Queen Insoo [Insoo Daebi] – Episode 02

Kediaman Han Hwak

Insoo sedang menunggu dengan gelisah … mondar-mandir di tepi kolam, kemudian mendengar suara pembantunya yang menunjukkan arah pada seseorang. Insoo segera membalikkan tubuhnya, memunggungi arah kedatangan orang itu. Terdengar suara pintu gerbang samping dibuka dan langkah seseorang yang mendekatinya. Insoo masih tetap pada posisinya.

Terdengar suara orang bertanya, “Kaukah yang berharap untuk bertemu dengan diriku?”

Insoo perlahan-lahan membalikkan tubuhnya, mau melakukan rencana yang sudah ia siapkan sebelumnya, tapi saat ia memandang ke arah orang itu, Insoo tak bisa menahan rasa terkejutnya, ia terperangah.

Sinopsis Drama Kerajaan [Sageuk] Korea | https://sinopsisdramakorea.wordpress.com

Ternyata calon suaminya tak lain tak bukan adalah si pemuda yang mengantarkannya di Istana … dia adalah Pangeran Dowon???

Sinopsis Drama Kerajaan [Sageuk] Korea | https://sinopsisdramakorea.wordpress.com

Insoo yang terperangah karena terkejut dan segera menyadari kalau tingkahnya tidak pantas, ia segera menutup mulutnya dan menunduk, Insoo menjadi salah tingkah. Pangeran Dowon memandanginya dan kemudian tersenyum simpul. Insoo mengangkat pandangannya dan menatap pada Dowon.

Dowon: Aku bertanya padamu, apakah kau orangnya yang ingin menemuiku?

Insoo: (apa boleh buat, nada lembut dibuat-buat) Siapa dirimu?

Dowon: Namaku Jang. Nama depan Song. Dengan huruf Won Myeong. Pangeran Besar Su Yang adalah ayahku.

Insoo: (nada lembut dibuat-buat) Aku tak menanyakan namamu.

Dowon: (sedikit bingung) Jadi …

Insoo: (nada rendah) Aku bertanya mengapa kau datang mencariku.

Dowon: …. (menggangguk sambil tersenyum kecil)

Insoo: (sedikit marah) Kau tidak paham maksud kata-kataku? … Pernikahan ini diputuskan oleh para orangtua dari keluarga kita. Jadi aku harus mencari sebuah alasan.

Dowon: … (memandang Insoo tajam, senyumnya memudar)

Insoo: Bukankah demikian? Aku tak dapat sepenuhnya melawan sesuatu yang telah diputuskan oleh para orangtua.

Dowon: (baru paham, tersenyum paksa) Ah ya … jadi itu maksudmu? Karena kau ingin menolak pernikahan ini, itulah mengapa kau meminta untuk bertemu dengan mempelai pria?

Insoo: … (sedikit merasa tak enak)

Dowon: Tidak apa-apa. Jika memang seperti itu perkaranya, aku juga akan menerimanya.

Insoo: (tak menyangka) Apakah kau akan melakukan apapun maksudku?

Dowon: Aku akan mengikuti maksudmu karena aku merasa pernikahan memang tidak bisa dipaksakan. Tak perlu mengatakan minta maaf padaku.

Dowon memberi hormat kemudian membalikkan tubuhnya dan akan beranjak pergi. Insoo gelagapan dan tak pantas kalau mereka berdua berpisah seperti ini …

Insoo: Apakah kau tahu siapa diriku ….

Dowon menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuh, menatap pada Insoo …

Insoo : … saat kita bertemu untuk pertama kalinya di Istana?

Dowon: Kau tersesat di Istana jadi pasti kau bukanlah anggota Istana. Kau ada di Aula Besar, yang mana hanya Keluarga Raja yang boleh masuk. Kau seharusnya seseorang yang aku ketahui.  Tapi aku tak dapat menduganya. Sungguh penasaran. Merasa sangat misterius. Semua ini adalah kenyataannya.

Insoo: Jadi … ketika seorang anak gadis dari pejabat memberikan saran, Pangeran Dowon juga dengan tegas akan menentangnya. Semuanya terlihat seperti anggur dicampur dengan air, air dicampur dengan anggur. (mendesah kesal)

Dowon tersenyum geli dan memandang Insoo yang mulutnya maju lima centimeter ^^

Dowon: Jadi .. apa kau tahu siapa diriku?

Insoo: (kesal) Tentu saja aku tak tahu!

Dowon: Kalau begitu, sudah digariskan kalau ini akan menjadi pernikahan sementara.

Dowon segera memberi hormat dalam, membalikkan tubuhnya dan segera pergi. Insoo menggigit bibirnya memandang punggung Dowon yang semakin menjauh dan menghilang di balik pintu, Insoo lalu mendesah kesal.

Kamar Han Hwak

Dowon pergi menemui Han Hwak untuk memberi salam …

Han Hwak: Aku minta maaf. Ia memang punya sedikit sopan santun.

Dowon: Anda tidak perlu mengatakan seperti itu.

Han Hwak: Aku tahu kalau ini tidak mengikuti etika yang berlaku.

Dowon: Aku memang sudah berniat untuk bertemu dengannya.

Han Hwak: (heran) Apakah kau maksudkan dia?

Dowon: (mengangguk) Benar.

Han Hwak: … (tampak tak mengerti)

Dowon: Meskipun kedengarannya tak pantas diriku untuk mengatakan hal seperti ini, tapi dia memang benar-benar seorang nona yang sangat istimewa.

Beberapa saat kemudian …

Dowon keluar dari kediaman Han Hwak dan pulang ke kediamannya dengan menunggang kuda.

Narasi: Pangeran Besar Su Yang dan Puteri Jeong Hui memiliki dua anak lelaki dan seorang anak gadis. Anak yang tertua adalah Pangeran Dowon, yang sangat berbeda wataknya dengan ayahnya, Pangeran Besar Su Yang, ia memiliki kepribadian penurut dan berperilaku lembut.

Kediaman Pangeran Besar Su Yang

Dowon menemui ayah dan ibunya untuk memberikan laporan kunjugannya ke rumah calon isterinya.

Su Yang: Apa yang dikatakan oleh anak gadis dari Han Hwak?

Dowon: Tidak banyak.

Nyonya Yun: Tidak banyak? .. (ingin tahu) Sebelum ini, ia bersikeras untuk melihat dahulu mempelai prianya, tapi sekarang mengapa ia akhirnya tak mengatakan apapun?

* Nyonya Yun adalah Istri Pangeran Besar Su Yang, dan nanti mendapatkan gelar Ratu Jeonghee

Dowon: Ia ingin menemuiku karena … (ragu-ragu)

Nyonya Yun: (heran) Mengapa kau berhenti? Lekas lanjutkan perkataanmu!

Dowon: (tersenyum simpul) Dia telah bertemu denganku. Jadi nanti pasti ada kabarnya, eomonni.

Dowon selesai memberikan laporan sehingga ia memberikan hormat pada kedua orangtuanya kemudian beranjak keluar ruangan.

Nyonya Yun tak habis mengerti dan curiga ..

Nyonya Yun: Jangan bilang kalau dia telah ditolak?

Su Yang: Bagaimana bisa ia ditolak?

Nyonya Yun: Oh … bagaimana bisa hal seperti ini terjadi?

Di luar .. Dowong mengenakan sepatunya dan mau pergi tapi berhenti saat mendengar perkataan ibunya pada ayahnya …

Nyonya Yun: (kesal) Seorang anak gadis pejabat bersikeras ingin melihat wajah dari calon suaminya. Meskipun ia mungkin sama sekali tak tahu sopan santun tapi ia mana boleh melakukan hal ini.

Su Yang: Aku justru merasa ini tak begitu buruk.

Nyonya Yun: (heran) Tak begitu buruk katamu?

Su Yang: Dowon adalah pria yang akan hidup bersama dengannya sepanjang hidupnya kelak jadi gadis itu ingin bertemu dengannya. Pada kenyataannya, aku sangat setuju dengan permintaannya itu.

Nyonya Yun: Aku yang tak tahan lagi. Aku mungkin saja juga akan mengambil seorang puteri Dinasti Ming sebagain anak menantuku. Aku tak bisa membiarkan ini lebih jauh lagi.

Dowon yang ada di luar kamar mendengarkan percakapan ibu dan ayahnya tampak menghela napas berat kemudian mendongakkan kepalanya dan tersenyum mengingat pertemuannya dengan si Insoo.

Kediaman Han Hwak

Insoo menemui ayah dan kakaknya di kamar …

Han Hwak: Jadi bagaimana?

Insoo: …. (berpikir sejenak kemudian menghela napas)

Han Hwak dan Puteri Jung salng berpandangan dan bingung …

Han Hwak: Ada apa lagi?

Insoo: (nada meremehkan) Lemah seperti seorang nona muda …

Puteri Jung: (nada keras) Apa yang sedang kau coba lakukan? Apakah kau tahu status keluarganya? Apakah kau menolaknya?

Insoo: (nada meremehkan) Status apa? Bukankah ia hanya salah seorang tunas keluarga Raja.

Puteri Jung: (kaget) Tu .. tunas katamu?

Insoo: Terlahir sebagai anak naga tapi kemudian menjadi anak ular piton yang tak dapat naik ke langit. Apa gunanya itu? Seekor ular piton meskipun berumur 1000 tahun pun masih tetaplah seekor ular piton.

Puteri Jung: (nada kesal) Lalu dari sejak semula, ia sudah tidak menarik di matamu? Jadi mengapa kau melakukan itu? Jika mereka mengetahuinya, mereka tak akan melepaskanmu dengan mudah!

Insoo: (keras kepala) Tapi mereka tak akan membunuhku, benar khan? Kemampuan apa y ang mereka miliki?

Puteri Jung tak bisa percaya dengan jawaban adiknya … ia sangat kesal sampai tak bisa berkata apa-apa dan memandang pada ayahnya, yang langsung menunduk tak tahu harus berbuat apa … ^^ …

Insoo keluar dari ruangan dan memakai sandalnya kemudian akan beranjak pergi, tapi berhenti saat mendengar suara kakaknya sedang berbicara pada ayahnya.

Puteri Jung: Apakah kau akan membiarkannya melakukan semua seenaknya sendiri, ayah? Isteri dari Pangeran Besar  Su Yang pasti tak akan mau mengampuni kita karena telah menolak pernikahan ini.

Insoo tersenyum kecil mendengar percakapan itu kemudian segera beranjak pergi, tapi kemudian menghentikan langkahnya beberaepa saat kemudian. Ia mengingat saat di Istana, ketika ia menyaksikan Pangeran Besar Su Yang menari di hadapan Raja … Insoo merasa Pangeran Besar Su Yang memang seseorang yang tampan, gagah dan berwibawa … Insoo tersenyum sendiri kemudian melanjutkan langkahnya …

Malam hari …

Kamar Raja

Kim Jong Seo datang dengan langkah lebar memasuki halaman Istana, kepala kasim melihatnya dan segera berlari menyambutnya. Mereka berbicara sambil berjalan ke arah kamar.

Kepala Kasim: Cepatlah masuk ke dalam, Penasehat Kanan.

Kim Jong Seo: (nada khawatir) Bagaimana kondisinya?

Kepala Kasim: Dia baru saja keluar dari masa kritis.

Sementara itu ..

Kediaman Pangeran Besar Su Yang.

Gwon Byeok: Aku dengar kalau Kim Jong Seo diperintahkan dengan mendesak untuk memasuki Istana. Berdasarkan perkataan dari Tabib Raja, kondisi kesehatanYang Mulia sangat tidak stabil. Sama sekali tak akan dianggap aneh jika ia wafat hari ini atau besok.

Su Yang: (ingin tahu) Apakah memang sedemikian seriusnya?

Gwon Byeok: Tuanku Pangeran Besar, kita tidak bisa membiarkan mereka melakukan apa yang mereka inginkan kali ini. Sebelum Raja Sejong yang Agung meninggal, ia telah mengeluarkan sebuah titah untuk memanggil Kim Jong Seo, yang sebelumnya ditempatkan di propinsi Pyeongyang, untuk membawa para prajuritnya masuk ke dalam ibukota. Tak peduli itu nanti ataupun sekarang, satu-satunya orang yang bisa ia percayai hanyalah Kim Jong Seo.

[Andy: Akhirnya ketemu juga nama si Pakcomblang ini ^^ … dia adalah Gwon Byeok, salah satu penasehat dari Pangeran Besar Su Yang)

Su Yang: … (menghembuskan napas berat)

Gwon Byeok: Hari ini, Kim Jong Seo telah diperintahkan untuk memasuki Istana. Aku melihat ini sebagai situasi yang sama. Ketika ada perubahan yang cukup besar, ia akan meminta Kim Jong Seo untuk melindung Istana …

Su Yang: (mengangkat tangan kanannya) Berhentilah …

Gwon Byeok: Tuanku Pangeran Besar!

Su Yang: (nada ingin tahu) Akankah hyungnim ku akan benar-benar membunuhku?

Gwon Byeok: Apa yang bisa dilakukan oleh Yang Mulia Raja? Yang Mulia Raja hanyalah boneka dari Kim Jong Seo!

Su Yang: (nada marah) Kuminta kau berhati-hatilah dengan perkataanmu! Kaisar Tae Jo berjuang dengan sungguh-sungguh untuk mendirikan kerajaan ini. Bagaimana bisa kita menmbiarkan Kim Jong Seo untuk merebut kekuasaan dengan mudahnya?

Gwon Byeok: (nada pasti) Jadi kita harus melenyapkan dahulu Kim Jong Seo!

Su Yang: Atas dasar apa seharsunya tindakan itu dilakukan?

Gwon Byeok: Dasar? (nada tegas) Pemenang akan menjadi Raja!

Su Yang: Sekarang kau mencoba untuk membujukku agar merebut takhta?

Gwon Byeok: (nada keras) Melenyapkan Kim Jong Seo .. bagaimana bisa ini dianggap sebagai tindakan untuk merebut takhta?

Pangeran Besar Su Yang tampak bingung dan ragu-ragu …

Istana, Kamar Raja Munjong

Raja dibantu duduk oleh Kepala kasim …

Kepala Kasim: Kumohon kau berbaring saja, Yang Mulia …

Munjong: Bagaimana bisa seorang yang masih hidup berbaring saat menerima tamunya?

Raja duduk dan memandang pada Kim Jong Seo, yang masih berdiri di hadapan Raja. Kim Jong Seo kemudian memandang sejenak pada Kasim Kepala, tapi Raja mengerti.

Munjong: Tak apa-apa jika Eom Ja Chi ada di sini.

Kasim Kepala Eom memberi hormat pada Raja. Kim Jong Seo segera berlutut di hadapan Raja dan memberikan penyembahan hormat padanya.

Munjong: Aku tak tahu kapan aku akan mati.

Kim Jong Seo: (terkejut) Yang Mulia!

Raja Munjong menoleh ke arah pintu luar dan berseru …

Munjong: Kalian masuklah!

Kim Jong Seo heran dan tak tahu maksud Raja.

Pintu terbuka dan Selir Hyebin masuk bersama-sama dengan Pangeran Yi Hongwi. Mereka berdua berjalan sampai di samping Raja dan Kim Jong Seo.

Kim Jong Seo bangun berdiri dan memberi hormat pada keduanya, Kasim Eom segera mundur dan berdiri di dekat pintu menyambut keduanya.

Munjong: Selir Hye telah mengurus Pangeran Mahkota dengan baik, jadi ia bisa dipercaya.

* Pamgeram Mahkota Yi Hongwi kelak menjadi Raja Danjong

* Selir Hye adalah isteri keempat dari Raja Sejong

Munjong: Duduklah, Penasehat Kanan.

Kim Jong Seo mengiyakan dan segera duduk berlutut kembali.

Munjong: (pada Yi Hongwi) Lekas berkowtow pada Penasehat Kanan.

Yi Hongwi memandang enggan pada ayahnya …

Kim Jong Seo: (terkejut) Hamba .. Hamba tak bisa menerimanya …

Munjong: (pada Yi Hongwi) Apa yang sedang kau tunggu? Aku memintamu untuk berkowtow padanya.

Yi Hongwi menganggukkan kepala, kemudian berlutut dan melakukan kowtow pada Kim Jong Seo, yang gugup dan salah tingkah, tapi terpaksa menerimanya dan memberi hormat pada Raja. Yi Hongwi selesai berkowtow dan kembali berdiri …

Munjong: (nada lemah) Aku mengandalkanmu untuk menjaga Pangeran Mahkota.

Kepala Kasim Eom: (berlutut memberi hormat, dengan nada sedih) Kumohon kau melindungi Pangeran Mahkota, Tuanku.

Selir Hye: (berlutut memberi hormat, dengan nada sedih) Aku akan mempercayai Penasehat Kanan.

Yi Hongwi terkejut dan tak mengerti apa yang sedang terjadi, ia memandang pada ayahnya kemudian pada Kim Jong Seo … Kim Jong Seo memandang pada Yi Hongwi kemudian mengulurkan kedua tangannya …

Kim Jong Seo: (dengan nada lembut) Hamba mohon datanglah kemari, Yang Mulia Pangeran.

Yi Hongwi terlihat enggan dan melihat pada ayahnya, yang memberikan anggukan tanda persetujuan. Yi Hongwi kemudian dengan perlahan berjalan ke hadapan Kim Jong Seo lalu duduk di hadapannya. Kim Jong Seo segera bangun dan memberi hormat padanya.

Kim Jong Seo: (nada bersungguh-sungguh) Yang Mulia Pangeran, meskipun nantinya tubuh hamba hancur dan tulang hamba patah semua, bahkan jika hamba harus mati ribuan kali, hamba masih akan berusaha melindungi Yang Mulia Pangeran!

Kim Jong Seo memberi hormat kembali pada Pangeran Yi Hongwi, yang duduk gelisah. Raja Munjong tampak mengalihkan pandangannya … ia merasa tak berdaya dan lemah … tak bisa melindungi anaknya sendiri dan sekarang harus mengandalkan seorang Kim Jong Seo untuk melakukannya …

Kediaman Pangeran Besar Su Yang.

Tampak Nyonya Yun mondar-mandir dengan gelisah di halaman depan kamar kerja suaminya. Gwon Byeok kemudian keluar dari ruangan dan menghampirinya.

Nyonya Yun: Apa yang dikatakan oleh Pangeran Besar?

Gwon Byeok: (mendesah) Dia masih setengah hati …

Nyonya Yun: (nada cemas) Apakah ini sesuatu yang bisa dilakukan dengan setengah hati? Dahulu ketika Raja Sejong yang Agung akan wafat, kami sekeluarga hampir dibunuh oleh Kim Jong Seo. Saat itu tidaklah mudah untuk meloloskan diri dari bahaya yang mengancam. Memikirkan saat itu sekarang, insiden itu sungguh menakutkan. Pada tengah malah, para prajurit Kim Jong Seo datang dan mengepung kediaman kami. Dan itu berlangusng sampai setengah bulan lamanya.

Nyonya Yun mendekati ruangan dan duduk bersimpuh di depannya …

Nyonya Yun: (berseru) Jangan bilang kalau kau telah melupakan kejadian waktu itu? Pangeran Besar, ketika kau ditempatkan sebagai tahanan rumah, kau hampir saja tidak berhasil datang di pemakaman ayahmu. Kau harus menemukan cara untuk menjaga kita semua agar tetap hidup. Kau tidak bisa hanya duduk dan menunggu kematian mendatangimu.

Pangeran Besar di dalam ruangan hanya berdiam diri saja saat isterinya berseru dari luar  …

Gwon Byeok segera duduk di samping Nyonya Yun dan memberikan penjelasan ..

Gwon Byeok: Nyonya Yun, Tuanku pasti punya pemikiran sendiri.

Nyonya Yun: Apanya yang berpikir? Dia terlalu baik hati dan kurang tegas.

Pangeran Besar Su Yang di dalam ruangan tampak sedang merenung dan penuh dengan pemikiran yang mendalam …

Pagi hari …

Kim Jong Seo keluar dari Istana dan beranjak pergi ketika Pangeran Besar Su Yang dengan cerianya datang menghampiri dan menyapanya …

Su Yang: (nada ceria) Oh Penasehat Kanan, ternyata kau benar-benar ada di sini …

Kim Jong Seo terkejut tak mengerti niat Su Yang. Su Yang meraih tangan dari Kim Jong Seo dan menggenggamnya …

Su Yang: (nada memohon) Penasehat Kanan, kau harus membantuku untuk melakukan perjodohan.

Kim Jong Seo: (heran) Perjodohan?

Su yang: Benar! Puteraku telah jatuh cinta dengan anak gadis Han Hwak. Dia sekarang sakit cinta dan benar-benar jatuh sakit.

Tiba-tiba …

Hwang Bo In: Oh ho .. ini sesuatu yang besar !

Pangeran Besar Su Yang dan Kim Jong Seo segera berpaling untuk melihat siapa yang datang …

Su Yang: Aigoo .. Kepala Penasehat, kau juga ada di sini ternyata …

Hwang Bo In: Han Hwak memiliki enam anak gadis, kau mengacu yang mana?

Kim Jong Seo tak mengerti apa yang sedang dimainkan oleh Pangeran Besar Su Yang kali ini … ia melirik curiga pada Su Yang, yang dengan tampang polos bercakap-cakap dengan Hwang Bo In …

Su Yang: Aku dengar kalau dia adalah yang termuda.

Hwang Bo In: Ini benar-benar hal yang besar … Aku dengar kalau anak gadis Han Hwak yang termuda seharusnya dikirim ke Dinasti Ming sebagai seorang selir Kaisar.

Su Yang: (pura-pura terkejut) Selir Kaisar?

Hwang Bo In: Semua kakak perempuan Han Hwak dipilih menjadi selir kerajaan oleh Kaisar Dinasti Ming. Karena itulah ia bertingkah begitu angkuh. (tertawa)

Su Yang: (pura-pura sedih) Ah .. karena itulah makanya tidak mungkin.

Hwang Bo In: Ya itu memang benar. Kaisar Dinasti Ming baru berusia 22 tahun. Jika anak gadisnya yang termuda menjadi selir Kaisar, maka gadis itu pasti akan sangat disayangi.

Su Yang: Aku sedang berpikir mengapa dia [Han Hwak] menentangnya.

Hwang Bo In: Begini saja, biarkan aku merekomendasikan sebuah resep  pada Pangeran Besar Su yang sangat berguna untuk mengobati sakit cinta.

Su Yang: (pura-pura senang) Oh benarkah, apa itu?

Hwang Bo In: Carilah tahi kuda dan keringkanlah di bawah terik matahari, kemudian campurkanlah itu dengan madu …

Su Yang: (menepuk pahanya) Oh benar .. aku butuh bantuan dari Yang Mulia Raja! (Hwang Bo In berhenti berbicara dan memandangnya tajam)  Jika hyungnim bersedia membantuku untuk menjodohkan mereka, Han Hwak mungkin akan mengubah pikiranbnya … (pada kedua orang di hadapannya) Aku akan masuk terlebih dahulu …

Pangeran Besar Su Yang memberi hormat yang dibalas Hwang Bo In dan Kim Jong Seo. Ia lalu naik tangga, tapi kemudian berbalik dan menoleh pada Hwang Bo In ..

Su Yang: Apakah kau tadi mengatakan tahi kuda, Kepala Penasehat? Bukannya itu tahi kerbau? Hahaha .. terima kasih … (berbalik dan melanjutkan langkahnya sambil tertawa) Tahi kuda … tahi kuda …

Hwang Bo In dan Kim Jong Seo hanya memandangi dengan kesal pnggung Pangeran Besar Su yang yang semakin menjauh dan kemudian menghilang di balik pintu gerbang …

Hwang Bo In: (berdecak kesal)  Bagaimana bisa orang ini bertingkah seperti ini? Benar tidak? Beberapa waktu yang lalu, selama perayaan selamat datang, dia bahkan menari. Hari ini ia berpura-pura menjadi seorang yang idiot. Su Yang kemungkinan besar takut dengan dirimu.

Kim Jong Seo: (mengangguk sedikit) Karena itulah ia orang yang sangat menakutkan.

Hwang Bo In: (heran) Mengapa bisa ia menakutkan? Kali ini, sudah terlihat jelas kalau ia sedang memintamu untuk mengampuni hidupnya.

Kim Jong Seo: Jangan bilang padaku kalau ia sedang memintaku untuk membiarkannya lolos?

Hwang Bo In: Tapi …

Kim Jong Seo:  Kepala Penasehat apakah kau sedang mempermainkanku sekarang?

Hwang Bo In: (menggerung kesal) Apa yang sedang kau bicarakan?

Kim Jong Seo: Su Yang, ia seorang yang berpikiran dalam.

Hwang Bo In: Pensehat Kanan, kau telah membuat satu kesalahan. Kali ini, ia hanya memintamu agar mengampuni hidupnya. (tertawa keras)

Di halaman depan Gangnyeongjeon ..

* Gangnyeongjeon adalah sebuah bangunan yang digunakan sebagai kediaman utama tempat Raja tinggal.

Pangeran Besar Su Yang pergi ke Gangnyeongjeon ingin menghadap Raja  …

Kasim: Kepala Eom: (menghampiri) Pangeran Besar Su Yang, apa yang membawamu kemari?

Su Yang: (nada ringan) Kasim Eom, aku kemari untuk bertemu dengan Yang Mulia Raja. Aku dengar kalau Yang Mulia Raja sakit keras dan kondisinya kritis.

Kasim Kepala Eom: Itu sepenuhnya omong kosong!

Su Yang: Begitukah? Ah .. bagus juga kalau seperti itu.

Kasim Kepala Eom: Kau bisa kembali sekarang. Yang Mulia Raja telah mengeluarkan titah bahwa tanpa ada perintah darinya, tak seorangpun boleh masuk ke dalam Gangyeongjeon.

Kasim Kepala Eom memberi hormat kemudian berbalik pergi untuk masuk ke dalam bangunan …

Su Yang: (apa boleh buat, berseru) Hei Kasim Eom, saat kau bertemu dengan Yang Mulia Raja, kuminta agar kau memberitahunya bahwa Su Yang datang kemari untuk memberi salam padanya. Apakah kau mendengaranya? (Kasim Eom masuk, nada menggerutu) Dasar orang ini …

Sebelum pintu Gangnyeongjeong ditutup, Kasim Eom berbalik sedikit dan memandang pada Su Yang … Su Yang sendiri yang selalu tersenyum dan tertawa saat bercakap-cakap dengan Kasim Eom segera memudarkan senyumnya dan memandang bangunan Gangnyeongjeong dengan tajam. Ia tak merasa heran dengan perkembangan ini … misinya ke Istana kali ini hanya ingin melihat keadaan Istana dan memeriksa informasi Gwong Byeok mengenai kondisi Raja.

Di dalam Gangnyeongjeong …

Kasim Kepala Eom bergegas ke kamar Raja dan bertemu dengan Selir Hyebin yang sedang menunggunya di depan kamar …

Selir Hyebin: (nada memuji) Kau telah melakukan pekerjaanmu dengan baik.

Kasim Eom: Pangeran Besar Su Yang tidak lagi demikian angkuhnya.

Selir Hyebin: Siapa dapat memahami pikirannya? Hah! (memandang ke sekeliling, berbisik) Kasim Eom ..

Kasim Eom: Ya, Nyonya Hye ..

Selir Hye: Kau harus mengawasi dengan baik Gangnyeongjeong … Yang Mulia bisa pergi sewaktu-waktu …

Kasim Eom: (nada pasti) Kau tidak usah khawatir, Nyonya Hye.

Selir Hye tampak lega mendengar jaminan dari Kasim Eom, senyum tersungging di bibirnya ..

Sementara itu …

Di halaman depan Gangnyeongjeong

Pangeran Besar Su Yang masih berdiri di halaman memandang ke arah Gangnyeongjeong, pikirannya berkecamuk … ia kemudian mengingat beberapa tahun lalu, saat hyungnimnya baru naik takhta …

Kilas balik ….

Gangnyeongjeong

Pangeran Besar Su Yang berlutut di hadapan Raja yang duduk di hadapannya.

Munjong: Takhta ini seharunya menjadi milikmu, adikku. Sampai sekarang, selain menjadi anak berbakti terhadap Ayahanda Raja, aku sama sekali tak melakukan apapun yang lain.

Su Yang: Hyungnim!

Munjong mengulurkan kedua tangannya di atas meja …

Munjong: Mendekatlah kemari …

Pangeran Besar Su Yang berdiri dan kemudian maju mendekat dan duduk kembali. Ia kemudian dengan sedikit ragu-ragu mengulurkan kedua tangannya untuk kemudian digenggam oleh Munjong.

Munjong: Aku belum mati sampai sekarang karena aku tak bisa membiarkan Ayahanda Raja kita mengirimkan anaknya pergi terlebih dahulu. Aku hanya berusaha untuk memperpanjang masa kehidupanku.

Su Yang (nada cemas) Mengapa kau mengatakan hal ini, hyungnim?

Munjong: Ayahanda Raja selalu memikirkan tentang dirimu. Tapi … ia tak bisa menanggung perasaan untuk menyingkirkan anaknya ini, yang telah berada di sampingnya selama 28 tahun …

Su Yang: (menyela) Tidakkah kau tahu maksud dari Ayahanda Raja? Jika ia tak dapat menuruti prinsip untuk mengangkat anak tertua sebagai pewaris takhta, maka perselisihan di antara para pangeran pasti akan terus berlanjut. Harus tak boleh ada pertengkaran di antara saudara yang memiliki darah yang sama. (menggenggam erat tangan Munjong, nada bersungguh-sungguh) Aku akan melindungimu Hyungnim. (Munjong tak menyangka) Jika kau menemui situasi yang tak tersangka-sangka, aku akan mengurus keponakan muda ku dengan baik. Percayalah padaku, hyungnim.

Munjong merasa terharu dan matanya berkaca-kaca, ia menganggukkan kepalanya berulangkali. Pangeran Besar Su Yang juga merasa hatinya menaruh belas kasih kepada hyungnimnya yang ia cintai ini.

Kembali ke masa kini ..

Pangeran Besar Su Yang termangu-mangu di halaman Gangnyeongjeong …

Sementara itu …

Sesosok berkuda melewati jalanan menuju ke gunung, ternyata Insoo …  ia memacu kudanya ke sebuah tempat datar di mana seseorang sedang menunggunya di samping seekor kuda. Pangeran Dowon berdiri dengan tenang memandang ke arah Insoo yang sedang berkuda ke arahnya.

Insoo memperlambat kudanya setelah dekat dengan Pangeran Dowon, tapi ia tak turun dari kudanya justru mengelilingi Pangeran Dowon di atas kudanya.

Insoo: Aku tak merasa senang karena aku seorang wanita. Aku benar-benar tidak ingin menuruti perintah dari laki-laki sepanjang hidupku. (menghentikan kudanya di dekat Pangeran Dowon) Tapi tindakanku sebelumnya juga terlalu terburu-buru. Atas penghargaan pada permintaanku untuk pernikahan ini, aku meminta maaf padamu.

Insoo membungkukkan tubuh dalam-dalam di atas kudanya kepada Pangeran Dowon, yang hanya bisa memandanginya saja ^^ Insoo yang merasa sudah selesai minta maaf segera menghela kudanya dan pergi begitu saja … Pangeran Dowon sama sekali tak diberinya kesempatan untuk mengucapkan sepatah kata ^^

Pangeran Dowon sendiri tak merasa tersinggung, ia justru menyungginkan senyum tipis dan memandang kepergian Insoo, tapi merasa heran saat melihat setelah beberapa jauh, Insoo memutar kudanya dan kembali ke arahnya. Pangeran Dowon ingin tahu kali ini apa yang akan dikatakan oleh Insoo. Ia menunggu dengan tenang di tempatnya semula.

Insoo memperlambat dan menghentikan kudanya di depan Pangeran Dowon. Ia tetap berada di atas kudanya.

Insoo: Pangeran Dowon, bagaimana rencanamu dalam menjalani hidupmu ini?

Pangeran Dowon tersenyum lebar dan mengangguk …

Dowon: Yah benar juga   ..

Insoo: (nada kecewa) Kau sama sekali tak memikirkannya untuk sekali saja?

Dowon: Tentu saja aku telah memikirkannya. Karena aku hidup di dunia ini dapat bertemu dengan seorang wanita cantik dan hidup bahagia selamanya, adalah cita-cita pertamaku.

Insoo: (merasa sedikit senang) Kalau begitu apa selanjutnya?

Dowon: Apa selanjutnya? Aku masih belum berpikiran mengenai hal itu.

Insoo: (senyum memudar, nada kesal) Apa bedanya antara makhluk yang namanya manusia dan binatang? Binatang hanya bisa tunduk pada nasib mereka. Tapi manusia tak harus tunduk kepada garis nasib mereka.

Dowon: … (mengangguk-angguk karena baru mendengar hal semacam ini)

Insoo: (kesal karena Dowon hanya diam saja) Bukankah demikian?

Dowon: (tampak berpikir sejenak) Jika aku memang harus menentang nasibku, maka aku baru akan memikirkannya saat hal itu terjadi.

Insoo: (nada tawar) Aku tahu kalau nantinya pasti begini …

Insoo memutar dan menghela kudanya, meninggalkan Pangeran Dowon yang tetap memandanginya sampai menghilang di kejauhan …

Beberapa waktu kemudian …

Pangeran Dowon sedang berkuda dengan santai mengamati ke sekelilingnya … Ia tiba-tiba menghentikan kudanya dan turun karena melihat sepasang sepatu wanita berwarna oranye di atas sebuah batu di dekat tepi sungai. Pangeran Dowon segera menghampiri sepatu wanita itu dan mengenalinya sebagai milik Insoo. Ia dengan bingung mencari si pemilik sepatu, menoleh kesanakemari, tak melihat seekor kuda di manapun, tapi kemudian merasa lega saat melihat sepasang kaki ada di balik sebuah batu besar.

Pangeran Dowon ingin tahu dan melongokkan kepalanya sedikit, dan melihat Insoo sedang cemberut sambil bermain-main dengan batu di tepi sungai. Pangeran Dowon membawa sepatu itu sambil menuntun kudanya dan mendekati tempat Insoo. Insoo mendengar suara langkah kaki kuda dan menduga kalau itu pastiPangeran Dowon,iahanya melirik sedikit saja tanpa menolehkan kepalanya, mulutnya masih cemberut.

Pangeran Dowon: (ingin tahu) Apakah kau kehilangan kudamu?

Insoo: (mendesah kesal) Aku terluka, tapi mengapa yang kau tanyakan pertama kali justru tentang kuda?

Pangeran Dowon tak menjawabnya, Insoo melirik dan melihat kalau Pangeran Dowon sedang menghampirinya. Pangeran Dowon menaruh sepasang sepatu itu di atas batu besar di samping Insoo.

Dowon: Naiklah ke atas kudaku.

Insoo mendongakkan kepalanya menatap Pangeran Dowon sebentar kemudian mengambil sepatunya dan mengenakannya kembali di kakinya. Pangeran Dowon memandanginya saja tapi merasa cemas saat mendengar Insoo mengeluarkan sedikit keluhan menahan sakit saat akan berdiri.

Insoo: (nada tawar) Kau tak perlu merasa cemas akan diriku.

Insoo membalikkan tubuhnya dan berjalan menjauh sambil terpincang-pincang menyeret kakinya, tampaknya kakinya benar-benar terluka.

Pangeran Dowon merasa tak tega hatinya …

Dowon: (berseru) Naiklah ke atas kuda. Meskipun kau tidak ingin untuk tunduk kepada garis nasib, kau tidak seharusnya merasa sangsi akan pernikahan yang sudah ditentukan lebih dahulu oleh takdir.

Insoo yang membelakangi Pangeran Dowon tampak mengangkat alisnya dan tersenyum senang mendengar perkataan Pangeran Dowon itu, tapi segera menampakkan wajah biasa ketika membalikkan tubuhnya menghadapi Pangeran Dowon. Pangeran Dowon tersenyum simpul memandang pada Insoo, yang terlihat terpaksa dan mendesah berat lalu memandang pada Pangeran Dowon.

Beberapa saat kemudian …

Pangeran Dowon memboncengkan Insoo di depannya, sehingga seakan-akan ia sedang memeluk Insoo dari belakang. Pangeran Dowon menjalankan kudanya dengan langkah tetap melalui jalanan ibukota menuju ke kediaman Han Hwak, untuk mengantarkan si nona yang terluka kakinya.

Dalam perjalanan itu mereka melewati jalanan yang ramai orang berlalu lalang. Banyak orang saling berbisik-bisik dan memandang keduanya dengan terperangah, beberapa bahkan menunjuk-nunjukkan tangan mereka ke arah Insoo berdua, karena perbuatan demikian sangat jarang terjadi, di mana sepasang kekasih secara terbuka menunggang seekor kuda berdua. Apalagi pada kenyataannya mereka berdua ini bukanlah sepasang kekasih, karena beberapa wanita mengenali Insoo, yang terkenal tomboy. Beberapa anak kecil mengikuti di belakang dan samping mereka dan tertawa mengolok-olok mereka berdua. Insoo merasa sedikit malu tapi menahan perasaannya dengan menghembuskan napas kuat-kuat dan sedikit menundukkan kepalanya. Dowon merasa kegelisahan Insoo dan merasa kurang enak hati.

Dowon: Apakah ini kurang pantas?

Insoo: … (melirik ke belakang)

Dowon: Jika kau merasa kurang pantas …

Insoo: (menyela dengan nada kesal) Tentu saja ini kurang pantas.

Pangeran Dowon segera menghentikan kudanya begitu mendengar jawaban Insoo.

Dowon: Kalau begitu aku akan turun dari kuda dan berjalan.

Anak-anak mengelilingi kuda mereka saat berhenti. Beberapa orang berhenti memandang emreka berdua. Pangeran Dowon bertindak akan turun dari kuda.

Insoo: (nada apa boleh buat) Orang-orang sudah melihat semuanya yang perlu mereka lihat. Bagaimana itu akan membantu meskipun kau turun dari kuda sekarang?

Pangeran Dowon tersenyum lebar dan merasa geli mendengar nada suara dan jawaban dari Insoo ..

Dowon: Aku pikir kalau kau memang mengharapkan kalau aku melakukan ini.

Insoo: Apa yang kau katakan?

Dowon: Wanita tidak diijinkan untuk duduk bersama dengan pria setelah ia mencapai usia 7 tahun. (Insoo salah tingkah) Jika kau ingin untuk mengatasi praktek sosial yang sudah umum, tidakkah kita seharusnya memulai untuk mematahkan aturan ini terlebih dahulu?

Insoo: … (diam menunduk, karena rencananya sudah terbongkar ^^)

Sementara itu …

Kediaman Yun Gi Muk,

Chae Sangung kembali datang ke kediaman bekas pejabat Yun Gi Muk diikuti oleh dua orang pria yang sedang memanggul beberapa karung beras.

Chae Sangung: Taruh disana…

Kedua pria itu mengiyakan dan segera menaruh barang-barang bawaan mereka di teras depan rumah.

Song Yi mendengar suara di luar segera keluar kamar dan melihat kedatangan dari Chae Sangung.

Song Yi: (memberi hormat) Anda sudah datang, Nyonya.

Chae Sangung: (tersenyum senang melihatnya) Ya ..

Song Yi segera berjalan ke arah dapur …

Song Yi: Jangan taruh itu disana. Bawa masuk ke dalam, ada beberapa guci di dapur.

Song Yi membukakan pintu dapur kemudian masuk ke dalam. Kedua kuli itu segera mengangkat kembali barang bawaan mereka dan mengikuti Song Yi ke dapur. Chae Sangung hanya mengawasi saja.

Di dalam dapur

Song Yi: Taruh saja di situ.

Pria A: Apakah kami harus menaruhnya di sini, nona?

Song Yi: Di dalam terlalu kacau balau. Kalian bisa menaruhnya di sini. Aku akan merapikannya nanti.

Pria B: Bisa … bisa … Kami akan melakukannya …

Kedua kuli itu segera menaruh barang-barang itu di depan Song Yi kemudian segera keluar dari dapur.

Pria A: Gadis ini benar-benar bukan gadis biasa. Dia menganggap dirinya sendiri sebagai soerang nona bangsawan. Ia benar-benar tahu bagaimana memerintah orang.

Chae Sangung datang menghampiri mereka, keduanya segera memberi hormat.

Chae Sangung: Apakah kalian sudah menaruh semuanya ke dalam?

Pria A: Tentu Saja Chae Sangung.

Chae Sangung: (memberikan upah) Terima kasih atas kerja keras kalian.

Pria A: (senang) Aigoo .. kau tidak perlu melakukan ini ..

Chae Sangung: (menyimpan kembali kantung uangnya) Dalam perjalanan pulang kalian nanti, belilah secangkir anggur untuk memuaskan rasa haus kalian.

Pria A: (membungkuk hormat dan merasa senang) Terima kasih banyak, Chae Sangung … (ingin tahu) Tapi … apa yang akan kau lakukan dengan gadis montok itu? Apakah kau benar-benar ingin membawanya ke dalam Istana?

Chae Sangung: Meskipun penampilannya tak begitu luar biasa tapi dia sangatlah cerdas.

Chae Sangung kemudian memandang ke arah dapur ..

Di dalam dapur

Song Yi menyeret sebuah karung beras ke dalam gudang persediaan di belakang dapur. Ia kemudian berjongkok dan membuka karung beras itu, sangat senang melihat beras putih di dalamnya.

Song Yi: Ini adalah beras putih, ayah.

Song Yi membuka guci penyimpanan beras, mengambil mangkuk kayu lalu mulai memindahkan beras di dalam kantung  ke dalam guci.

Sementara itu ..

Di jalanan ibukota, Dowon dan Insoo masih berkuda bersama-sama diiringi oleh anak-anak kecil yang masih mengolok-olok dan menggoda mereka berdua. Orang-orang yang berpapasan pun menunjukkan wajah yang hampir sama: terperangah dan tertegun, saling berbisik-bisik membicarakan kejadian ini.

Pembantu keluarga Han Hwak melihat kedatangan mereka berdua segera berseru ke dalam rumah …

Pembantu: Lekaslah keluar, Tuan Puteri. Nona sedang dalam perjalanan kembali ke rumah.

Puteri Jung segera bergegas berlari keluar rumah dan menatap jalanan di depan. Ia menjadi sangat terkejut sampai terperangah dan tangannya menutup mulut saat melihat Insoo menunggang kuda bersama dengan Pangeran Dowon.

Terlihat Insoo sudah mulai terbiasa dengan olok-olok anak-anak bahkan memberi tanda dengan jari di mulutnya pada anak-anak itu agar diam karena sudah dekat dengan rumahnya.

Puteri Jung: (panik) Aigoo … Aigooo … bagaimana bisa terjadi hal seperti ini? (memegangi dadanya) Aku benar-benar terlalu gugup. Aku tak tahan melihatnya lebih jauh lagi.

Puteri Jung segera berlari kembali masuk ke dalam rumah ^^

Sementara itu Insoo berulangkali mendesis dan menaruh jarinya di bibir, memberi tanda pada anak-anak yang mengikuti mereka agar diam … tapi mana anak-anak kecil itu mau menurutinya, justru mereka semakin bersemangat menggoda keduanya ^^

Puteri Jung berlari ke dalam rumah dan memanggil-manggil ayahnya.

Puteri Jung: (berlari sambil berseru) Ayah .. ayah! Keluarlah sebentar. Sesuatu yang besar telah terjadi!

Puteri Jung sampai di depan kamar ayahnya dan menarik napas panjang, yang membuka pintu segera ingin tahu keributan apa yang sedang dibicarakan oleh puteri keduanya ini.

Han Hwak: Oh ho! Itulah mengapa ada rumor yang mengatakan kalau Pangeran Gye Yang sangat takut dengan isterinya.

Puteri Jung: (terengah-engah karena panik) Semua itu bukanlah masalahnya sekarang, ayah! Anak gadismu yang paling  bungsu sedang menunggang di atas kuda Pangeran Dowon.

Han Hwak: (tak paham) Apa yang begitu mengejutkan mengenai hal ini? Jadi memangnya mengapa kalau ia menunggang di atas kuda Pangeran Dowon?

Puteri Jung: (masih panik) Aigoo .. Dia itu sedang duduk di depan Pangeran Dowon! Aigoo .. Apa yang seharusnya kita lakukan? Sekarang ini semua orang di ibukota pasti sudah mengetahui akan hal ini.

Han Hwak tampak tenang saja mendengar berita itu dan memandang ke arah luar rumahnya …

Sementara itu …

Pangeran Dowon perlahan-lahan memperlambat kudanya saat dekat dengan pintu gerbang kediaman Han Hwak. Si pembantu sedang menunggu dengan senyuman lebat tersungging di bibirnya. Anak-anak kecil berbaris di dekatsanamengawasi keduanya dengan bersemangat.

Pangeran Dowon menghentikan kudanya kemudian turun terlebih dahulu lalu memandang pada Insoo dengna tersenyum dan mengulurkan tangan kanannya, bermaksud untuk membantunya turun. Tapi Insoo membuang muka lalu turun di sisi sebaliknya. Pangeran Dowon tersenyum geli melihat tingkah si nona ini. Insoo mengebaskan bajunya sementara Pangeran Dowon menghampirinya.

Pembantu: (lagak dibuat-buat) Pangeran Dowon, masuklah ke dalam untuk minum secangkir teh …..

Insoo: (menyela) .. saat kami digariskan oleh nasib untuk bertemu lagi … selamat tinggal.

Insoo memberikan hormat pada Pangeran Dowon, yang membalas hormat, lalu segera beranjak pergi masuk ke dalam rumah dengan berjalan biasa, lupa kalau kakinya “sakit” tapi Insoo segera sadar, dan melanjutkan langkahnya dengan langkah tertatih-tatih seakan-akan kakinya memang terluka.

Wahahahahhahahahhahahahahahahahhahahahahhaahhahahahahahahhahahahahah … asli sakit perutku saat lihat adegan yang satu ini … ahahahahahhahahahhah ^^ lucu banget … ^^

Si pembantu tak bisa menahan ketawanya dan tertawa terbahak-bahak melihat tingkah nonanya yang satu ini … sementara Pangeran Dowon masih bisa menahan perasaan gelinya tapi tak urung senyuman geli tetap tersungging di bibirnya.

Insoo yang mendengar suara tertawanya si pembantu segera membalikkan tubuhnya memandangnya dengan tajam, si pembantu segera berpura-pura seakan-akan tak terjadi apapun. Insoo kemudian memandang pada Pangeran Dowon, yang tersenyum padanya, lalu memberi hormat dan segera kembali masuk ke rumah, melanjutkan aktingnya dengan setengah hati karena sudah terbongkar deh … ^^ Si pembantu dan Dowon tersenyum geli melihatnya …

Kediaman Yun Gi Muk

Chae San Gung menemui Nyonya Shin dan kedua anaknya dalam kamar. Chae Sangung mengambil beberapa keeping uang dan meletakkannya di lantai di hadapan Nyonya Shin, yang laugsung meraupnya.

Chae Sangung: Jadi, kapan aku bisa membawanya pergi?

Nyonya Shin: (nada datar) Kapanpun kau ada waktu yang cocok, au bisa membawanya pergi.

Chae Sangung: Oh .. apakah itu tidak apa-apa?

Song Yi: Tidak bisa, paling tidak aku harus tetap tinggal sampai hari ke 43 dari kematian ayahku.

Chae Sangung:  (senang) Benar, memang seharusnya seperti itu.

Song Yi: Kumohon agar kau menunggu sebentar lagi, mamanim.

* Mamanim biasanya digunakan untuk memanggil dayang Istana yang memiliki kedudukan tinggi.

Chae Sangung: Tak usah khawatir. Gunakan saja waktumu  yang ada.

Song yi: (merasa lega) Terima kasih banyak, mamanim.

Nyonya Shin: (merajuk) Tapi jika ia tak bersama denganku, apa yang akan terjadi dengan hidupku. Siapa yang akan mengurus rumah ini? Bagaimana jika tak ada makanan di rumah? Aku tak mungkin harus menjilat jari-jemariku, benar khan?

Chae Sangung: Jangan cemas, Nyonya. Jika aku membawa pergi gadis ini, apakah mungkin aku tidak akan mengurus dirimu sama sekali? Dari waktu ke waktu aku akan datang untuk mengunjungimu.

Nyonya Shin: (mendekat, nada senang) Benarkah? (memandang sejenak pada Song Yi, merasa salah tingkah) Aigoo .. ini karena aku tak tahu bagaimana aku bisa menjalani hidupku tanpa dia. (tertawa paksa) Aku minta maaf …

Chae Sangung saling berpandangan dengan Song Yi.

Beberapa saat kemudian …

Chae Sangung beranjak keluar dari kediaman Yun Gi Muk diikuti oleh Song Yi.

Chae Sangung: Tak usah mengantarku lagi.

Song Yi: (nada senang) Kumohon jaga diri baik-baik, mamanim. (Chae Sangung tersenyum senang dan mengangguk-angguk) Aku pasti akan membayar kembali atas kebaikanmu ini, mamanim.

Song Yi memberi hormat dalam pada Chae Sangung yang mengawasinya dengan tersenyum gembira, kemudian Chae Sangung berbalik dan segera pergi kembali ke Istana. Song Yi mengawasinya sampai Chae Sangung menghilang dari pandangan.

Dalam kamar ..

Nyonya Shin sedang menghitung uang yang diberikan oleh Chae Sangung, diawasi oleh anak lelakinya.

Remaja: Eomonni, apakah kau benar-benar akan mengirim Song Yi ke Istana?

Nyonya Shin: … (sibuk menghitung uang)

Remaja: Song Yi patut dikasihani. Kumohon agar kau jangan mengirimnya ke Istana.

Nyonya Shin: (marah) Seharusnya kau berterima kasih pada Chae Sangung, karena dia tak usah cemas mengenai penghidupannya. Bagaimana itu bisa  dibilang patut dikasihani?

Remaja: … (memandang sesal pada eomonni nya)

Nyonya Shin: 20 ? Aigoo .. hanya 20 nyang saja! (memainkan uang di tangannya) Dengan uang yang sedikit seperti ini, bagaimana kita akan menjalani hidup? (berdecak) Aigoo ….

Kediaman Han Hwak

Insoo sedang melayani dan menuangkan teh untuk ayahnya dan Pangeran Dowon yang kembali berkunjung. Insoo dengan berhati-hati menuangkan teh dari teko ke sebuah mangkuk besar, yang kemudian ia tuangkan teh di dalam mangkuk besar itu perlahan-lahan ke dalam cangkir kecil. Pangeran Dowon memandanginya tak henti selama Insoo melayaninya.

Han Hwak memandang pada Insoo kemudian pada Pangeran Dowon yang tampak tersenyum senang. Insoo selesai menuangkan teh dan memandang sejenak pada Pangeran Dowon, kemudian menyerahkan cangkit berisi teh itu pada Pangeran Dowon, yang menerimanya dengan senang hati dan menaruhnya di atas meja kecil di hadapannya.

Han Hwak tampak puas melihat proses itu dan menyuruh Insoo kembali duduk saat anak gadisnya itu bangkit berdiri dan akan pergi keluar.

Han Hwak: Duduklah.

Insoo serba salah, ia memandang sejenak pada Pangeran Dowon kemudian pada ayahnya, lalu dengan terpaksa duduk kembali di tempatnya semula.

Han Hwak: Apa yang membuatmu malu-malu begitu? Di mana sikap menuntutmu dulu saat kau ingin melihat sang calom mempelai pria?

Pangeran Dowon terlihat tersenyum geli sementra Insoo menundukkan kepalanya kesal …

Han Hwak: (pada Dowon) Karena eomonni nya meninggal lebih dahulu jadi anak ini kurang mengerti etika.

Dowon: (memberi hormat) Anda terlalu rendah hati, Tuan.

Han Hwak tak mau berbasa-basi lagi, ia segera masuk ke inti permasalahannya …

Han Hwak: Apa yang akan kita lakukan sekarang? Seorang pria muda dan wanita muda menunggangi seekor kuda bersama-sama di ibukota. (Han Hwak tertawa kecil, Insoo mencuri lihat pada Dowon) Aku hanya bisa mengatakan kalau itu adalah garis nasib yang mempertemukan kalian berdua. (Dowon menunduk tersenyum) Aku akan bertemu dengan Pangeran Besar Su Yang dan secara resmi akan mengusulkan sebuah pernikahan diadakan di antara kedua keluarga kita. (Insoo memandang ayahnya) Tak masalah bukan?

Dowon: (mengangguk tegas) Baik! Kita akan menyelesaikannya dengan cara ini.

Insoo: (memberanikan diri) Uhm .. mengenai hal itu, ayah …

Han Hwak: (nada tegas) Sekarang sudah terlambat untuk menyesal! Itu adalah kesalahanmu sehingga permasalahan ini berakhir dengan cara seperti ini. Kau yang memulai masalah ini jadi kau memang pantas menerima konsekuensinya!

Pangeran Dowon merasa geli bercampur kasihan pada calon isterinya itu … ^^

Beberapa saat kemudian …

Insoo duduk di teras rumah ditemani pembantu setianya.

Pembantu: (nada menggoda) Nona, tampaknya kau terlihat cukup menyukai pengaturan ini.

Insoo meliriknya kesal …

Insoo: (nada kesal) Tanpa bertemu dengan Pangeran Besar Su Yang, aku pasti tak akan menikah!

Si pembantu menoleh tertegun …

Pembantu: Omong kosong apa yang sedang kau bicarakan, nona? (nada tak percaya) Kau sekarang ingin bertemu dengan ayah mertuamu? (berusaha membujuk) Tak ada praktek semacam itu yang biasa dilakukan oleh rumahtangga pejabat!

Beberapa saat kemudian …

Si pembantu menemui ayah Insoo dan mengulangi perkataan Insoo padanya.

Han Hwak: Ia ingin bertemu dengan Pangeran Besar Su Yang? Apa maksudmu?

Pembantu: (mengedikkan bahunya) Aku juga tak begitu tahu, Tuan.

Han Hwak: (benar-benar apa boleh buat) Oh ho … gadis ini …

Han Hwak segera bergegas pergi menemui anak gadis kesayangannya itu, si pembantu mengikuti di belakang dan berlaku seakan-akan mau berkata: “nah rasakan sekarang kau nona!” …  ^^

Han Hwak menemui Insoo yang ternyata menggunakan kembali jurus ampuhnya ^^ Ia memanjat kembali pohon yang sebelumnya. Han Hwak memandang pada Insoo, yang segera mengalihkan pandangannya. Si pembantu mengintip takut-takut dari balik pintu ^^

Han Hwak: (nada marah Apa yang kau lakukan lagi di atas sana? Aku sudah memenuhi semua permintaanmu. (nada ingin tahu) Mengapa kau ingin bertemu dengan Pangeran Besar Su Yang?

Insoo: Aku ingin bertanya satu pertanyaan kepada Pangeran Besar Su Yang.

Han Hwak: (marah) Kau pikir itu mungkin? Dia itu calon ayah mertuamu!

Insoo: (nada merajuk) Karena itulah aku harus bertemu dengannya! (Insoo memalingkan mukanya tak mau memandang pada ayahnya)

Han Hwak sangat kesal sampai tak bisa mengatakan apapun … tapi anak gadisnya yang satu ini adalah mutiara hidupnya yang sangat ia sayangi … tak pernah sekalipun ia ingin mengecewakan hatinya … sekarang ini permintaan yang diberikan oleh si Insoo benar-benar sangat sulit dan tidak masuk di akal … karena itulah Han Hwak sangat kesal dan tak tahu harus berbuat bagaimana …. ^^ Han Hwak memandang kembali pada Insoo, yang segera memalingkan kembali wajahnya … bermaksud menunjukkan tekadnya yang bulat ^^

Istana

Han Hwak segera pergi ke Istana bermaksud untuk menemui Pangeran Besar Su Yang, tapi justru bertemu dengan Pangeran Besar Anpyeong di halaman Istana.

Anpyeong: Aigoo … kau di sini calon besan saudaraku …

Han Hwak: (tak paham) Huh?

Anpyeong: Aku dengar kalau kau akan menikahkan anak gadismu pada keluarga hyungnimku, Su Yang.

Han Hwak: (salah tingkah) Ahh .. benar .. itu ..

Anpyeong: Kalau begitu dalam perkara ini, hubungan macam apa yang terjalin? Pangeran Gye Yang dan Pangeran Besar Su Yang adalah saudara. Tuanku, puterimu yang kedua adalah isteri dari Pangeran Gye Yang. Aku kira memang sangat sulit untuk menentukan macam bagaimana hubungan ini. (tertawa geli) Masuklah … Pangeran Besar Su Yang sudah ada di dalam.

Pangeran Besar Anpyeong meninggalkan Han Hwak sambil tertawa geli … Han Hwak memandangnya dengan pandangan sedikit kesal … tapi kemudian ia segera pergi masuk ke dalam bangunan.

Pangeran Besar Anpyeong berkeliling Istana dan bertemu dengan beberapa orang lalu bercakap-cakap dengan mereka …

Narasi: Pangeran Besar Anpyeong adalah anak ketiga dari Raja Sejong yang Agung. Dia sangat suka bergaul  dan merupakan seseorang yang menarik. Meskipun demikian ia selalu suka menggoda keserakahan Pangeran Besar Su Yang. Pada kenyataannya, ia adalah seorang terpelajar yang pintar tapi terkurung oleh rasa serakah.

Sementara itu ..

Han Hwak menemui Pangeran Besar Su Yang dan dengan terpaksa merendahkan dirinya demi anak gadis kesayangannya itu, menjelaskan syaat anak gadisnya yang tidak masuk akal tersebut.

Han Hwak: Aku benar-bnar tak punya perkataan yang bisa kuucapkan. Aku hanya ingin anak gadisku …

Su Yang: Memangnya ini bisa sesulit apa? Pada kenyataannya, aku juga ingin bertemu dengannya.

Han Hwak: Ah .. jangan melakukan hal seperti itu, Pangeran Besar Su Yang. Permintaan anakku memang terlalul lancang. Kumohon kau tidak menganggapnya serius …

Su Yang: (mencondongkan tubuhnya ke arah Han Hwak) Di mana seharusnya aku bertemu dengannya?

Han Hwak: (terkejut) Huh?

Su Yang: Apakah aku harus pergi ke kediamanmu?

Han Hwak: (segera menentangnya) Bukan, tidak disana!

Su Yang: Kalau begitu di mana?

Han Hwak: Sebenarnya …

Su Yang: Tak perlu merasa tak enak, katakan saja…

Han Hwak: (mengernyitkan kening dan salah tingkah, ragu-ragu)  Sebenarnya …

Beberapa waktu kemudian …

Pangeran Besar Su Yang berjalan di sebuah halaman di bagian Istana dengan Insoo berada di belakangnya.

Su Yang: Dari semua tempat, mengapa kau harus bertemu denganku di sini?

Insoo: … (menunduk)

Su Yang: Kau bisa mulai berbicara …

Insoo: Aku memiliki 5 eonni.

Su Yang: Jadi?

Insoo: Ayahku mengatakan bahwa seorang wanita tanpa adanya talenta merupakan wanita yang bajik. Beliau sama sekali tidak mengajariku Empat Buku Tiga Klasik, bahkan tidak juga dengan Hunmijeongeum.

* Hunmijeongeum adalah buku yang disusun oleh Raja Sejjong yang Agung saat ia menciptakah karakter Hangul.

Su Yang tertawa saat mendengar perkataan Insoo.

Su Yang: Seorang wanita tanpa talenta merupakan wanita yang bajik?

Insoo: Karena wanita tidak terpelajar jadi mereka sering diabaikan, bukankah demikian?

Su Yang: … (menghela napas)

Insoo: (mendesak) Apakah aku salah?

Su Yang: Aku tak bisa mengatakan kalau kau salah. Tapi ini adalah nasib dari wanita sejak masa yang lampau. Oleh karena itu, aku juga tidak dapat mengatakan kalau kau benar.

Insoo: Pangeran Besar … Meskipun aku diremehkan oleh saudara-saudara lelakiku, aku masih dapat mempelajari beberapa kata-kata. Walaupun aku tak dapat sepenuhmnya memahami Empat Buku Tiga Klasik, aku telah banyak membaca buku-buku yang lain.

Su Yang: (menganggukkan kepalanya, hatinya tergelitik) Aku akan segera memiliki anak menantu yang berpengetahuan luas. Hidupku tak akan mudah lagi. Hahahaha …

Insoo: (nada berhati-hati) Aku punya satu permohonan yang akan kuminta darimu, Pangeran Besar.

Su Yang: … (tak tahu permainan apa yang sedang dimainkan Insoo)

Insoo: (nada mantap) Buatlah aku menjadi seorang Ratu.

Pangeran Besar Su Yang tak menyangka dan terkejut, ia segera menatap pada Insoo, tapi hanya tekad bulat dan mata penuh percaya diri yang ia dapati di wajah Insoo, yang memandang lurus padanya. Beberapa detik kemudian Pangeran Besar Su Yang tertawa kecil ..

Su Yang: Kemampuan apa yang aku miliki?

Insoo: Jika ayahnya menjadi Raja, tidakkah Pangeran Dowon juga akan mengikutinya dan akan menggantikan ayahnya kelak?

Su Yang: Kau memintaku untuk berjanji padamu sesuatu yang aku tak dapat lakukan.

Insoo: Saat aku melihat ayah menari di hadapan Raja, sosok dan gerakan ayah seperti seekor Bangau Langit terbang dengan anggunnya menuju ke angkasa. Tak ada di antara para pangeran yang dapat dibandingkan dengan dirimu.

Pangeran Besar Su Yang memandang sejenak pada Insoo kemudian berbalik dan menaikki tangga bangunan. Setelah berada di tempat tinggi, ia berbalik menghadap pada Insoo.

Insoo: Kumohon kau menjawabnya, ayah.

Pangeran Besar Su Yang hanya diam tapi mengawasi ke sekeliling tempat itu …

Malam hari ..

Kediaman Pangeran Besar Su Yang.

Terdengar suara tawa dari dalam kamar Pangeran Besar Su Yang …

Gwon Byeok: (tertawa terbahak-bahak)  Jadi, apakah kau berjanji padanya?

Su Yang: (mendesah keras) Apa yang seharusnya kulakukan? Dia mengetahuui ambisiku.

Gwon Byeok: (tertawa lagi) Tampaknya anak menantumu ini bukanlah gadis sederhana.

Su Yang: (menganggukkan kepalanya sambil tersenyum) Ya, Kau benar.

Gwon Byeok: Karena itu, kita harus menjadi pihak pertama yang ada di atas angin. Sebelum Kim Jong Seo mengambil tindakan, kita harus bergerak untuk menarik perhatian orang-orang berbakat dan merekrut prajurit pribadi.

Su Yang: (menegur keras) Aku sudah mengatakan padamu, bagaimana aku bisa berdiri melawan Yang Mulia Raja dan menghadapi para prajurit Kim Jong Seo? Semakin banyak langkah yang kuambil, mereka akan semakin waspada dan berjaga-jaga untuk melawanku. Kau tidak akan bisa memenangkah hal ini hanya dengan jumlah orang yang kau miliki. Aku hanya membutuhkan 3 orang yang bersedia mengorbankan hidup mereka demi diriku.

Gwon Byeok: Tiga orang ini, apakah kau sudah menemukan mereka, Pangeran Besar?

Su Yang: Hanya kau. Sekarang hanya ada seorang saja.

Gwon Byeok tak menyangka dan memandang pada Pangeran Besar Su Yang, yang tertawa.

Beberapa minggu kemudian …

Setelah melalui pembicaraan dan persiapan yang matang, dan menerima persetujuan dari kedua belah pihak, baik dari keluarga Pangeran Besar Su Yang dan keluarga Han Hwak, upacara pernikahan ditentukan dan akan diadakan pada hari baik.

Rombongan pengantin pria berjalan di jalan ibukota menuju ke kediaman pengantin wanita …

Di kediaman Han Hwak …

Persiapan dilakukan dengan seksama, pengantin wanita didandani dengan secantik-cantiknya …

Puteri Jung: (nada senang dan bangga) Putri bungsu di rumah kita benar-benar sangat cantik. Istana juga sudah mengirimkan beberapa orang kemari. Kau sangat beruntung. Kau akan menikmati kekayaan yang melimpah.

* Han Jeong adalah nama kecil dari Insoo.

Insoo hanya diam saja tapi tersenyum senang, ia mematut dirinya di depan cermin sementara para wanita lainnya mendandanni dirinya.

Di halaman …

Han Hwak turun tangan sendiri untuk mengawasi persiapan pesta pernikahan yang akan diadakah di kediamannya.

Han Hwak: (pada semua orang) Persiapkan semuanya dengan seksama untuk menyambut para tamu kita. Kepala Penasehat dan juga Penasehat Kanan Kerajaan akan menghadiri pesta perayaan ini.

Semua: Baik, Tuan ..

Seseorang menghampiri Han Hwak dengan sempoyongan, tampaknya ia sudah mabuk karena tangan kirinya memegang botol anggur.

Gye Yang: (mabuk) Ayah mertua … Selamat! Sekarang ini, semuanya sesuai dengan keinginanmu, benar khan?

Han Hwak: Kenapa kau minum anggur begitu awal di pagi hari?

Gye Yang: Begitukah, Ayah mertua? Sekarang kau telah menjalin hubungan kekeluargaan dengan Pangeran Besar Su Yang. Kau pasti dapat mengangkat kepalamu tinggi-tinggi. Hahahaha …

Han Hwak: Kau juga tak terlalu buruk

Gye Yanbg: (mengayunkan tangann kanannya) Tidak bisa begitu! Pangeran dan Pangeran Besar ada perbedaan yang sangat besar di antara keduanya. Pangeran Besar adalah anak dari isteri Raja yang pertama sementara Pangeran hanyalah anak dari isteri-isteri nya yang lain. Aku tak bisa dibandingkan dengan Su Yang hyungnim. Dia benar-benar dari Keluarga Raja.

Han Hwak: Mabuk! Kau benar-benar sudah menjadi mabuk!

Gye Yang: (tertawa) Jadi banyak orang mengatakan kalau menantu pria tidak dianggap seperti manusia.

Gye Yang mabuk dan menari di hadapan Han Hwak yang hanya bisa menggelengkan kepalanya. Puteri Jung datang berlari dan segera memukul dan menjewer telinga suaminya.

Puteri Jung: Kau orang ini, apa yang sedang kau lakukan? Mengapa kau tidak datang kemari, hah?!

Puteri Jung segera menyeret suaminya pergi ke tempat lain, sementara Han Hwak memandangi kedua suami isteri itu dengan pandangan kasihan.

Tiba-tiba …

Terdengar suara pembantu Insoo yang berteriak-teriak ..

Pembantu: Tuan! Tuan! Datang .. Mempelai pria sudah datang!

Semua orang segera bersemangat mendengar berita ini dan segera meninggalkan pekerjaan mereka untuk melihat mempelai pria yang datang.

Narasi: Selama Masa Dinasti Joseon, upacara pernikahan didasarkan pada “Ritual Keluarga oleh Zhu Xi” Tapi perayaan itu masih mewarisi enam ritual seperti berikut:

  1. Keluarga mempelai pria mengirimkan sebuah lamaran pernikahan melalui perantara pada keluarga memepelai wanita, yang kemudian akan menyetujuinya.
  2. Napchae mengacu pada pengiriman “Empat Pondasi” dari mempelai pria, terdiri dari tahun, bulan, hari, dan jam pada saat kelahirannya.
  3. Napgi mengacu pada keluarga mempelai wanita yang akan memilihkan hari baik pernikahan sebagai jawaban mereka.
  4. Nappye mengacu pada keluarga mempelai perempuan mengirimkan sebuah kota hadiah, yang berisi sebuah surat pernikahan dan beberapa dokumen terkait yang penting, kepada keluarga mempelai wanita.
  5. Daerye mengacu pada mempelai pria pergi mengunjungi ke kediaman mempelai wanita di mana upacara pernikahan diadakan.
  6. Ugi  mengacu pada mempelai wanita akan mengikuti mempelai pria kembali ke rumah sang mempelai pria.

Orang-orang berlarian ke pintu masuk untuk menyaksikan iring-iringan pengantin pria, yang masuk disertai dengan rombongannya.

Beberapa saat kemudian upacara pernikahan diadakan di dalam kediaman Han Hwak, di mana pengantin wanita lebih dahulu memberikan penghormatan dan kemudian dibalas oleh pengantin pria, setelah itu dilakukan saling tukar menukar cawan air, yang sebelumnya diminum sedikit, dan kembali meminum air dari cawan air pihak berlawanan. Insoo dan Dowon saling menatap dan menunduk tersenyum.

Di tempat lain …

Song Yi memberikan penghormatan besar pada eomonninya lalu duduk kembali.

Nyonya Shin: (terisak) Pergi dah jalanilah hidup yang lebih baik. Tanpa seorang eomonni, bisakah kau hidup baik?

Song Yi: (nada menghibur) Eomonni, janganlah terlalu cemas. Aku bukannya akan segera mati, jadi mengapa kau begitu sedih?

Chae Sangung: Tak ada yang perlu dicemaskan, nyonya.  Anak ini sangat cerdas. Apakah mungkin ia tidak akan bisa beradaptasi dengan kehidupan di Istana?

Nyonya Shin: (suara bergetar) Anak ini adalah anggota keluarga dari bangsawan. Latar belakangnya sangatlah berbeda dari dayang-dayang Istana lainnya.

Chae Sangung: Karena itulah ia pasti akan melakukan segalanya dengan lebih baik.

Song Yi menganggukkan kepalanya mendnegar perkataan Chae Sangung.

Nyonya Shin: Anakku, kemarilah sebentar.

Nyonya Shin mengulurkan tangannya, Song Yi mendekatinya.

Nyonya Shin: (mulai menangis lagi) Aigooo .. anakku … (mengelus pipi Song Yi) Kau dilahirkan oleh eomonni yang salah. Aku telah menjualmu pada keluarga kerajaan. Aigoo … Aigoo … kau sungguh anak yang sangat baik. (terisak-isak) Apa yang harus kulakukan? Aigoo ….

Nyonnya Shin memeluk Song Yi dan menangis tersedu-sedu .. Chae Sangung hanya diam saja mengawasi semuanya itu.

Kediaman Han Hwak

Pesta berlangsung dengan meriah, banyak orang datang di pesta pernikahan ini, baik itu orang biasa, orang-orang kaya, para dayang, para bangsawan, bahkan para pejabat kerajaan pun datang untuk menghadirinya.

Puteri Jung mengawasi semuanya agar berjalan dengan baik, dan memerintahkan para pegawainya untuk mengisi mana-mana yang kurang baik. Ia juga berkeliling menyapa tamu-tamu yang datang.

Di dalam para pejabat saling bercengkerama dan bersenda gurau satu sama lain. Sungguh langka bagi mereka bertemu di luar Istana tanpa membicarakan politik maupun urusan negara, jadi perayaan ini mereka manfaatkan sebaik-baiknya untuk melepaskan beban mereka.

Kediaman Yun Gi Muk

Song Yi keluar dari ruangan sambil membawa buntalannya. Di halaman sudah menunggu oppanya dan Chae Sanggung. Si oppa tampak tertunduk karena sangat sedih melihat dongsaengnya harus pergi demi menghidupi keluarganya. Song Yi memandang sejenak pada oppa nya kemudian pergi menghampirinya. Si oppa ternyata menangis karena berat berpisah.

Song Yi: Orrabuni, kau harus merawat eommoni dengan baik, ya. (si oppa menangis) Segalanya terlanjur sudah menjadi seperti ini. Jangan salahkan eomonni karenanya, ya.

Tiba-tiba …

Terdengar suara seruan pilu dari dalam kamar …

Suara Nyonya Shin: (menangis) Aigoo … Aigoo! Apa yang akan terjadi pada diriku?Saat aku pergi ke alam baka, bagaimana aku bisa menghadapi suamiku?

Song Yi sama sekali tak terpengaruh oleh tangisan eomonni nya, karena ia sudah berketetapan hati untuk keluar dari rumahnya demi mencari penghidupan yang lebih baik. Song Yi menghadap ke arah kamar lalu membungkuk memberi hormat pada eomonninya. Setelah itu, Song Yi segera membalikkan tubuhnya dan berjalan dengan mantap keluar dari kediamannya selama ini dan sama sekali tak menoleh sedikitpun, seakan-akan itu adalah rumah orang lain. Chae Sangung selama ini hanya mengawasinya saja mengikuti di belakangnya tapi masih menyempatkan diri untuk memandang sebentar ke arah rumah itu baru menyusul langkah Song Yi yang sudah berada jauh di depan.

Ternyata Song Yi bukannya tidak menangis, hanya saja ia menahan air mata yang menetes. Matanya berkaca-kaca saat ia berjalan menjauhi rumahnya selama ini.

Tiba-tiba …

Sang oppa berlari keluar rumah dan berseru memanggilnya, Song Yi berhenti sejenak tapi kemudian melanjutkan kembali langkahnya diiringi tangisan oppa nya.

Malam hari …

Kediaman Han Hwak

Perta masih berlanjut, dan semakin malam justru semakin ramai orang yang datang mengunjungi kediaman Han Hwak, termasuk di antaranya adalah Hwang Bo In dan Kim Jong Seo. Keduanya baru saja mengunjungi kediaman Han Hwak dan akan pulang kembali ke ruman mereka masing-masing.

Hwang Bo In: Ini sih sama saja dengan memberikan tambahan sayap pada Pangeran Besar Su Yang.

Kim Jong Seo: Omong kosong macam apa yang sedang kau bicarakan?

Hwang Bo In: Bagaimana jika ia bergantung pada dukungan dari Han Hwak dan mula menyusun rencana?

Kim Jong Seo: Pangeran Besar Su Yang adalah orang yang akan menggerakkan pasukan hanya jika ada alasan yang benar. Selama kita tidak teledor dan memberikan kesempatan pada Pangeran Besar Su Yang alasan untuk membuat suatu tindakan, maka tidak akan ada insiden besar sama sekali.

Hwang Bo In: Tapi aku masih merasa kurang tenang. (tertawa ringan)

Hwang Bo In naik ke atas kursi tandunya dan mengajak para penandu untuk berangkat.Parapenandunya segera mengangkat kursi tandu dan rombongan Hwang Bo In segera berangkat pergi. Kim Jong Seo mengawasi kepergian Hwang Bo In dengan hati sedikit galau.  Ia sendiri kemudian naik ke atas kursi tandunya dan segera memerintahkan untuk berangkat.

Istana

Pintu Gerbang Samping

Terdengar suara ketukan dari luar pintu gerbang.

Penjaga: Siapa disana?

Chae Sangung: Ini aku, Chae Sangung.

Parapenjaga segera membukakan pintu dan tampak Chae Sangung sedang bersama-sama dengan Song Yi di depan pintu. Song Yi tertegun saat melihat ke dalam, ia masih tak percaya kalau sekarang benar-benar ada di depan Istana.

Chae Sang: Ayo masuklah …

Song Yi segera bergegas mengikutui Chae Sangung yang melangkah ke dalam.Parapenjaga pintu segera menutup pintu begitu Song Yi masuk.

Song Yi terus mengikuti di belakang Chae Sangung sambil mengawasi ke sekelilingnya. Ia ikut berhenti ketika Chae Sangung bertemu dan memberi hormat pada seorang Kasim yang diiringi dua orang kasim lainnya.

Kasim Jeon Yun: Ini sudah malam, mamanim.

Chae Sangung: Aku baru saja dalam perjalanan kembali dari rumah.

Kasim Jeon Yun: (melihat Song Yi) Apakah ini anaknya?

Song Yi tak mengerti dan memandang pada Chae Sangung, yang memandang pada Song Yi baru menganggukkan kepalanya, mengiyakan.

Chae Sangung: (pada Song Yi)  Lekas, berikan penghormatanmu padanya. Di masa yang akan datang, kau akan membutuhkan banyak bantuan darinya.

Song Yi: Namaku Song Yi. Gubernur Yun dari Wilayah Bongsan adalah ayahku.

Song Yi kemudian menundukkan tubuhnya dalam-dalam sebagai tanda penghormatan. Kasim Jeon Yun tertawa senang

Kasim Jeon Yun: Jika ayahmu adalah Gubernur Wilayah Bongsan maka ia adalah pejabat muda tingkat ke-6, benar khan? Kau tidak boleh memanggilku pejabat, tapi sebaliknya panggil saja dengan Kasim Kepala.

* Kasim Jeon Yun berasal dari Istana Donggung, yakni Istana dari Pangeran Mahkota.

Song Yi: Maaf karena menyulitkanmu, Kasim Kepala.

Song Yi kembali memberikan hormatnya dan Kasim Jeon Yun sangat senang melihat kecerdasan dari si gadis kecil.

Beberapa saat kemudian …

Song Yi dan Chae Sangung masuk ke dalam Istana menuju ke tempat tinggal Chae Sangung. Song Yi tampak terkagum-kagum sehingga ia mempercepat jalannya untuk melihat lebih jelas bangunan-bangunan megah yang ada.

Chae Sangung: Berjalanlah perlahan. Kau masih belum tahu jalan-jalan di sekeliling khan, bagaimana jika nanti kau tersesat?

Song Yi berhenti dan membalikkan tubuh menghadap pada Chae Sangung.

Song Yi: Mamanim, apakah ini adalah tempat di mana Raja berdiam?

Chae Sangung: Mengapa kau bertanya?

Song Yi: (ingin tahu) Jijka aku hidup di dalam Istana, akankah aku bisa melihat Raja?

Chae Sangung: (tersenyum geli) Sebelum kau menjadi seorang gadis dewasa, kau tidak akan dapat melihat Raja.

Song Yi: (sedikit kecewa) Tapi jika aku tinggal di dalam Istana, cepat atau lambat, aku pasti akan bisa melihatnya nanti.

Chae Sangung: (berjalan kembali) Ayo lekas kita pergi ..

Tiba-tiba …

Terdengar suara ramai gadis-gadis dan tampak pintu-pintu kamar terbuka, beberapa gadis keluar ke halaman, tapi segera terkejut saat melihat Chae Sangung sedang berdiri di depan mereka.

Chae Sangung: (menegur keras) Oho! Keributan macam apa ini? Lekas ikuti aku ke dalam!

Chae Sangung segera bergegas masuk ke dalam diikuti oleh Song Yi. Beberapa gadis itu tampak salah tingkah.

Dalam kamar Chae Sangung.

Beberapa gadis berdiri berjejer dan seorang di antara mereka ada di tengah-tengah ruangan dengan rok terangkat sampai betisnya terlihat. Chae Sangung memegang pemukul bambu di tangannya. Song Yi duduk di pojokan ruangan mengawasi semuanya dengan penuh minat.

Chae Sangung: (tegas) Berdiri yang benar! … (pada semuanya) Siapa yang mengijinkan kalian untuk membuat keributan di Istana?

Chae Sangung mulai memukuli betis gadis di tengah, yang berseru mengaduh kesakitan setiap kali pukulan dilayangkan ke betisnya.

Chae Sangung: Sakit? (mengetukkan pemukul bambunya ke lantai beberapa kali) Aku harus memukuli kalian semua sampai kalian tak bisa berlarian dengan bebas.

Chae Sangung memukuli berulangkali si gadis di tengah ruangan sampai ia menangis kesakitan … Song Yi mengawasi semuanya dari tempatnya duduk.

Kediaman Han Hwak

Kamar Pengantin Baru

Insoo tampak duduk menunduk di samping Pangeran Dowon, yang juga duduk diam dengan gelisah, tak tahu apa yang harus mereka lakukan.

Di luar kamar, beberapa wanita sedang berdesakan dan saling berebutan untuk mengintip ke dalam kamar ^^ ahahahah ….

Tiba-tiba ..

Puteri Jung: Oho! Apa yang sedang kalian lihat? Keluar semua!

Semua wanita itu menjadi terkejut dan segera berdiri dan pergi, takut dengan Puteri Jung yang galak ^^

Si pembantu segera memanfaatkan kesempatan itu berlari ke tempat mereka tadi mengintip dan bermaksud untuk mengintip juga ^^ Tapi Puteri Jung segera menegurnya …

Puteri Jung: Sal Mo Rap !

Sal Mo Rap: (berat meninggalkan tempatnya, berbisik) Ya, Tuanku Puteri ..

[Andy: Nama si pembantu usil itu ternyata adalah Sal Mo Rap, jadi mulai sekarang aku ganti ya ^^]

Puteri Jung: Pergi dan berjagalah di depan pintu dan pastikan tak seorangpun yang diperbolehkan untuk masuk ke dalam.

Sal Mo Rap merasa kecewa tapi apa boleh buat, perintah dari majikan tak bisa dilanggar apalagi ini perintah dari Puteri Jung yang galak …

Sal Mo Rap: Ya, Tuanku Puteri … (berjalan dengan gontai ke arah pintu luar)

Puteri Jung: Berjagalah di luarsana!

Sal Mo Rap: (kesal) Ya …

Sal Mo Rap segera keluar dan menutup pintu yang menghubungkan paviliun Pengantin Baru dan berjaga di depan pintu.

Puteri Jung segera berjalan dengan santai ke arah kamar pengantin baru dan segera duduk di samping jendela. Ia mengawasi ke sekelilingnya dan ketika dilihatnya tak ada seorangpun, Puteri Jung memasukkan jari telunjuknya ke mulut kemudian mencoblos kertas di jendela kamar dan mengintip ke dalam kamar .. ahahahahahah … ^^ ternyata sama saja ^^

Di dalam kamar, keduanya saling diam saja dan suasana sangat kaku … ^^ Tapi Pangeran Dowon tahu kalau ini tak bisa dibiarkan berlarut-larut …

Dowon: (suara parau) Kau … kau benar-benar .. sangat cantik. (ragu-ragu) Bu in,

* Bu in adalah panggilan umum dari seorang suami pada isterinya.

Insoo mengangkat wajahnya memandang pada Dowon …

Kamar Chae Sangung, Istana

Song Yi dan Chae Sangung sudah berbaring di atas kasur dan bersiap tidur.

Song Yi: Mamanim, aku punya sebuah permintaan.

Chae Sangung: Permintaan?

Song Yi: Bolehkah aku memanggil mamanim dengan eomonni, kumohon?

Hati Chae Sangung tersentuh, ia memalingkan wajahnya memandang pada Song Yi. Perasaan keibuannya mendesak keluar …

Chae Sangung: (mengeluarkan tangannya) Mendekatlah kemari.

Song Yi segera bergerak mendekat dan kepalanya bersandar pada lengan Chae Sangung, yang segera memeluknya dan menepuk-nepuk bahunya dengan sayang. Tak berapa lama kemudian keduanya segera memejamkan mata mereka dan tertidur.

Kediaman Han Hwak

Kamar Pengantin Baru

Kedua pengantin baru masih tak bergerak dari tempat mereka.

Sekarang Insoo yang mengambil inisiatif …

Insoo: Sobangnim.

* Sobangnim adalah panggilan umum dari isteri pada suaminya.

Pangeran Dowon tergetar mendengar sebutan itu, ia menoleh dan memandang wajah isterinya.

Insoo: (dengan pipi bersemu merah) Padamkan lilinnya.

Di luar kamar, Puteri Jung mau tertawa tapi menahan rasa gelinya dengan sekuat tenaga. Ia membekap mulutnya sendiri dengan kedua tangannya dan tertawa tanpa bersuara.

Pangeran Dowon masih tak bergerak karena tubuhnya serasa kaku … Insoo tak sabar lagi dan segera mencondongkan tubuhnya kemudian meniup lilin hinggap padam, membuat kamar menjadi remang-remang gelap. Insoo melirik pada suaminya.

Narasi: Garis nasib yang tak dapat kau elakkan disebut dengan takdir. Itu akan terjadi di masa yang akan datang dikarenakan seorang pria. Takdir dari dua wanita ini [Insoo dan Song Yi]  akan dimulai seperti ini.

8 comments on “Queen Insoo [Insoo Daebi] – Episode 02

Jangan lupa meninggalkan jejakmu ...