimana mereka bisa mendukung Mugang Taeja kalau mereka sendiri bahkan tidak mengetahui siapa dirinya, bagaimana rupa dan karakternya.

KEMUDIAN

Baekmoo menemui Jang dan Mokrasu.

Mokrasu: Aku berpikir untuk mengutus Baekmoo ke Jepang.

Jang: Ke Jepang?

Baekmoo: Ya. Pangeran Seongduk dari Jepang memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Aja Taeja Cheon Na. Jika kita memberitahunya keadaan kita, maka ia akan membantu kita melalui jalur diplomasi. (Jang menganggukkan kepalanya, Daejang masuk)

Jang: (Pada Daejang) Bagaimana hasilnya?

Daejang: Kami telah mengirimkannya kepada para bangsawan dengan aman, dan mereka semuanya telah berkumpul, kecuali marga Hae dan Buyeo. (Jang sedikit lega) Mungkin mereka sedang memikirkan dan mendiskusikan untung ruginya.

KEMUDIAN

Bingung karena Segel Kerajaan tak dapat ditemukan, Buyeo-Sun memerintahkan Giroo untuk membuat yang palsu. Wooyung ragu-ragu karena takut dengan hasilnya jika semuanya berjalan tak sesuai dengan rencana. Tapi Sun mengatakan kalau ini adalah satu-satunya cara. Tiba-tiba Heukjipyung datang membawa salah satu pejabat Japyung yang menerima surat dari Mugang Taeja dan menyerahkannya pada Sun. Sun membacanya dan sangat murka, ia segera bangkit dari duduknya dan menggebrak meja.

Sun: Apa? Membunuhku dan menaikkan Mugang Taeja sebagai raja?

Wooyung terkejut. Giro tak dapat berbuat apapun.

KEMUDIAN

Jang sedang merenung di luar ruangan ….

KEMUDIAN

Wooyung: Aku tidak pernah tahu kalau raja bisa melakukan hal seperti ini. (Semua orang tertegun) Pembunuhan?

Heukjipyung: Tidak ada waktu lagi. Kita harus menangkap semua bangsawan yang telah menerima surat ini dan tidak melaporkannya padamu, dan memaksakan untuk melakukan penyerahan tahta.

Giroo: Apakah kau ingin para bangsawan membalikkan punggung mereka pada kita?

Wooyung: Benar. Mereka tahu kalau Segel Kerajaan hilang. Dan kita tidak bisa menghadapi peperangan saudara. Kita tak dapat melakukan itu.

Sun: Jadi apa rencanamu untuk ini? Apa kau sudah terpengaruh oleh Raja? Atau kau ingin diriku dibunuh oleh para bangsawan?

Wooyung: … (bingung, tak dapat menjawabnya)

KEMUDIAN

Jang di luar ruangan berpikir …

Suara Sunhwa: Yang Mulia hanya memikirkan bagaimana ia menjadi salah satu pengorbananmu. 

Bagaimana menggunakan pengorbanan itu adalah terserah pada keputusanmu.

KEMUDIAN

Giroo menyatakan satu-satunya cara agar Buyeo-Gye bisa menjadi Raja adalah dengan membawa Raja Weeduk kembali ke Istana hidup-hidup. Mereka harus mmbawa Raja hidup-hidup dan menemukan Segel Kerajaan. Giroo mengatakan kalau mereka harus bisa membuat Chilryo mengikuti keinginan mereka, baik dengan ancaman maupun kekuatan militer.

KEMUDIAN

Giroo menyuruh Goosan untuk membawakan kuda, mereka akan pergi ke Achak untuk menemui Chilryo.

KEMUDIAN

Wangoo: Guru Mokrasu mengirimkan pesan.

Chilryo: Apa isinya?

Weeduk: Mokrasu mengatakan kalau Jang sudah mengirimkan suratku kepada para bangsawan. Dan Baekmoo pergi ke Jepang.

Wangoo: Itu sangat bagus. Pasti Pangeran Seongdeuk akan menjadi pendukung kuat kita.

Chilryo: Ya, Yang Mulia, aku telah mengirimkan pesan kepada keluarga Gokna dan Jomi untuk mengirimkan pasukan pribadi mereka. Jawaban dari mereka akan segera tiba kemari. Yang Mulia kau harus tetap bertahan. Pasukanku dan Gokna memang tidak sekuat pasukan bangsawan lainnya, tapi rakyat ada di pihak kita. Tetaplah kuat Yang Mulia!

Suara pengurus: Tuan, utusan dari Jomi sudah datang.

Chilryo: Oh … Benarkah? (Kepada Weeduk, senang) Lihatlah Yang Mulia, kekuatan kita akan meningkat. (Pergi meninggalkan Raja untuk menemui utusan)

DI LUAR

Gooksan menyamar sebagai seorang utusan dari keluarga Jomi menemui Chilryo.

Chilryo: Apakah kau utusan dari Jomi Tajoong?

Gooksan: Ya!

Chilryo: Kalau begitu serahkan suratnya padaku.

Gooksan: Tuanku ingin menemuimu secara pribadi.

Chilryo: Dia datang kemari? Kalau begitu mengapa ia tidak masuk ke dalam?

Gooksan: Ini bukan tempat yang cocok untuk berbicara. Dia ingin menemuimu di luar.

Chilryo heran dan berpikir.

KEMUDIAN

Chilryo dibawa oleh Gooksan menemui Giroo.

Chilryo: (terkejut) Bukankah kau Guru dari Taehaksa?

Giroo: Aku adalah utusan rahasia dari Jenderal sekarang!

Chilryo terkejut dan salah tingkah, Giroo tersenyum penuh kemenangan.

Giroo: Aku ulangi sekali lagi, kau hanya memiliki satu hari saja. (Chilryo ragu-ragu) Jika kau melepaskan ini dengan baik-baik maka posisi perdana menteri akan mejadi milikmu dan kekuasaan daerah Yeon juga akan dikembalikan sepenuhnya kepadamu. Jadi kawal Raja dan para pengiringnya ke Istana.

Chilryo: Bagaimana jika aku menolak untuk melakukannya?

Giroo: Pasukan pribadi Jenderal Sun dan Hae, juga pasukan militer akan diperintahkan untuk bergerak. (Chilryo terkejut) Kau hanya punya satu hari! (Chilryo bingung)

KEMUDIAN

Wangoo: Yang Mulia kau kelihatannya tidak begitu sehat.

Weeduk: Aku menyesali hari-hariku yang lampau. Mengapa aku tidak bisa lebih memiliki keberanian. Aku menyesalinya. Aku adalah pemilik Segel Kerajaan yang sah. Aku memiliki kekuasaan untuk menggunakannya. Kenapa aku sangat ketakutan. Setelah aku mengabaikan ketakutan akan kematian, aku merasa sangat merdeka.

Wangoo: Yang Mulia, sekarang masih belum terlalu terlambat.

Weeduk: Aku tahu ini sangat gegabah. Setelah ini berakhir, kekuasaan Chilryo akan tercabut dan aku akan menghilang. (Chilryo mendengarkan dari luar ruangan) Tapi sekarang apa yang dapat aku lakukan untuk Mugang Taeja hanyalah ini. Untuk Mugang Taeja, aku hanya dapat mengumumkan garis keturunannya.

Bertahan sehari, berarti satu orang, satu bangsawan mengetahui mengenai dirinya. Bertahan dua hari, dua orang, dua bangsawan. Bertahan 100 hari, 100 orang, 100 bangsawan akan mengetahui akan dirinya.

Wangoo: Yang Mulia!

Weeduk: Aku sangat menyesal untuk Chilryo, yang menunjukkan kesetiaan tak terbatas. Tapi itu semua yang dapat aku lakukan untuk sekarang ini. (Chilryo masih mendengarkan)

Wangoo: Yang Mulia!

Weeduk. Tapi aku berterima kasih padanya, pada Mugang Taeja. Yang memberikanku kesempatan untuk melakukan hal ini untuknya. Jadi kau takkan tahu entah itu hari ini atau besok ketika prajurit Sun datang untuk bertempur dengan kita, kau harus melarikan diri.

Wangoo: Yang Mulia! itu mustahil!

Weeduk: Harus melarikan diri! Sampaikan keinginanku pada Mugang Taeja dan lindungi dirinya! Apa kau mengerti??!!

Wangoo: ….

Weeduk: (mendesak) Apa kau mengerti??

Wangoo: (terpaksa) … Ya.

Weeduk: Aku merasa sangat lelah sekarang. Aku butuh istirahat dan berbaring. Kau pergilah keluar sekarang. (Wangoo menghormat dan keluar)

KEMUDIAN

Wangoo bertemu dengan Chilryo di luar ruangan.

Chilryo: Aku akan menjaganya. Kau beristirahalah hari ini.

Wangoo: Tidak usah.

Chilryo: Bukankah seharusnya kau melindunginya lebih lama lagi?

Wangoo berpikir sebentar kemudian membungkuk hormat dan pergi.

KEMUDIAN

Raja tertidur di kamarnya.

Giroo mengawasi kamar raja yang dijaga pengawal.

Chilryo berjalan-jalan di luar masih belum dapat mengambil keputusan.

Jang di kamarnya berpikir…

Sun di kamarnya berpikir…

Wooyung berjalan-jalan di luar, berpikir …

Heukjipyung dan sersan bersiaga menanti perintah…

Keesokan paginya.

Sebuah tandu digotong oleh pasukan pribadi dan diiringi seorang dayang meninggalkan kediaman Chilryo.

Wangoo datang ke kamar Raja dan bertemu dengan Chilryo.

Wangoo: (berseru dari luar kamar) Yang Mulia, ini saatnya untuk bangun!

Chilryo: Dia berkata kalau dia lelah. (Wangoo percaya)

KEMUDIAN

Tandu itu dinaikkan ke kereta kuda yang telah disiapkan oleh Giroo. Giroo memberi hormat ke arah tandu, yang ternyata berisi Weeduk yang telah terikat dan mulutnya dibekap kain.

Wangoo menunggu lama dan kembali memanggil Raja.

Wangoo: Yang Mulia, apakah kau sakit?

Chilryo: Dia tidak sakit. (Wangoo terkejut dan segera masuk ke dalam tetapi ruagnan itu kosong, Chilryo mengikutinya masuk)

Wangoo: Yang Mulia. (Dua orang masuk mengikuti Chilryo)

Chilryo: Aku tak ada pilihan.

Wangoo: Bagaimana? Bagaimana kau bisa? Yang Mulia … Yang Mulia …

Chilryo: Kalau tidak maka keluargaku akan dimusnahkan.

Wangoo: (kaget) Yang Mulia … Yang Mulia … (Ia segera pergi)

Kedua orang pengawal Chilryo ingin mengejarnya, tapi ditahan oleh Chirlyo.

Chilryo: Biarkan dia, dia telah menjaga Raja seumur hidupnya.

KEMUDIAN

Heukjipyung menemui Sun

Heuk: Mereka datang.

Sun: Baik. Ayo kita pergi.

KEMUDIAN

Kapten dari Wangoo datang menemui Jang dan Daejang.

Kapten: (gugup) Yang Mulia … Yang Mulia telah …. (Jang bangun berdiri) Yang Mulia telah ditangkap dan sekarang ada di tangan mereka.

Jang: Apa?

Kapten: Pengawal Wangoo berlari untuk mengejar mereka.

Jang dan Daejang segera pergi diikuti oleh Kapten.

Saat Raja Weeduk dibawa kembali ke Istana oleh para prajurit Sun yang dipimpin oleh  Giroo, para pengawal Raja, dipimpin oleh Wangoo  menghadang dan bertempur dengan mereka di tengah-tengah pasar, berusaha membebaskan Raja.

Wangoo: (kepada rakyat yang menonton) Selamatkan Raja! (Wangoo membela diri dari penyerangnya) Di dalam tandu adalah Raja! Selamatkan Raja!

Beberapa orang segera naik ke atas tkereta dan membawa Raja turun dari kereta. Mereka berhasil melepaskan ikatan dari tangan dan mulut Raja. Giroo melihatnya,

Giroo: Yang Mulia! (mendekati Raja)

Raja sangat murka ia segera mencabut pedang di pinggang Giroo dan mengancamnya dengan ujung pedang.

Weeduk: Aku tidak akan dihina olehmu dengan mudah!

Giroo: Yang Mulia!

Weeduk: Kau membunuh putraku Aja, dan mencoba membunuhku. Aku tidak akan memaafkanmu!

Raja berusaha membunuh Giroo tetapi Giroo yang lebih terlatih berhasil menghindar beberapa kali.

Suatu kali anak buah Giroo datang dan menyabet Raja dari belakang.

Giroo terkejut dan berseru, “Yang Mulia!”

Rakyat yang menyaksikan itu sangat terkejut, Wangoo juga terkejut. Raja jatuh namun sebelum ia menyentuh tanah, rakyat menahan tubuhnya.

Wangoo: Yang Mulia!

Wangoo segera berlari menghampiri rajanya, pertempuran berhenti, rakyat berlutut dan menangis menyerukan, “Yang Mulia” berulang-ulang.

Wangoo: (berlutut di hadapan raja) Yang Mulia!

Raja ditopang oleh rakyat, ia menahan rasa sakit.

Weeduk: Pangeran Mahkota yang aku akui …. (menahan sakit dan mengumpulkan sisa kekuatannya) … adalah Pangeran ke-4, Mugang Taeja.

Giroo hanya bisa mengawasi peristiwa itu.

Wangoo: Yang Mulia! Yang Mulia!

Weeduk: (napas terengah-engah) Sebarkan kenyataan ini ke seluruh rakyat!

Dalam detik-detik menjelang kematiannya, Raja Weeduk mengingat …

Weeduk: Jang! Panggillah aku ‘ayah’ ! Sekali saja!

Jang: Yang Mulia, beritahu aku harapanmu tentang Baekjae, beritahukan padaku harapan dari  Aja Taeja Cheon Na tentang Baekjae! Jika aku perlu mempelajarinya, maka aku akan belajar! Jika aku memerlukan kemampuan, maka aku akan mengasahnya, untuk hyungnim, untuk Yang Mulia, dan untuk Baekjae.

Suara hati Weeduk: Aku minta maaf! Jang!

Tangan Weeduk terkulai ke bawah dan Weeduk menutup matanya, menghembuskan napas terakhrinya.

Wangoo: Yang Mulia! (berteriak) Yang Mulia!

Semua orang yang berkumpul di pasar langsung berteriak dan meratap, ” Yang Mulia! Yang Mulia!” Mereka berlutut dan menangis meratap.

Sementara itu Jang menyaksikan semuanya dari kejauhan dan ingin menghampiri Raja, tapi Daejang menahannya.

Daejang: Pikirkan apa yang kau inginkan!

Giroo masygul dan melihat ke semua arah, di mana-mana orang sedang meratapi kematian rajanya. Kemudian menatap raja yang terbaring tak bergerak.

Jang menatap ke arah Raja yang menghadapi kematiannya dengan pandangan sedih. Ia berusaha melepaskan diri dari Daejang yang menahannya.

Suara hati Jang: Yang Mulia aku tidak akan menangis! Aku tidak akan menangis lagi!

36 comments on “Song Of The Prince [Seo Dong Yo] – Episode 35

  1. Kok malah jd kacau bgni?
    Mengapa raja Weeduk memutuskan utk menyerang keluarga Buyeo Gye sblum melaksanakan upcara pengangkatan raja yg baru?
    Trs dimana para pengawal Jang anak buah Daejang?

  2. parah..parah…kak Andy plz…. Lanjutin,, wduh dijmin kgk bisa bobok ni mlm,jgn bikin aq tidur penasaran dong kak,ngemana klu nanti roh q ngk kembali gara2 seodong,kak Andy…….plz lanjutin..

    • buseeeet ….. (jadi takut dihantui ntar malem sama rohnya eve) ….. oke … oke … oke … deh …. (takut dan merinding) …. tak kerjain sekarang …. 😛

  3. AYOOOOOOOMAS BOS ANDY………………..!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
    WASIT DAH KO’IT(RAJANE) penyerang (JANG) HARUS BUAT GOL…………!!!!! ATU’ AJA BIAR CPT JADI RAJA………….!!!!!!!!!!!!!!!
    OKEEEEE.!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
    DITUNGGU, N SEMANGEEEEEDDDDDDDDDDDDDDD YYYYYAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!

      • mas…………..!!!!!! OJO LALI iklan GUA he.he.he………..tlg dipasang yah……..,itung2 nambah pahala……, kan dah dikrm di email mas….
        ditunggu lo kbry…..

  4. Rupanya penggemarnya bnyk ya,karna susah cr sinopsnya aq kira jang dorama ga laku e. . .nyatanya diluar dugaan bnyk jg yg suka thanks bang andy dah ngasih sinopsisnya ditunggu kelanjutanya. .:-)

  5. astaufirullahhhh……Q smpek deg-degkan bacanya tegang bgt ceritanya…….np jdi kyk gini ceritanya, kasian bgt ma Jang dari dulu g’ pernah hbis2nya penderitaan yg dialami jang…..hufffffff Q sebel bgt ma jenderal sun n girooo….pengen tak remet-remet mukanya…….bikin org darah tinggi ja….
    Tapi emg msh penasaran ce……jdi pengen cpt nonton episode terakhinya……

    Mas Andi bgaimana akhirnya Jang bisa jd raja bakjae???
    Coz kyakx susah bgt ngelawan Jenderal Sun yg jahat n pling bnyak pasukannya……
    Aku tunggu y episode selannjutnya…….thanks bgt y….salut buat maz Andi yg udh susah payah buat sinopsisnya….

  6. senang banget baca sinopsisx, sampai tegang !!!
    seru………….bangeeeeeet mas andy.
    tapy, kasian jang pangerang ke-4, gmn jang bisa menahan kesedihan melihat yamg muia raja weeduk meninggal tidak terhormat ditengah2 pasa rakyatx.
    ap ada reaksi keras dari rakyat untuk melawan jendral SUNdala n giroNDONG?
    kapan habisx Jang mengalami penderitaan…………………
    mas andy ples ya….lanjutkan sinopsisx!!!
    tetap smangat …………………!!!!
    ok.

  7. mas andy jg kesehatan biar cpt bs nyelesain sinopsisx. semangat yo! klo bs cpt biar ga keduluan yg di LBS, skrg yg d LBS sdh episode 31. trima kasih trima kasih

  8. semangat terus ya mas andy membuat sinopsisnya, jgn lupa episode selanjutnya diteruskan yaaaa, ditunggu…., tanks.

  9. Duuuuuuuuh bang Andy,,,, bgus banget crtinya….. Di lanjutin dong…. Pengen tw scptnya seodong jd raja ;)…. Past seru… Hmmmm,,,, lbh seru kw raja nya msh hidup…. Rajanya pake acra matiii lagi;(….. Mmmmmm 😀

Tinggalkan Balasan ke andyfeby Batalkan balasan