Time Slip Dr. Jin – Episode 01

Narasi [Suara Jin Hyuk] : Di tengah kegelapan, sebuah cahaya memanggilku.

Di tengah hutan … tampak seseorang sedang terbaring tak sadarkan diri di atas tanah yang ditutupi dedaunan …

Beberapa saat kemudian, orang tersebut bangun sambil mengerang …

Ia kemudian mengawasi ke sekelilingnya sambil memegang lehernya yang terasa pegal-pegal dan merasakan suasana yang asing …

Jin Hyuk merogoh jas dokternya yang berwarna putih dan mengeluarkan iphone nya, yang kacanya retak-retak, dan menyalakannya tapi hanya menyala sebentar lalu padam. Jin Hyuk kesal dan menyimpan kembali iphone nya itu. Ia kemudian meraih tas dan tak sengaja pandangannya terbentur pada sebuah botol kaca.

Jin Hyuk memungut botol itu dan mengamatinya sebentar. Ia lalu mengawasi ke sekelilingnya lagi … tak mengerti apa yang terjadi …

Jin Hyuk: (dalam hati) Apa yang telah terjadi?  Tempat apa ini?

Jin Hyuk bangun berdiri, mengeluarkan senter kecil dan mulai berjalan menembus hutan …

Jin Hyuk: (dalam Hati) Aku sangat yakin, tadi aku sedang di atap rumah sakit…

Suara burung kakaktua menambah kemisteriusan suasana, tiba-tiba Jin Hyuk tersandung akar dan terjatuh ke atas tanah.

Jin Hyuk segera berusaha bangun dan mendadak ia melihat di kejauhan beberapa nyala obor yang bergerak … Jin Hyuk merasa sangat lega melihat ternyata ada orang lain di sana ..

Jin Hyuk: (berseru) Halo ?…  Halo!

Jin Hyuk bangun dan segera berjalan mengarah ke mana obor-obor tadi bergerak.

Samar-samar terdengar suara pertarungan …. Jin Hyuk mendekat dan melihat dari balik sebuah pohon.

Tampak sekelompok orang bercadar sedang menyerang pengawal barang. Para pengawal terlihat kalah kemampuan dibandingkan dengan para penyerangnya, tak berapa lama sebagian besar dari mereka sudah terbunuh habis.

Seorang dari orang bercadar itu menusuk lawannya dan mengulurkan pedangnya, membiarkan darah menetes ke tanah.

Jin Hyuk mengawasi semuanya dengan keheranan …

Jin Hyuk: Apa ini? Apa mereka sedang syuting?

Ia keluar dari balik pohon dan berjalan mendekati tempat pertarungan dengan rasa ingin tahu. Sementtara itu orang-orang itu bertarung hidup mati tanpa mempedulikan kehadiran dari Jin Hyuk.

Tiba-tiba …

Tampak seeokor kuda dan penunggangnya berderap ke arah tempat pertarungan. Jin Hyuk terlambat menyadarinya dan hanya bisa berjongkok, tak sempat menghindar.

Untungnya penunggang kuda itu seorang yang ahli, ia menggunakan keahliannya untuk membuat kudanya melompati Jin Hyuk dan melaju terus ke arah pertarungan yang sedang terjadi.

Secara bersamaan, banyak prajurit muncul dari balik hutan dan mengepung tempat pertarungan. Jin Hyuk memandang semuanya dengan penuh rasa keheranan dan tak mengerti …

Beberapa orang berkuda kembali muncul, dan seseorang dari mereka berseru pada kelompok orang bercadar itu  …

Kim Kyung Tak: Siapa kalian?

Para prajurit yang baru datang segera mengambil alih keadaan dan mengepung kelompok orang bercadar, yang berhenti bertarung dan mengambil sikap bertahan.

Pimpinan dari orang bercadar itu mengawasi ke sekelilingnya dan menyadari kalau mereka sulit untuk melaksanakan misinya malam ini.

Pria bercadar: (berseru) Mundur!

Orang-orang bercadar itu segera mengayunkan pedang mereka kembali berusaha untuk mencari jalan untuk melarikan diri.

Kim Kyung Tak di atas kudanya mengambil pistolnya dan mengarahkan ke arah kelompok pria bercadar itu.

Jin Hyuk mengawasi semua kejadian ini dengan bingung, masih merasa kalau ini adalah syuting, tapi kenapa tidak ada peralatan dan kru filmnya?

Seorang pria bercadar berhasil membunuh prajurit di depan Jin Hyuk dan berlari mendekati Jin Hyuk kemudian mengayunkan pedangnya, tapi Kyung Tak sudah bersiap, ia segera menarik pelatuk pistolnya dan segera orang bercadar tersembut ambruk di samping Jin Hyuk, yang terkejut sehingga terjatuh duduk.

Kim Kyung Tak: (pada anakbuahnya) Jangan sampai mereka lolos!

Para prajurit segera bergerak melaksanakan perintahnya.

Jin Hyuk mengulurkan tangan kirinya pada pria bercadar di sampingnya, yang tertembak di punggung.  kemudian menggoyang-goyang tubuh orang itu.

Jin Hyuk: Hei…

Tapi ia segera menarik kembali tangannya saat merasakan sesuatu yang basah di tangannya. Jin Hyuk mengawasi tangan kirinya itu dan terkejut saat melihat cairan berwarna merah di tangannya, itu darah! Darah sungguhan!

Jin Hyuk segera bangun dan menjadi was was saat melihat para prajurit sedang berjalan perlahan-lahan untuk mengepungnya. Seorang prajurit berseru pada Kyung Tak … Jin Hyuk mengawasi ke arah pimpinan para prajurit itu, yang menghela kudanya menuju ke arahnya.

Prajurit: (berseru pada Kyung Tak) Tuanku!

Pertarungan telah selesai, sekarang para prajurit segera datang dan mengepung Jin Hyuk …

Kyung Tak mengawasi Jin Hyuk dari bawah ke atas dan merasa aneh dengan pakaian yang dikenakan oleh orang di hadapannya ini.

Kim Kyung Tak: (pada Jin Hyuk) Siapa kau?

Jin Hyuk: ….  (masih merasa bingung)

Kyung Tak mengarahkan pistolnya ke arah Jin Hyuk …

Kim Kyung Tak: Aku tanya siapa kau.

Jin Hyuk: (nada gelisah) Maaf… Apa yang sedang kalian lakukan?

Wakil Kapten: Dia berpakaian beda dari yang lainnya, tapi dia tetap mencurigakan. Jika kita menangkap dan menyiksanya, dia pasti akan mengaku.

Jin Hyuk: Apa kau bilang?

Kim Kyung Tak: (pada prajurit di dekatnya) Ikat pria itu sekarang juga!

Prajurit: Baik Tuan!

Jin Hyuk: Tunggu dulu. Kenapa kau melakukan ini? Siapa kalian?

Jin Hyuk merasa gugup saat melihat seorang prajurit mempersiapkan tali pengikat dan yang lainnya bertindak mengancam. Jin Hyuk mengangkat tangannya dan lupa kalau ia masih memegang senter sehingga cahaya senter membuat seorang prajurit merasa silau.

Kemudian cahaya itu berpindah ke mata kuda yang ditunggangi oleh Kyung Tak sehingga si kuda merasa panik dan mengangkat kakinya, membuat Kyung Tak terjatuh ke tanah dan para prajurit mengkhawatirkan keselamatannya.

Wakil Kapten: (terkejut) Tuan! Kau baik-baik saja, Tuan?

Jin Hyuk tak menyia-nyiakan kesempatan itu, ia segera berlari pergi untuk meloloskan diri.

Kim Kyung Tak: Kalian tidak mendengarku? Cepat dan tangkap pria itu!

Semua: Ya tuan!

Semua prajurit segera berlari mengejar Jin Hyuk yang masuk ke dalam hutan …

Jin Hyuk terus berlari menerobos hutan dan merasa tak paham dengan semua kejadian yang terjadi barusan … Para prajurit ada di belakangnya terus mengejarnya … mereka berseru-seru untuk menangkapnya.

Jin Hyuk: (dalam hati) Apa ini? Kenapa aku harus kabur?

Jin Hyuk berlari sampai ia terpojok di sebuah tebing dan tak bisa menyeimbangkan tubuhnya sehingga terpeleset jatuh ke bawah tebing yang curam dan tinggi.

Suara prajurit: Lewat sini!

Para prajurit yang mengejar Jin Hyuk sampai di pinggiran tebing tempat Jin Hyuk tadi berdiri, mengawasi ke sekelilingnya dan juga ke bawah tebing tapi tak menemukan Jin Hyuk di sana.

Wakil Kapten: Bukan lewat sini. Tidak ada jalan di sini. Coba lewat situ.

Para prajurit segera pergi mencari sosok Jin Hyuk ke tempat lain, yang menghilang bagai ditelan bumi.

Sementara itu Jin Hyuk ternyata tertolong oleh tali tasnya, yang tersangkut di sebuah tonjolan kecil di tebing, posisinya mepet di bawah tebing sehingga para prajurit sulit melihatnya dari atas.

Jin Hyuk berusaha sekuat tenaga untuk naik, tapi beberapa kali gagal melakukannya. Jin Hyuk menjadi panik dan terpaksa berseru-seru ke atas tebing …

Jin Hyuk:  (berseru) Siapa saja tolong selamatkan aku! Siapa saja tolong aku! Selamatkan aku…

Jin Hyuk berusaha sekali lagi untuk naik, tapi tenaganya sudah habis.

Tangannya tak kuat lagi sehingga mau jatuh tapi tiba-tiba sebuah tangan terjulur dari atas tebing. Jin Hyuk terkejut tak menyangka ada orang yang benar-benar datang dan menyelamatkannya.

Orang itu membantu Jin Hyuk untuk naik ke atas tebing dan walaupun dengan susah payah, Jin Hyuk berhasil naik dan merasa lega saat ia sudah selamat.

Ia memandang pada pria penyelamatnya yang juga memandangnya, mereka berdua sama-sama kehabisan tenaga sehingga tetap berbaring di pojokan tebing itu dan tak lama kemudian sama-sama ketiduran.

Jin Hyuk: (dalam hati) Aku harus kembali. Semua ini dimulai pada malam itu, dengan suara itu.

Kilas balik …

Masa sekarang …

Sirine ambulan bergema … Tampak sebuah ambulan dengan kecepatan tinggi sedang melaju di jalanan kota di malam hari.

Radio Ambuulan: John Doe, ditemukan di Taman Takgol, usianya sekitar 30 atau 40 tahun, saat ditemukan, ia mengalami luka parah di bagian kanan kepalanya.

Ambulan tersebut sampai di depan bangunan sebuah bagian UGD Rumah Sakit.

Beberapa orang segera memindahkan John Doe ke atas kereta dorong dan segera mendorongnya menuju ke kamar tunggu operasi.

Dokter jaga: (memeriksa kedua mata) Pupil mata kanan 4 mm. Pupil mata  kiri 2 mm. Siapkan oksigen, dan beri dia mannitol.

Perawat: Ya.

Dokter jaga: Selain itu, lakukan CT Scan padanya. Dan juga … siapa ahli bedah syaraf yang sedang bertugas? Cepat hubungi dia.

Perawat: Ya

Beberapa saat kemudian ..

Jin Hyuk mendatangi rekannya yang menunjukkan hasil CT Scan pada dua buah monitor. Jin Hyuk mengamati monitor sebelah kiri …

Jin Hyuk: Ini epidural hematoma.

* cedera atau luka pada otak

Dokter: (menunjuk monitor di sebelah kanan) Ya, tapi ini…

Tampak sebuah benda berwarna putih lebih besar dari bola tenis terlihat di otak John Doe.

Jin Hyuk: (heran) Apa ini? Tumor? Sepertinya bukan tumor ganas.  Tidak masalah, kita akan mengeluarkannya sekaligus.

Jin Hyuk menoleh ke tempat John Doe berbaring.

Beberapa saat kemudian …

Kamar Operasi

Jin Hyuk menandai tempurung kepala John Doe yang akan ia buka dan operasi.

Jin Hyuk: Pisau bedah!

Sebuah pisau bedah diberikan dan Jin Hyuk segera menggunakan pisau bedah itu untuk memotong tepat di tanda yang telah ia gambar, tampak darah mengucur keluar saat ia menggores kepala John Doe.

Beberapa detik kemudian kulit kepala John Doe telah terbuka … Tampak tempurung kepala John Doe.

Jin Hyuk: Perforator.

 * Perforator adalah alat sejenis bor, untuk membuat lubang-lubang kecil (Burr Holes) membentuk lingkaran.

Jin Hyuk menggunakan alat itu untuk mengebor tempurung kepala John Doe di beberapa tempat.

Jin Hyuk: Craniotome!

* Craniotome digunakan untuk memotong tulang tengkorak untuk menghubungkan dari Burr Hole yang satu ke Burr Hole lainnya.

Jin Hyuk memotong tepat dari burr hole satu ke burr hole lain sampai membentuk lingkaran.

Jin Hyuk: (pada rekan-rekannya) Kita buka sekarang?

Jin Hyuk segera membuka tempurung kepala yang telah dipotongnya dengan mudah, kemudian mengawasi bagian otak John Doe.

Jin Hyuk: Keluarkan hematoma.

*hematoma = sel darah yang menggumpal di otak

Jin Hyuk membuka membran otak dengan hati-hati kemudian menggunakan selang hisap untuk menyedot darah yang menggumpal. Beberapa kali ia menggunakan selang hisap itu untuk menyedot di beberapa tempat di otak.

Dokter A yang menjadi asisten Jin Hyuk mengawasi monitor operasi yang memperlihatkan bagian yang dioperasi Jin Hyuk. Tampak otak pasien sudah cukup bersih dari hematoma.

Dokter Asisten A: (nada puas) Semua sudah dikeluarkan.

Jin Hyuk: Bagus, sekarang kita akan mengeluarkan tumornya. Kita gunakan selang hisap, lalu siapkan mikroskop bipolar.

Dokter Asisten A: Ya!

Dokter Asisten A segera mempersiapkan mikroskop bipolar, sedangkan yang lain menyiapkan selang hisap.

Jin Hyuk menggunakan mikroskop bipolar untuk melihat lebih jelas ke dalam otak pasien …

Jin Hyuk: (bergumam) Di mana kau bersembunyi? Tunjukan dirimu sekarang. Sebaiknya kau segera muncul.

Dokter Asisten A melihat di layar monitor operasi …

Dokter Asisten A: Aku bisa melihatnya.

Semua orang terkejut saat melihat benda yang dianggap tumor, yang ternyata sebuah benda lunak berbentuk seperti fetus (janin) …

Dokter Asisten A: (terkejut dan heran) I-Itu… Mungkinkah itu jaringan embrio (janin)?

Dokter Asisten B: (antara percaya dan tidak percaya)Ada janin di dalam tempurung kepala? Kudengar ada beberapa kasus yang memang ditemukan pada bayi dan anak-anak, tapi bagaimana mungkin ada di dalam kepala pria dewasa?

Jin Hyuk: (tegas) Kita sedang dalam operasi. Konsentrasilah!

Jin Hyuk segera menggunakan penjepit berusaha untuk mengeluarkan janin itu, tapi saat penjepit yang ia pegang menyentuh janin itu …

Tiba-tiba …

Jin Hyuk merasakan kepalanya sangat sakit dan terdengar suara misterius bergema di kepalanya …

Suara misterius: Aku harus kembali!

Jin Hyuk memegangi kepalanya yang sakit dan tubuhnya bergoyang mengayun ke depan dan belakang, semua orang terkejut melihatnya dan merasa khawatir.

Dokter Asisten B: (cemas) Dokter!

Dokter Asisten A: (cemas) Kau baik-baik saja?

Jin Hyuk: (bingung) Apa… kau bilang apa tadi?

Jin Hyuk mengira salah satu dari rekan-rekannya yang berbicara di kepalanya tadi.

Dokter Asisten A: (heran) Apa? Aku tanya apa kau baik-baik saja.

Jin Hyuk: (mengira salah dengar) Oh, tidak apa-apa.

Jin Hyuk berkedip beberapa kali untuk menyegarkan matanya lalu kembali melanjutkan usahanya untuk mengeluarkan fetus itu. Kali ini sama sekali tak ada insiden.

Jin Hyuk dengan hati-hati menjepit fetus itu dan berhasil mengeluarkannya, kemudian menaruhnya di atas sebuah nampan di sampingnya.

Jin Hyuk: Simpan ini di tempat steril!

Dokter Asisten A: Baik!

Beberapa saat kemudian …

Operasi berjalan dengan lancar walaupun sedikit ada insiden kecil tadi.

Dokter Asisten A masuk ke kantor Jin Hyuk sambil membawa sebuah botol kecil berisi cairan steril dengan fetus di dalamnya dan menaruhnya di atas meja. Ia mengawasinya sebentar kemudian segera keluar dari kantor.

Jin Hyuk ada di teras rumah sakit dan membeli minuman kaleng rasa jeruk dari mesin otomatis.

Jin Hyuk mendesah lega setelah rasa hausnya terobati … Ia membalikkan badan dan tak sengaja matanya tertumbuk pada seorang anak kecil yang duduk di atas kursi roda, sedang memandangi ke arahnya.

Jin Hyuk berjalan menghampirinya …

Jin Hyuk: Sudah malam begini, kenapa kau belum tidur? Jika kau berkeliaran saat jam tidur, perawat akan marah padamu. Hmm?

Anak : …. (menundukkan kepala dan memainkan rubik di tangannya)

Jin Hyuk memandang ke sekitar kemudian berjongkok di hadapan si anak kecil …

Jin Hyuk: Di mana ibumu? … Di mana kamarmu?

Si anak kecil tak menjawab, ia justru menggerakkan kursi rodanya pergi menjauh dari Jin Hyuk, yang terpaksa apa boleh buat membiarkan si anak kecil pergi.

Tak berapa lama iphone nya berbunyi …  Jin Hyuk merogoh sakunya dan mengambil iphone nya, melihat gambar ia sedang berdua dengan seorang wanita, tampak tulisan Yoo Mi Na yang meneleponnya ..

Jin Hyuk: Oh, hei Mi Na.

Yoo Mi Na [telepon]: Dr.Jin yang telah berhasil menyelesaikan operasi sekarang sedang minum jus jeruk.

Jin Hyuk: (bangun berdiri) Oh, Mi Na, aku benar-benar minta maaf. Kau menunggu lama, ya? (mulai berjalan ke tempat parkir) Operasinya baru saja selesai. Aku akan pergi sekarang. Aku sampai di sana dalam waktu 30 menit.

Yoo Mi Na [telepon]: Kalau kau ke sini sekarang juga percuma.

Jin Hyuk:  (berhenti sejenak) Huh? Di mana kau sekarang? Kau tidak di restoran?

Jin Hyuk sudah mengenakan jas dan berada di tempat parkir, berjalan menuju ke mobilnya.

Jin Hyuk: (membuka pintu mobil) Kenapa kau jutru pergi ke sana? Cepat pergi ke restoran. (masuk ke mobil) Aku sekarang akan ke sana. (menutup pintu)  Aku sudah bilang padamu ada hal yang ingin aku bicarakan … (suara telepon diputus) Halo? Halo?! Halo? .. (apa boleh buat) Gadis ini, benar-benar… (memasang sabuk pengaman) Aku sudah pesan tempat dengan pemandangan yang bagus, juga memesan bunga, tapi akhirnya seperti ini. (mendesah)

Jin Hyuk mengambil sebuah kotak kecil dari sakunya, menimang-nimangnya sebentar kemudian tersenyum kecil dan memasukkannya kembali ke saku.

Beberapa menit kemudian …

Jin Hyuk menaiki tangga apartemen menuju ke lantai dua lalu menarik napas sebelum ia  membuka pintu.

Jin Hyuk: (berseru) Hei, Yoo Mi Na!

Yoo Mi Na muncul sambil membawa sebuah kue ulang tahun dengan kedua tangannya. Di atas kue itu banyak lilin yang menyala.

Yoo Mi Na: (melagukan) Selamat ulang tahun, Selamat ulang tahun.

Jin Hyuk: (nada geli) Apalagi yang kau lakukan sekarang?

Yoo Mi Na: (nada melagukan) Untuk Jin Hyuk Oppa tercinta, Selamat ulang tahun!

Jin Hyuk : … (mendesah geli)

Yoo Mi Na: (nada membujuk) Kau harus membuat harapan dan tiup lilinnya!

Jin Hyuk: Hei, sudah 20 tahun sejak kau menjadi tetanggaku dan kau masih belum tahu kapan hari ulang tahunku?

Yoo Mi Na: Aku kembali ke kampus minggu depan. Kudengar tidak apa-apa jika merayakan ulang tahun sedikit lebih awal! Tunggu apa lagi? Cepat tiup lilinnya, tanganku sudah pegal!

Jin Hyuk menggelengkan kepalanya merasa apa boleh buat, lalu ia menarik napas dalam-dalam dan meniup lilin itu sampai padam semuanya.

Yoo Mi Na tertawa senang melihatnya.

Beberapa saat kemudian ..

Jin Hyuk sudah melepas jasnya, ia berjalan ke dekat sebuah lemari sambil membawa kotak kecil tadi.

Jin Hyuk membuka kotak kecil itu yang ternyata berisi cincin. Jin Hyuk menutupnya kemudian menaruhnya di dalam sebuah helm pelindung football, yang ada di atas lemari hiasan.

Jin Hyuk: (berseru) Mi Na, kau mau anggur? Kita juga bisa menyalakan musik!

Yoo Mi Na berjalan mendekatinya sambil mengendap-endap membawa kue ulangtahun, yang sudah diambil lilinnya. Tampak senyum nakal mengembang di bibirnya. Jin Hyuk belum menyadarinya ^^

Jin Hyuk: (melanjutkan) Hah? Bagaimana menurutmu? (menoleh dan terkejut)

Jin Hyuk memandang pada Yoo Mi Na yang tertangkap basah ^^  tapi Yoo Mi Na tak mau menyerah begitu saja, ia justru tertawa kecil dan berlari menuju ke arah Jin Hyuuk sambil membawa kue itu.

Jin Hyuk: (menyadari niat Mi Na dan segera lari) Hei, hei! Mau apa kau? Apa yang akan kau lakukan?!

Jin Hyuk berlari dikejar olah Yoo Mi Na.

Jin Hyuk: Astaga!

Yoo Mi Na terus mengejar Jin Hyuk bermaksud untuk mengerjainya. ^^

Yoo Mi Na: Kemarilah!

Jin Hyuk: Astaga? Mi Na! Jangan seperti ini! Ah. Kau tidak boleh melakukannya, tidak boleh. Kumohon jangan hari ini…

Jin Hyuk sedang berjalan mundur dan tak melihat kursi sofa panjang di belakangnya sehingga ia jatuh dengan menyeret Yoo Mi Na, kue itu melayang jauh ke belakang.

Keduanya jatuh bertindihan di atas kursi sofa panjang, dengan Mi Na di atas Jin Hyuk. Jin Hyuk memandang pada kue yang berserakan tak jauh darinya lalu memandang pada Mi Na. Keduanya tertawa geli bersama-sama. Kedua wajah mereka saling berdekatan dan mereka berdua berpandangan dengan lekat-lekat.

Setelah beberapa saat, Jin Hyuk mengangkat wajahnya seakan-akan mau mencium Yoo Mi Na, yang tampak sudah siap .. ^^ tapi ternyata …

Jin Hyuk: (mendekatkan wajah) Mi Na ..

Yoo Mi Na: (nada pasrah) Hmmm ..?

Jin Hyuk: Kau berat sekali.

Mi Na segera memegang kepala Jin Hyuk dengan kedua tangannya kemudian membenturkan kepalanya di dahi Jin Hyuk, yang mengaduh kesakitan.

Mi Na lalu duduk tegak di atas pinggang Jin Hyuk … ups … posisi menantang ^^ ahahahah ^^

Jin Hyuk memegang kepalanya mengerang lalu tertawa keras, Mi Na juga tertawa bersama dengannya.

Jin Hyuk kemudian duduk menegakkan tubuhnya dan memeluk pinggang Mi Na sementara Mi Na mengalungkan tangannya ke leher Jin Hyuk.

Yoo Mi Na: Sakit?

Jin Hyuk menganggukkan kepalanya, Mi Na lalu mengangkat tubuhnya sedikit dan mencium dahi Jin Hyuk. Keduanya tertawa kecil bersama-sama.

Yoo Mi Na: (nada bercanda) Aku tidak mencintaimu sedikit pun.

Jin Hyuk: (nada bercanda) Aku juga sudah muak denganmu!

Yoo Mi Na: (nada penasaran) Kenapa kau belum juga melamarku?

Jin Hyuk: (nada cuek) Kenapa aku harus melakukannya? Itu norak sekali…

Yoo Mi Na: (nada mengancam) Aku bisa saja kabur, kau tahu.

Jin Hyuk: (nada geli) Aku sangat berterima kasih bila kau melakukannya!

Yoo Mi Na: Haha, apa?

Jin Hyuk memanfaatkan kesempatan dan balas mencium dahi Mi Na …Keduanya tertawa geli bersama-sama. Mi Na kemudian mengelus-elus dan menepuk-nepuk dahi Jin Hyuk.

Yoo Mi Na: (nada menghibur) Sakit kah?

Mereka berdua kembali tertawa ….

Sementara itu ..

Di kantor Jin Hyuk di rumah sakit, botol kecil berisikan fetus masih tertinggal di atas meja.

Beberapa jam kemudian …

Lampu utama di apartemen Jin Hyuk sudah dimatikan, tampak Yoo Mi Na tidur –tiduran dengan telungkup di kursi sofa panjang tadi. Jin Hyuk menghampirinya dan duduk di lantai di sebelah kursi itu, membetulkan selimut.

Ia memandang pada wajah Yoo Mi Na yang sedang memejamkan mata …

Jin Hyuk: Kau tahu, ada sesuatu yang aneh di kepala pasien hari ini…

Yoo Mi Na: (membuka matanya) Aku juga baru saja bermimpi aneh. Aku sedang berdiri di pinggir jalan … Tempat itu belum pernah kulihat sebelumnya, tapi kau tiba-tiba berdiri di sana. Jadi aku memanggilmu, tapi … kau tidak mengenaliku …

Jin Hyuk: (mendengus geli, nada tak percaya) Benarkah?

Yoo Mi Na: (menganggukkan kepalanya) Uhm .. Seperti orang asing, kau hanya memandangku lalu pergi .. Jadi aku mengikutimu, menanyakan apa kau sugguh tidak mengenaliku kemudian aku tersesat. Aku sangat sedih dan ketakutan

Jin Hyuk: (mendengaus lalu tersenyum) Itu karena kau tertidur di sofa yang tak nyaman. Ayo kita tidur.

Jin Hyuk mendekati Mi Na lalu mengangkat tubuh Mi Na dan menggendongnya, tangan Mi Na segera merangkul manja ke leher Jin Hyuk.

Keesokan pagi …

Rumah Sakit

Jin Hyuk: Hei Mi Na. Kau tidak ada kegiatan siang inikan,kan? Aku juga ada waktu luang, kita bisa bertemu jam 3.

Yoo Mi Na: (membetulkan jas dokternya) Oh, Aku tidak bisa hari ini.

Jin Hyuk: (heran) Kenapa?

Yoo Mi Na:  Aku sedang menjadi relawan. Butuh waktu sedikit lebih lama untuk menyelesaikannya.

Jin Hyuk: Sampai kapan kau akan terus melakukannya? Kau sudah melakukannya sejak masih magang! Bukankah sudah cukup kau melakukan pekerjaan sukarela?

Yoo Mi Na: (memandang ke sekelilingnya) Ada apa denganmu? Apa ada masalah?

Jin Hyuk: (apa boleh buat) Kalau begitu, datanglah setidaknya jam 5! Jika tidak, nanti kau mungkin akan menyesalinya.

Yoo Mi Na: (heran) Hah? Apa yang harus aku sesali?

Jin Hyuk tak menjawabnya, ia segera menutup telepon.

Mi Na mendengar nada telepon diputus dan memandangi teleponnya dengan heran …

Jin Hyuk tersenyum puas, ia sudah merencanakan masak-masak pertemuan nanti malam dan tak boleh gagal lagi.

Mi Na memasukkan teleponnya ke dalam saku, tiba-tiba serombongan anak menghampirinya dan memegangi tangan dan jubah dokternya sambil berjalan menuju ke Klinik Sosial.

Anak-anak: Kakak Mi Na!

Yoo Mi Na: Apa kabar kalian? Kalian sudah makan?

Anak A: Kami sudah makan!

Yoo Mi Na: Oh, sudah? Ayo masuk!

Kyung Ho: (dengan bersemangat) Kakak Mi Na, aku yang memberi mereka semua makan.

Yoo Mi Na: Oh, Kyung Ho, bagus! Di mana ayahmu?

Kyung Ho: Ayah pergi bekerja.

Yoo Mi Na: Apa lututnya sudah baikan?

Kyung Ho: (mengangguk) Sepertinya begitu.

Mi Na sangat senang melihat anak-anak itu …

Nenek: Hei Mi Na! Kau tidak memberiku obat?

Mi Na tersenyum geli dan segera menghampiri si nenek …

Yoo Mi Na: Aku ukur dulu tekanan darahnya.

Mi Na mempersiapkan alat ukur tekanan darah ..

Nenek: Di ukur atau tidak, tetap saja sakit. Cepat berikan aku obat!

Yoo Mi Na: Tetap saja, Kau harus diperiksa terlebih dahulu.

Tiba-tiba ..

Tampak seorang pria menggendong pria lain menuju ke Klinik Sosial …

Pria: (menggendong seorang pria, suara terengah-engah, berseru) Permisi!

Mi Na menolehkan kepalanya dan terkejut saat melihat kejadian ini. Beberapa orang yang sedang bertugas di klinik sosial segera menghampiri pria itu dan membantunya.

Petugas sosial: Apa yang terjadi padanya?

Kyung Ho: (menoleh dan berdiri) Ayah!

Pria tersebut segera digiring ke sebuah dipan dan dibantu untuk membaringkan tubuh ayah Kyung Ho ke sebuah kasur.

Yoo Mi Na: Beliau ayahnya Kyung Ho. Apa yang terjadi?

Pria: (terengah-engah)Aku tidak tahu. Dia pingsan di sebelah sana. (menunjukkan dengan jarinya)

Kyung Ho merasa cemas dengan keadaan ayahnya. Yoo Mi Na segera memeriksa nadi dan pupil ayahnya Kyung Ho, merasakan keadaan yang cukup gawat …

Yoo Mi Na: (pada rekan petugas sosial) Telepon ambulan! Cepat!

Petugas sosial: Baiklah!

Kyung ho: (mata berkaca-kaca) Ayah..

Beberapa saat kemudian …

Terdengar suara sirine meraung … Ambulan telah sampai di Rumah Sakit, para petugas segera bergegas membuka pintu belakang Ambulan. Yoo Min Na segera turun dari dalam ambulan.

Yoo Mi Na: (menunjukkan jalan) Lewat sini! Cepatlah…

Para petugas menurunkan kereta dorong dan segera mendorongnya masuk ke dalam Rumah Sakit.

Yoo Mi Na: Kemarilah Kyung Ho.

Kyung Ho mendekat pada Yoo Mi Na, yang segera memeluknya. Mi Na mengeluarkan teleponnya dan menghubungi Jin Hyuk. Sementara Kyung Ho berseru beberapa kali memanggil ayahnya yang didorong masuk Rumah Sakit.

Kyung Ho. Ayah! Ayah!

Mi Na menggandeng tangan Kyung Ho berlari di lorong rumah sakit menyusul kereta dorong ayah Kyung Ho. Mi Na masih berusaha untuk menghubungi Jin Hyuk.

Kyung Ho: (mau menangis) Ayah!

Sementara itu ..

Kantor Jin Hyuk

Jin Hyuk memandangi kotak kecil berisikan cincin. Ia kemudian menaruhnya di atas meja dan mengambil jas resminya saat iphone nya berbunyi.

Jin Hyuk: (suara senang) Oh, Mi Na, kau sudah datang?

Tapi Jin Hyuuk segera terdiam begitu mendengar berita dari Mi Na.

Beberapa saat kemudian …

Jin Hyuk datang dan memeriksa kondisi ayah Kyung Ho.

Yoo Mi Na: Kepalanya pasti terbentur saat ia berada di lokasi pembangunan. Tapi karena dia merasa baik-baik saja, dia pasti pulang ke rumah dan tidak ke rumah sakit lalu pingsan. Kita harus segera mengoperasinya …

Jin Hyuk: (menyela) Sudah terlambat!

Yoo Mi Na: (terkejut) Huh?

Jin Hyuk menggelengkan kepalanya, Mi Na memandang sejenak pada Kyung Ho lalu menarik Jin Ho agak menjauh untuk berbicara berdua saja.

Yoo Mi Na: Apa maksudmu, sudah terlambat?

Jin Hyuk: (memandang ke arah ayah Kyung Ho) Dia mengalami pendarahan otak dan pupil matanya sudah melebar, serta GCS-nya hanya 3. (menatap Mi Na tajam) Kita tidak bisa berbuat apa-apa.

Yoo Mi Na: (tak terima) Tapi kita tidak bisa membiarkannya begitu saja. Bagaimana jika ternyata kau salah?

Jin Hyuk: (sedikit tersinggung) Diagnosaku sangat akurat. Tidak ada gunanya melakukan operasi.

Kyung Ho mengawasi keduanya dengan matanya yang penuh airmata …

Yoo Mi Na: (nada tinggi) Maksudku… (sadar, dan merendahkan suaranya) Mungkin akan ada keajaiban. Cobalah melakukan operasi setidaknya… (Jin Hyuk menatapnya tajam) Kyung Ho hanya punya ayah. Jika kau membiarkan saja dia seperti ini, apa kau tidak merasa kasihan pada anak itu?

Jin Hyuk: (menarik napas panjang) Mi Na!

Yoo Mi Na: Aku yang akan membayar berapa pun biaya operasinya.

Jin Hyuk:  (nada kesal) Ini bukan masalah uang! Kemungkinan bertahan hidup bahkan tidak sampai 1%!

Yoo Mi Na: Meskipun hanya 0.1%, kita harus tetap mencoba menyelamatkannya! Jika pasien seperti itu dan dokter bilang tidak ada harapan, apa akan berakhir begitu saja? Oppa, jika aku pasien itu, apa kau akan bilang begitu?

Jin Hyuk: (menarik napas panjang, nada tegas) Maafkan aku, jika aku bilang tidak bisa berarti tidak bisa. Saat tidak ada harapan, kau harus belajar untuk menyerah.

Mi Na menatapnya tidak percaya …. Jin Hyuk menoleh ke arah Kyung Ho yang sedang menangis karena sedih. Jin Hyuk kemudian beranjak pergi tak mempedulikan Mi Na lagi.

Mi Na masih tak putus harapan … ia segera berlari menyusul Jin Hyuk di lorong rumah sakit.

Yoo Mi Na: (nada marah) Oppa, kau seorang dokter bedah. Apa susahnya dokter bedah melakukan satu operasi saja?

Jin Hyuk: Hanya karena dokter bedah bukan berarti aku bisa menyelamatkan dunia.

Yoo Mi Na: Apa aku memintamu menyelamatkan dunia? Aku hanya memintamu untuk melakukan operasi pada ayah Kyung Ho!

Jin Hyuk: Meskipun kau tahu tidak ada gunanya, kau tetap memintaku melakukannya? Apa kau tahu betapa mahal dan berapa lama sebuah operasi itu? Lebih baik menyelamatkan pasien yang bisa diselamatkan!

Yoo Mi Na: (marah) Bagaimana mungkin kau bisa membuat perhitungan atas nyawa seseorang?!

Jin Hyuk: Maksudku, karena aku dokter, kadang aku harus membuat keputusan yang sulit.

Yoo Mi Na: Keputusan apa? Oppa, memangnya kau siapa hingga berhak menentukan keputusan seperti itu? Memangnya kau TUHAN? Kau dokter bedah! Bukankah sudah kewajibanmu sebagai dokter bedah berusaha menyelamatkan nyawa pasien sampai detik terakhir? Itulah yang seharusnya dilakukan oleh dokter bedah.

Jin Hyuk: Tugas dokter hanya untuk menyelamatkan orang yang dapat diselamatkan. Menyelamatkan orang mati adalah pekerjaan Tuhan.

Yoo Mi Na: (tak percaya) Oppa… Kau benar-benar egois.

Jin Hyuk: (tersinggung) Yoo Mi Na. Kau tahu apa itu egois sesungguhnya? Memberikan harapan palsu pada pasien. Bertindak sebagai dokter yang baik hati, tapi pada akhirnya memberikan pasien dan keluarganya rasa sakit. Itulah yang sedang kau lakukan sekarang ini. Apa kau menyadarinya?

Dokter jaga: Dokter!

Jin Hyuk dan Mi Na menoleh ke arahnya ..

Dokter jaga:  Pasien itu… (ragu-ragu) baru saja meninggal.

Yoo Mi Na tampak sangat shock … Jin Hyuk menyadarinya, ia menoleh ke arah Mi Na dan mau menghiburnya dengan mengulurkan tangannya untuk mencekal tangan Mi Na, tapi segera dikebaskan oleh Mi Na.

Yoo Mi Na: Lepaskan aku!

Jin Hyuk kembali meraih tangan Mi Na, yang kali ini tak melawan.

Jin Hyuk: (nada lembut) Mi Na, ini bukan salah siapa-siapa. Meskipun dia dioperasi, hasilnya akan sama saja.

Mi Na menahan tangisnya dan segera pergi meninggalkan Jin Hyuk yang merasa cemas dengan keadaannya.

Jin Hyuk mengejar Mi Na yang sedang berjalan ke arah tempat parkir di luar rumah sakit.

Jin Hyuk: (meraih tangan Mi Na) Mi Na! Kau mau ke mana?

Yoo Mi Na berbalik menatap pada Jin Hyuk.

Yoo Mi Na: (nada sedih) Bagaimana aku bisa menemui anak itu lagi? Aku tidak bisa, Oppa.

Jin Hyuk: Mi Na!

Yoo Mi Na: (melepaskan tangannya) Jangan menyentuhku.

Jin Hyuk tak tahu harus berbuat apa, Mi Na menatapnya dengan pandangan menusuk. Jin Hyuk kembali meraih tangan dari Mi Na.

Jin Hyuk: Mi Na!

Yoo Mi Na: Sepertinya, mimpiku menjadi nyata. Dalam situasi seperti ini… kau seperti orang yang tidak kukenal.

Mi Na melepaskan tangannya dan berjalan ke mobilnya, kemudian masuk dan mulai menyalakan mobilnya. Jin Hyuk hanya bisa memandanginya dengan perasaan menyesal karena tak ada yang bisa dilakukannya untuk menghibur Mi Na.

Mi Na mulai menjalankan mobilnya, meninggalkan Jin Hyuk di tempat parkir termenung sendirian. Di dalam mobil, Mi Na masih menangis sedih dan berulangkali menggunakan tangannya untuk menghapus air mata yang meleleh dari matanya.

Saat itu ada seorang pengendara sepeda motor sedang melewati perempatan dan menuju ke arahnya, Mi Na baru menyadarinya saat ia mau berbelok ke arah perempatan, membuatnya panik dan segera membanting setir ke kanan, yang mana ada mobil yang sedang mengarah kepadanya.

Mi Na segera mengerem mobilnya dan untungnya tak terjadi tabrakan, tapi mobilnya berhenti tepat di tengah-tengah persimpangan jalan raya.

Mi Na di atas kemudinya masih terengah-engah, menenangkan diri ketika …

Tiba-tiba …

Sebuah truk datang mendadak dan menabrak tepat di bagian depan samping kanan mobil yang dikendarai Mi Na,

menyeretnya ke depan sampai beberapa puluh meter baru bisa berhenti.

Suara tabrakan yang sangat keras mengagetkan semua orang, termasuk Jin Hyuk yang menoleh ke arah sumber suara itu dan menjadi shock dan terpana melihat kalau ternyata mobil Mi Na yang ditabrak oleh sebuah truk.

Jin Hyuk menatap semua ini dengan mata terbelalak dan hatinya berdegup sangat kencang. Ia segera berlari ke arah mobil Mi Na ….

[Andy: untuk sejenak kita dibawa kembali ke kantor Jin Hyuk, di mana botol berisi fetus ada di atas meja, seakan-akan semua ini diakibatkan karena kekuatan dari fetus itu.]

Jin Hyuk dan beberapa dokter mendorong kereta yang di atasnya terbaring Yoo Mi Na yang bersimbah darah, dan tampak luka di kepalanya cukup parah.

Jin Hyuk hatinya diiris-iris dan merasa sedih dan khawatir dengan keadaan Mi Na.

Jin Hyuk: (pada seorang dokter, nada mendesak) Buat persiapan untuk operasi dadakan, dan hubungi Kepala Bagian Operasi sekarang!

Dokter: Baik ..

Jin Hyuk: Lakukan CT scan untuk otak, dada, dan perutnya, dan siapkan peralatan operasi.

Dokter: Baik!

Jin Hyuk mengawasi pada Mi Na yang terbaring tak sadarkan diri.

Jjin Hyuk: (nada cemas) Mi Na!

Mereka sampai di depan pintu penghubung dengan kamar operasi.

Jin Hyuk: Cepat masukan dia ke dalam!

Seorang dokter menggantikan dokter yang disuruh oleh Jin Hyuk untuk memanggil Dokter Kepala Bagian Operasi.

Saat mereka akan mendorong kereta, tangan Mi Na bergerak dan menyentuh tangan Jin Hyuk yang sedang mendorong kereta. Jin Hyuk terkejut dan segera memandang pada Mi Na yang sedang membuka matanya …

Jin Hyuk: (pada yang lain) Tunggu sebentar.

Jin Hyuk segera berjongkok dan menggenggam tangan kanan Mi Na itu.

Jin Hyuk: (nada senang bercampur cemas)  Ya, Mi Na! …  Kau sudah sadar? … Kau mengenaliku?

Yoo Mi Na: (suara lemah) Y-ya…

Jin Hyuk: (nada cemas tapi berusaha menghibur) Ya, tidak apa-apa! Kau akan segera pulih, jadi jangan khawatir. Mengerti?

Yoo Mi Na:  (terbata-bata) Kita… akankah … bisa… bertemu lagi…

Jin Hyuk: (berusaha meyakinkannya) Ya! Kita akan bertemu lagi.

Mi Na tampak puas mendengarnya dan memejamkan matanya, tangannya terkulai. Jin Hyuk terkejut.

Air mata menetes di pipinya, ia berulangkali memanggil nama Mi Na dan menggoyangkan tubuhnya, tapi tak ada sahutan dari Mi Na ….

Beberapa saat kemudian ..

Jin Hyuk sudah mengenakan pakaian operasi dan berusaha mengenakan sarung tangan operasi dengan perasaan gugup …

Sementara itu …

John Doe mulai menunjukkan tanda-tanda mulai sadar, jemarinya sedikit mulai sedikit bergerak.

Kamar Operasi

Semua persiapan telah selesai dilakukan, operasi dilakukan oleh dua tim secara serentak, tim pertama dipimpin oleh Jin Hyuk mengurus bagian otak sementara tim kedua dipimpin oleh Dokter Kabag Operasi mengurus bagian dadanya.

Mereka segera melakukan operasi dan tanpa membuang waktu lagi, Jin Hyuk segera membuka tempurung otak Mi Na.

Jin Hyuk  membersihkan pendarahan di otak Mi Na.

Dokter Asisten A memandang pada monitor operasi dan melihat genangan darah sudah berkurang banyak.

Dokter Asisten A: Kita sudah membersihkan darahnya.

Jin Hyuk: (nada tenang) Kita hampir selesai.

Dokter Kabag Operasi: Oke! Kami juga hampir selesai di sini. Hampir saja… Meski proses penyembuhannya mungkin akan memakan waktu lama.tetap saja, itu melegakan, Dokter.

Jin Hyuk: (hati lega) Terima kasih, Dokter.

Jin Hyuk mengamati bagian otak Mi Na, tiba-tiba muncul kilasan saat ia mengoperasi John Doe dan saat pertama kali ia bersentuhan dengan si janin …

Suara misteriis: Aku harus kembali!

Jin Hyuk mengedipkan matanya sekali kemudian tiba-tiba serangan rasa sakit itu kembali lagi … Jin Hyuk tak bisa menahannya, ia memegangi kepalanya dan tubuhnya bergoyang-goyang tak menentu di atas kursinya.

Orang-orang: Dokter! Dokter!

Jin Hyuk merasakan rasa sakitnya menghebat, tak sengaja ia menyenggol sebuah mangkuk aluminium sampai terjatuh.

Semua orang yang ada di kamar operasi tak tahu apa yang sedang terjadi dan merasa cemas dengan keadaan Jin hyuk.

Jin Hyuk: Siapa…  Siapa… Siapa itu?

Dokter Asisten A: Kenapa?

Dokter Kabag Operasi: (cemas) Ada apa, Dokter Jin?

Rasa sakit itu sudah mereda, Jin Hyuk mulai mendapatkan kembali kekuatannya.

Jin Hyuk: (nada lemah) Bukan apa-apa! Aku tidak apa-apa…

Jin Hyuk berusaha untuk berkonsentrasi lagi …

Jin Hyuk: Kita tutup kembali.

Dokter Asisten A: (ragu-ragu) Dokter, apa benar kau baik-baik saja?

Jin Hyuk: Sudah kubilang aku baik-baik saja!

Jin Hyuk menarik napas panjang berulangkali …

Sementara itu …

John Doe sudah sadar dan sekarang ia keluar dari ruang perawatannya menuju ke gudang obat rumah sakit.

Di dalam sana ia mengambil beberapa benda, seperti satu set alat bedah, beberapa cairan infus, botol-botol obat kecil, tali, alat suntik, dan yang lainnya dan memasukkannya ke sebuah tas dokter berwarna coklat.

Kamar Operasi

Jin Hyuk masih gemetar tapi sudah bisa menenangkan dirinya, ia kembali akan melanjutkan operasi, tapi saat melihat mikroskop, ia kembali melihat kilasan janin beberapa kali di pikirannya kemudian terdengar suara itu lagi …

Suara misterius: Aku harus kembali.

Jin Hyuk terkejut dan merasakan sakit kembali, ia memegangi kepalanya dengan kedua tangan. Jin Hyuk berusaha mengatasinya dan memaksa dirinya untuk melihat kembali ke monitor operasi.

Tapi apa yang dilihatnya di monitor membuat semua rasa sakit di kepalanya langsung hilang. Tampak darah mengucur deras di otak Mi Na!

Jin Hyuk: (panik) Sedotan!

Jin Hyuk segera menggunakan selang penghisap untuk menyedot darah yang keluar dengan deras.

Dokter Kabag Operasi: (terkejut) Apa yang terjadi?

Dokter Asisten A: (cemas) Pendarahan akut! Sepertinya arterinya telah pecah!

Jin Hyuk: (membentak) Lanjutkan operasinya!

Jin Hyuk menggunakan kain kapas untuk menyerap darah itu.

Perawat:  (panik) Darahnya tidak mau berhenti!

Jin Hyuk: (nada tergesa-gesa) Tidak ada waktu lagi.

Dokter Kabag Operasi: Kita harus segera menyelesaikannya sekarang!

Dokter Asisten A melihat pada mesin pengukur tekanan darah dan denyut nadi.

Dokter Asisten A: Tekanan darahnya menurun!

Jin Hyuk: Stabilkan tekanan darahnya!

Dokter Asisten A: Tapi tekanan darahnya tidak bisa dideteksi!

Jin Hyuk memandang ke monitor operasi dan terlihat darah terus mengalir keluar dari batang otak Mi Na.

Jin Hyuk: (panik, nada memohon) Mi Na…  Bertahanlah. Mi Na, kau harus bertahan. Tidak boleh! Tidak bisa terjadi!

Dokter Asisten A: (nada cemas) Arterinya membengkak!

Jin Hyuk: Epinephrine.

Jin Hyuk panik memandang pada monitor operasi …

Jin Hyuk: (berteriak) EPINEPHRINE!

Darah masih keluar tapi perlahan-lahan mulai berhenti dengan otak Mi Na mulai mengempis ..

Jin Hyuk memandang monitor operasi dengan pandangan mata tak percaya dan napasnya memburu dengan hebat ….

Sementara itu …

John Doe masuk ke kantor Jin Hyuk, seperti dituntun oleh suatu kekuatan misterius dan menemukan botol kaca berisi fetus ada di atas meja.

John Doe mengambil botol kaca berisi fetus itu dan mengamatinya sejenak.

Beberapa saat kemudian …

Sebuah kereta dorong, di mana Yoo Mi Na yang baru dioperasi berada, sedang didorong keluar dari kamar operasi.

Jin Hyuk melihat tangan Mi Na yang terkulai di luar kereta, ia meminta agar kereta dihentikan sebentar lalu dengan lembut meletakkan tangan Mi Na di atas kereta dan menaruhnya di balik selimut. Kereta kemudian kembali didorong … Jin Hyuk termangu di tempatnya tapi pandangannya tak lepas dari kereta dorong itu.

Dokter Kabag Operasi mendekatinya dari belakang ….

Dokter Kabag Operasi: Dia sudah melalui tahap yang sulit. Tapi aku tidak yakin kapan dia sadar kembali. (Kereta Mi Na menghilang di balik lorong) Dokter Jin, ini bukan salahmu. Dokter Yoo Mi Na hanya kurang beruntung.

Jin Hyuk: (suara lemah) Dokter Yoo… Dia orang yang kuat. Dia pasti akan segera sadar. (matanya berkaca-kaca)

Dokter Kabag Operasi menganggukkan kepalanya dan menepuk-nepuk pundak kanan Jin Hyuk, berusaha memberikan penghiburan agar Jin Hyuk kuat. Jin Hyuk mendesah sedih dan ia mengedipkan matanya berulangkali berupaya menahan air mata yang akan menetes turun.

Beberapa saat kemudian …

Jin Hyuk duduk menyendiri di atas atap rumah sakit …ingin menenangkan dirinya … namun ia justru teringat pada perkataan terakhir Mi Na …

Yoo Mi Na: (terbata-bata) Kita… akankah… bisa… bertemu lagi…

Tiba-tiba ia mendengar suara sayup-sayup langkah orang menaiki tangga, Jin Hyuk tak kuasa menahan herannya dan mengawasi ke arah pintu atap.

Tak berapa lama kemudian ia melihat seorang pasien sedang berjalan dengan tertatih-tatih sambil membawa sesuatu. Jin Hyuk berdiri dan menegurnya …

Jin Hyuk: Halo?  (John Doe menoleh) Kau sedang apa?

John Doe: … (menunduk)

Jin Hyuk kemudian mengenali benda di tangan si pasien, yakni botol kaca berisi fetus.

Jin Hyuk: (ingin tahu) Kenapa benda itu bisa berada di tanganmu?

John Doe mundur-mundur menuju ke tepian atap rumah sakit.

John Doe: Aku harus kembali.

Jin Hyuk tersengat mengenali nada bicaranya … Ini adalah suara misterius itu …

Jin Hyuk: Jadi itu kau? Siapa kau?

Jin Hyuk berjalan perlahan mendekati si pasien, tapi John Doe juga mundur ke belakang, menjauh dari Jin Hyuk.

Jin Hyuk: Apa yang telah kau lakukan padaku?

Tiba-tiba kilasan gambar si janin menyerang pikirannya, Jin Hyuk berhenti dan berusaha mengenyahkan rasa sakit yang tiba-tiba menyerang kembali. Tangan kanannya memegang kepalanya yang sakit. Jin Hyuk melihat kembali ke arah pasien itu, yang memandang ke arah tepi atap.

Jin Hyuk menjadi sangat terkejut saat melihat pasien itu berjalan dengan cepat meskipun sedikit tertatih-tatih ke arah tepi atap, seakan-akan hendak melompat darisana. Jin Hyuk tak menghiraukan gangguan sakit di kepalanya dan segera bergegas mengejar pasien itu.

Jin Hyuk: Hei… Hei… Hei!

Jin Hyuk tepat pada waktunya, menarik si pasien yang sudah ada di tepi atap dan akan melompat darisana. Tapi John Doe melawan dan berusaha kembali ke tepi atap …

Jin Hyuk: (bergumul dengan John Doe) Kau ini kenapa?

Dalam pergumulan itu, Jin Hyuk berhasil merebut tas di tangan si pasien. John Doe yang tahu kalau kondisi badannya tidak memungkinkan, tak mempedulikan tas itu dan menggunakan kesempatan saat Jin Hyuk lengah berusaha melompat dari atap. Tapi dengan sigap Jin Hyuk menariknya kembali.

Jin Hyuk: Jangan!

Si pasien yang ditarik oleh Jin Hyuk tak sengaja melepaskan botol kaca berisi fetus, yang segera jatuh ke bawah. Jin Hyuk menjadi terkejut dan tanpa berpikir dua kali ia melompat dari atap itu, dengan tas masih ia genggam.

John Doe menjadi terkejut dan berusaha meraihnya, namun sudah terlambat ….

Jin Hyuk sudah terjun ke bawah … John Doe hanya bisa memandang semua ini dengan pandangan mata terbelalak …

Jin Hyuk baru menyadari kesalahannya saat ia melayang di udara dan jatuh ke bawah …

Ia merasa semua ini seperti bukan kenyataan, tangannya masih terulur berusaha mengambil botol kaca berisi fetus itu ….

Jin Hyuk: (dalam hati) Ini cuma mimpi. Aku pasti sedang bermimpi …

Saat ia melayang di udara botol kaca itu tiba-tiba bercahaya semakin menyilaukan …

Jin Hyuk memandangnya dengan mata terbelalak …

Jin Hyuk tertidur sambil bergumam …

tiba-tiba ia tersentak bangun dan mengawasi ke sekitarnya, dan menemukan seorang pria berbaju merah sedang tidur di sampingnya. Ia kemudian mengawasi ke sekelilingnya dan ke bawah tebing, kemudian teringat kejadian malam sebelumnya di mana ia tergantung di tebing dan pada akhirnya diselamatkan oleh seseorang. Ternyata semua ini bukan mimpi …

Jin Hyuk memandang pada pria di sampingnya itu kemudian perlahan-lahan membungkukkan badannya ingin mengamati lebih dekat, tiba-tiba si pria itu mengorok keras dan membuka kedua matanya. Jin Hyuk menjadi terkejut dan mundur ke belakang sambil mengawasinya.

Si pria itu menoleh ke belakang dan memandang sejenak pada Jin Hyuk, lalu ia kembali menatap ke depan dan menguletkan kepala dan tubuhnya yang terasa pegal-pegal karena habis tidur di atas batu yang keras dan dingin.

Lee Ha Eung: Ternyata ini bukan mimpi. Semalam, orang yang berteriak minta tolong di tebing itu kau, kan? …

Jin Hyuk: … (mengawasinya curiga)

Lee Ha Eung: Hah! Pakaianmu sungguh aneh sekali!

Lee Ha Eung merenggangkan badannya lalu mengawasi keadaan sekitarnya …

Lee Ha Eung: Di mana ini? (menguap lebar-lebar) Tak mudah untuk menemukan kawan saat kau tersesat jalan …

Lee Ha Eung mengambil botol minuman di pinggangnya dan mengangkatnya ke mulutnya, tapi tak ada setetespun yang turun …  Jin Hyuk memandang ke sekelilingnya … berusaha memahami keadaannya sekarang. Lee Ha Eung menoleh kepadanya sebentar lalu meringkas kembali botol minumannya.

Lee Ha Eung: (nada acuh tak acuh) Berikan aku lima Nyang.

* Nyang = mata uang era Joseon

Jin Hyuk: Huh?

Lee Ha Eung: Karena aku sudah menyelamatkan nyawamu, bukankah kau seharusnya memberikan imbalan padaku? Jika bukan karena diriku, kau tidak mungkin bisa selamat. JadilimaNyang untuk harga sebuah nyawa itu sungguh murah.

Jin Hyuk: …. (tak tahu harus bilang apa)

Lee Ha Eung: (menoleh padanya) Kenapa? Kau tidak punya lima Nyang?

Jin Hyuk: Aku tidak punya.

Lee Ha Eung: Setidaknya kau pasti punya sedikit uang.

Jin Hyuk: Aku sama sekali tidak punya uang.

Lee Ha Eung: Tidak punya? Sama sekali tidak punya? …

Jin Hyuk menggelengkan kepalanya …

Lee Ha Eung: (berseru dengan suara keras karena kesal) Hei, hei! Sial. …

Jin Hyuk: … (terkejut dan menjadi waspada)

Lee Ha Eung: Kudengar kalau sedang sial, walau sudah berusaha juga tidak akan dapat apa-apa! Aku baru saja menyelamatkan orang tapi apa yang kudapat?

Lee Ha Eung segera bangun dan beranjak pergi ke bawah bukit … Jin Hyuk yang tak mengerti situasi dan keadaan daerah ini segera mengikutinya … Jin Hyuk merasa ganjil dan ingin tahu apa sebenarnya yang sedang terjadi dan di mana sekarang dirinya, ia tahu kalau pria penolongnya ini mungkin adalah satu-satunya sumber informasi yang ia butuhkan sehingga Jin Hyuk terus mengikutinya.

Jin Hyuk: Halo! Kita sedang di mana? Kenapa semua orang …  Apa sekarang hari istimewa atau apa?

Lee Ha Eung tak menggubrisnya dan tetap berjalan dengan langkah tetap.

Jin Hyuk:  Hei, halo? Hari ini tanggal berapa?

Lee Ha Eung masih tak menjawabnya, berpura-pura tuli. Jin Hyuk menjadi tidak sabar lagi. Ia segera mencekal tangan Lee Ha Eung sehingga membuat Lee Ha Eung berhenti berjalan dan mengawasi padanya.

Jin Hyuk: Permisi. Kalau begitu … Tahun berapa sekarang?

Lee Ha Eung: Pakaianmu aneh dan sepertinya ada banyak hal yang tidak kau ketahui. Sekarang tahun 1860, tahun ke-10 Dinasti Kyeong. Menurutmu akan ada pemberontakan selama masa pemerintahan damai?

Jin Hyuk: (terkejut setengah mati) Huh? Tahun ke-10 Dinasti Kyeong?

Lee Ha Eung: (menganggukkan kepalanya) Raja sebelumnya meninggal di usia muda, dan raja yang sekarang, Cheol Jong dari pulau Ganghwa, telah memerintah selama 12 tahun sampai sekarang … (berseru) 12 tahun!

Jin Hyuuk tampak bingung dan memikirkan perkataan Lee Ha Eung, ia merasa pernah mendengar nama itu di suatu tempat … tapi di mana ya?

Lee Ha Eung: Karena dunia sudah menjadi gila, banyak orang gila di mana-mana.

Lee Ha Eung meludah dan segera melanjutkan perjalanannya meninggalkan Jin Hyuk yang masih termangu-mangu di tempatnya berdiri.

Jin Hyuk: (berusaha mengingat)  Cheol Jong dari pulau Ganghwa? …

Jin Hyuk tiba-tiba teringat di mana ia pernah mendengar nama itu … di Sejarah Korea!

Jin Hyuk: (berseru) Maaf! Apa maksudmu sekarang ini adalah zaman Joseon?

Keduanya mendaki sebuah bukit kecil …

Lee Ha Eung: Tentu saja! Sebagai orang yang gila, kau cukup pintar.

Jin Hyuk: Benarkah sekarang masa Dinasti Joseon saat Cheol Jong pernah berkuasa?

Lee Ha Eung menghentikan langkahnya dan segera menoleh padanya, merasa tersinggung dengan kata-kata Jin Hyuk.

Lee Ha Eung: (membentak) Hei, brengsek! (Jin Hyuk terlompat kaget) Beraninya kau! Berbicara seolah-olah Raja telah wafat!

Jin Hyuk: Kau tadi juga mengatakan hal yang buruk tentang Pulau Ganghwa…

Lee Ha Eung: Aku adalah orang yang masih memiliki darah keturunan raja! Ada larangan untuk bicara seperti itu. Beraninya kau berbicara omong kosong seperti itu dihadapanku! Kalau kau orang yang normal, aku pasti sudah memukulimu.

Lee Ha Eung mengancam Jin Hyuk dengan sebuah tongkat yang dipegangannya lalu berjalan pergi meninggalkan Jin Hyuk yang tertegun.

Jin Hyuk: (berkata pada dirinya sendiri) Ini jaman Joseon? … Tidak mungkin! ..

Jin  Hyuk menyusul kembali Lee Ha Eung, yang berjalan santai sambil bernyanyi.

Mereka berdua berpapasan dengan beberapa wanita dan pria, Jin Hyuk mengawasi pakaian mereka, yang semuanya mengenakan hanbok.

Jin Hyuk: Dia bahkan membicarakan Hanyang …

*Hanyang adalah nama Seoul pada jaman dinasti Joseon

Jin Hyuk kemudian mengarahkan pandangannya jauh ke depan, yang menampilkan pemandangan Hanyang masa lampau. Sekarang Jin Hyuk baru menyadari kalau ia benar-benar ada di masa Dinasti Joseon. Ia sudah terlempar menembus waktu ke 150 tahun sebelumnya …

Jin Hyuk melangkah dengan gontai dan kemudian jatuh terduduk di pinggir jalan sambil mengawasi ke arah Hanyang.

Lee Ha Eung berhenti berjalan dan menoleh ke arah Jin Hyuk yang tampak seperti orang yang sedang kehilangan rohnya … Lee Ha Eung menggeleng-gelengkankan kepalanya …

Lee Ha Eung: Dunia yang menyedihkan… Sebagian orang telah menjadi gila… (menghela napas)

Lee Ha Eung kemudian melanjutkan langkahnya menuju ke arah Hanyang nun jauh disana.

Jin Hyuk setengah berbaring dan tampak sangat shock mengetahui kebenarannya. Ia mengulurkan tangannya dan mencabut segenggam rumput, mengawasinya … di masa modern tak ada rumput sedikitpun di pinggir jalanan … semuanya sudah menjadi trotoar.

Jin  Hyuk memandang ke arah Hanyang dengan pandangan mata menerawang ….

Jin Hyuk: (dalam hati) Ini… bukan mimpi … Joseon … Sekarang ini, aku berada … di masa dinasti Joseon … ?

Jin Hyuk duduk termangu-mangu menatap ke arah Hanyang …. berusaha menelaah kebenaran yang baruu saja ia sadari sekarang.

Kantor Kamanan Hanyang

Tampak beberapa orang petugas keamanan sedang membawa sebuah usungan yang berisi mayat masuk ke dalam halaman Kantor Keamanan Hanyang

Kim Kyung Tak berdiri di depan bangunan utama sedang menerima laporan dari bawahannya.

Wakil Kapten: Awalnya perampoki itu masih hidup … tapi meninggal dalam perjalanan. Berani sekali dia menyerang dan membunuh prajurit. Para perampok itu benar-benar bernyali besar.

Kim Kyung Tak: (pada Wakil Kapten) Cepat panggilkan seorang pelukis dari Do Hwa Seo.

* Do Hwa Seo = departemen pelukis umum

Wakil Kapten: (heran) Pelukis?

Kim Kyung Tak: (turun tangga bangunan utama) Meskipun waktu itu sangat gelap, Aku masih bisa mengingat dengan jelas wajahnya! Buat gambar wajahnya, sekarang juga  dan sebarkan di seluruh penjuru kota.

Semua: Baik!

Beberapa saat kemudian …

Seorang pelukis berpengalaman dari Do Hwa Seo sedang melukis di atas sebuah kertas … pertama ia menggambar alis mata dan melanjutkan lukisannya sesuai dengan ciri-ciri yang dijelaskan oleh Kim Kyung Tak.

Kim Kyung Tak: Dia bertubuh tinggi, dan sepertinya dia berumur 30 tahunan. Kulitnya putih, dahinya lebar, dan hidungnya mancung. Dia tidak mengikat rambutnya dan tidak berjenggot. Jubah yang dikenakannya berlengan sempit dan tidak diikat. Jika ada yang mengetahui keberadaan orang ini dan melaporkannya ke petugas atau menangkapnya sendiri maka aku akan menghadiahkan 100 Nyang.

Beberapa waktu kemudian …

Kantor Keamanan segera bergerak dengan cepat, mereka menempelkan pengumuman pencarian orang dengan gambar mirip Jin Hyuk terpampang di atas pengumuman itu.

Kepala petugas keamanan: (berseru) Lihat ini! Jika kalian melihat orang ini yang telah membunuh prajurit, harap segera melapor kepada kami!

Perlahan-lahan lebih banyak orang mulai berkumpul dan dipenuhi rasa ingin tahu mendekati tempat pengumuman itu.

Sementara itu …

Jin Hyuk berjalan di jalan pasar sendirian. Ia dengan gelisah memandang ke sekelilingnya. Banyak orang menatapnya dengan pandangan aneh dikarenakan pakaian yang dikenakan oleh Jin Hyuk sama sekali tak ada duanya ^^

Banyak anak yang mengintil di belakang Jin Hyuk … Jin Hyuk sendiri tak mau ambil pusing, ia masih berjalan sambil berpikir.

Jin Hyuk: (dalam hati) Semua yang kulihat … benar-benar nyata Ini kenyataan. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?

Semakin banyak orang yang mengikuti di belakang Jin Hyuk,  terutama para wanita dan anak-anak. ^^

Tiba-tiba …

Tumpahan air membasahi jubah dokter Jin Hyuk … seorang wanita tua muncul sambil membawa mangkok yang masih ada sedikit airnya.

Wanita tua: : Oh! Maafkan aku!

Para wanita segera mengerumuni Jin Hyuk, yang tak mengerti apa sih sebenarnya yang terjadi …

Di lain pihak …

Lee Ha Eung sedang berjalan-jalan di jalanan yang sama dengan Jin Hyuk, hanya saja ia berada jauh di depan.

Beberapa orang masih berkumpul di depan pengumuman yang dipasang, membuat Lee Ha Eung penasaran. Ia mendekati poster itu dan mengenali sosok yang digambarkan di atas poster itu sebagai pria yang tadi diselamatkannya dari tebing.

Pria: Dia itu penjahat yang telah membunuh prajurit

Wanita: Tidak, tapi bagaimana mungkin orang ini …

Lee Ha Eung mendesak orang-orang untuk bisa maju mendekati poster itu.

Lee Ha Eung: (berusaha maju ke depan) Minggir .. minggir..

Lee Ha Eung terkejut saat melihat gambar di selebaran poster itu …

Pria: (heran dan bertanya pada Lee  Ha Eung) Ada apa, Tuan?

Lee Hae Ung tak menjawabnya, ia membaca tulisan di poster itu dan mengamati kembali gambar orang yang ada di atas selebaran itu, tak salah lagi, orang yang dicari di poster ini adalah orang yang tadi malam ia selamatkan, pria yang dianggapnya orang gila dan ditinggalkannya dalam perjalanan ke Hanyang.

Lee Ha Eung segera berlari kembali untuk mencari Jin Hyuk.

Sementara itu …

Jin Hyuk berhasil melepaskan diri dari kepungan para wanita dan kembali berjalan, tapi anak-anak yang mengikutinya dari tadi masih tetap mengintil di belakangnya, dan tampak semua orang yang melihatnya selalu menatapnya heran serta ingin tahu.

Tiba-tiba seseorang menariknya ke sebuah lorong di antara rumah tapi anak-anak kecil yang mengiktui Jin Hyuk masih mengikuti dan memandang kepada Jin Hyuk dan Lee ha Eung.

Lee Ha Eung: (mengusir anak-anak kecil) Pergi. Pergi kalian anak-anak.

Lee Ha Eung kemudian menarik Jin Hyuk dan bersembunyi di pojokan rumah.

Jin Hyuk mau bertanya tapi Lee Ha Eung segera berdesis dan menyuruhnya jangan berbicara.

Lee Ha Eung memandang Jin Hyuk dari atas ke bawah …

Lee Ha Eung: Jika kau berkeliaran seperti ini, mereka akan menduga lkau anggota komplotan Gae Cha Ban. Kau pasti akan mendapat masalah serius. Aku sangat khawatir padamu, aku tidak jadi pulang dan mencarimu! (tertawa kecil) Pertama, mari kita ke kantor keamanan… (menyadari kesalahan ucapnya) Maksudku… Kita ke restoran dan makan, baru ke kantor keamanan.

Jin Hyuk: (menggoyangkan tangannya) Tidak usah, aku baik-baik saja.

Tiba-tiba terdengar suara berkeruyuk dari arah perut Jin Hyuk …

Lee Ha Eung: (tertawa kecil) Tidak seperti mulutmu, justru perutmu yang bicara jujur! Coba kulihat …  (memeriksa sekilas pakaian Jin Hyuk)

Lee Ha Eung: Pertama, kau perlu memakai hanbok

* hanbok = pakaian tradisional Korea

Lee Ha Eung mengawasi ke sekelilingnya dan menemukan mangsanya. Ia segera menepuk pundak Jin Hyuk, menyuruhnya untuk mengikutinya.

Lee Ha Eung masuk ke halaman sebuah rumah dan mengambil pakaian yang sedang dijemur di halaman.

Jin Hyuk terkejut melihat kenekadan dari Lee Ha Eung. Lee Ha Eung selesai mengambil semua pakaian itu dan mengajak Jin Hyuk pergi

Jin Hyuk: Kenapa kau mengambilnya?

Lee Ha Eung tidak menjawabnya, justru ia mengeplak kepala Jin Hyuk yang akhirnya mau tidak mau mengikuti Lee Ha Eung pergi menjauh.

Beberapa saat kemudian ..

Jin Hyuk sudah berganti pakaian … kini ia tampak benar-benar seperti rakyat jelata …

Benar saja, dengan berpakaian “normal” ia dapat menghindari banyak perhatian dan tatapan aneh dari orang-orang, tapi Jin Hyuk sendiri merasa sedikit risih dengan pakaian yang dikenakannya ini.

Jin Hyuk mengikuti Lee Ha Eung yang mau mengajaknya entah ke mana …

Lee Ha Eung: Semenjak klan Andong Kim menguasai negeri ini, 60 tahun telah berlalu. 60 tahun! Dunia yang kacau balau ini, sekarang sudah semakin parah. Jika ada sesuatu yang lebih menakutkan dibandingkan harimau, maka itu adalah manusia! Hah! Segalanya menyebalkan!

Lee Ha Eung meludah tapi sialnya ludahnya justru menempel pada lengan bajunya sehingga membuatnya berusaha membersihkan lengan bajunya itu.

Jin Hyuk: (berusaha meyakinkan) Pasti ada sesuatu yang salah di sini.

Lee Ha Eung: (masih berusaha membersihkan bajunya) Itu sudah pasti.

Jin Hyuk: Aku adalah seseorang yang tak seharusnya ada di sini! (menarik lengan Lee Ha Eung) Aku harus segera kembali!

Lee Ha Eung: (berusaha meyakinkan) Hei! Aku akan mencari jalan keluar untukmu, jadi kau tak perlu khawatir! (menyeret Jin Hyuk pergi) Ikut saja denganku.

Jin Hyuk: Bagaimana caranya? Meski kau mendengar ceritaku, kau tak akan mempercayainya. Sejujurnya, semalam aku…

Tiba-tiba ..

Beberapa orang menghadang jalan keduanya, Lee Ha Eung terkejut dan segera mau berbalik pergi, tapi ternyata sudah ada dua orang yang menghadang jalan belakang mereka.

Seorang pria muncul dan menyapa Lee Ha Eung …

Kkae Bok Ah: Aigoo. Lama tak berjumpa denganmu, Tuan. (memberi hormat)

Lee Ha Eung: (tertawa paksa) Ya, bagaimana kabar bos kalian?

Kkae Bok Ah: Bicara soal itu, bos kami pasti sedang mengalami semacam rasa jatuh cinta padamu karena ia begitu rindunya padamu dan menyuruh kami segera membawamu. Kami sungguh tak tahu bagaimana membujuknya.

Lee Ha Eung: (berdehem dan berlagak gagah) Tunjukkan jalannya!

Kkae Bok Ah: Lewat sini.

Kkae Bok Ah segera memimpin jalan dan anakbuahnya mengiringi Lee Ha Eung dan Jin Hyuk untuk mengikuti si Kkae Bok Ah.

Tak lama kemudian mereka sampai di sebuah kedai …  tampak seorang besar dan berewokan sedang makan seorang diri …

Kkae Bok Ah: (berseru) Hyungnim! Lihat, siapa yang datang!

Lee Ha Eung: (tertawa) Joo Pal Yi! Lama tak jumpa! (duduk di sebelah orang itu dan segera tangannya cawan anggur dan meminumnya) Ini… aigoo… (menaruh cawan) Ahh, enak sekali!

Joo Pal Yi melirik kesal pada Lee Ha Eung …

Lee Ha Eung: Sebenarnya sudah lama aku berencana menemuimu … namun baru hari ini aku punya bisa menemuimu! (tertawa)

Lee Ha Eung mengulurkan tangannya mau mengambil daging ayam …

Lee Ha Eung: Biar kucoba …..

Tapi Joo Pal Yi dengan cekatan mengambil sumpit dan menjepit tangan Lee Ha Eung, mencegahnya makan daging ayam itu ^^ Lee Ha Eung memandangnya, Joo Pal Yi memberi tanda dengan kepalanya, menyuruhnya menaruh kembali daging itu. Lee Ha Eung dengan tertawa paksa melepaskan daging itu ke atas meja, mereka berdua kemudian tertawa bersama-sama.

Jin Hyuk mengawasi semua itu dengan heran, tak mengerti apa hubungan kedua orang ini.

Joo Pal Yi : Tuan … Hingga sekarang, hanya ada 2 orang yang berhasil kabur setelah gagal membayar hutang dari judi mereka.

Lee Ha Eung: … (mengambil kembali sepotong daging ayam dan memakannya) ^^

Joo Pal Yi: Dan karena aku begitu pemurah hati, satu orang aku lepaskan di pelabuhan Mapo, dan satunya lagi di Gwang di mana tempat itu terkenal airnya cukup dalam ….

Lee Ha Eung: (mengangkat pundaknya) Ya ampun.

Joo Pal Yi: (melanjutkan) … masih dalam keadaan hidup!

Lee Ha Eung: …  (Berdoa untuk Buddha)

Joo Pal Yi : (tertawa kecil) Aku menganggap kau sebagai orang yang sangat penting, Tuan. Maka dari itu, alangkah baiknya jika kau membayar hutangmu sebelum hal-hal yang tak diinginkan terjadi…

Lee Ha Eung: (nada pasti) Tentu saja, aku akan membayar hutangku! (mendekatkan diri dan berbisik) Pria di belakangku itu akan segera menjadi uangku. Jika aku menyerahkan pria ini pada pengawal di Pojung, aku akan mendapat imbalan  sebesar 100 Nyang! 100 Nyang!

Keduanya melirik ke belakang ke arah Jin Hyuk …

Joo Pal Yi : (berbisik) Kalau begitu, dia itu orang yang dicari di selebaran tadi pagi? Pria itu berharga 100 Nyang?

Lee Ha Eung: (tersenyum senang) Jika aku bisa mendapat uang itu, aku akan membayar hutangku padamu dan membelikanmu banyak arak. Jadi, tunggulah hingga besok.

Keduanya tertawa senang bersama-sama …

Joo Pal Yi : Hutang Kau sudah lunas, sekarang silahkan pergi.

Lee Ha Eung: Apa maksudnya?

Joo Pal Yi : Duk Chan…

Duk Chan: (mendekat) Ya, bos!

Joo Pal Yi : Pergilah ke Pojung sekarang juga, dan panggil penjaga. Jika kau bilang pada mereka bahwa Joo Pal Yi telah menangkap seekor tikus, mereka pasti segera kemari.

Duk Chan: Baik!

Duk Chan segera pergi melaksanakan perintah bosnya … Sementara Lee Ha Eung merasa tidak terima, ia segera bangun berdiri dan berseru sambil menuding Joo Pal Yi.

Lee Ha Eung: (nada marah) Dengarkan aku, Joo Pal Yi!!!

Joo Pal Yi : (nada menenangkan) Aku bilang urusannya sudah selesai. Hutangmu akan dibayar dengan …. (memberi tanda dengan kepalanya) pria yang di sana itu.

Jin Hyuk terkejut dan tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh mereka. Hutang apa? Dirinya membayar apa?

Lee Ha Eung: (nada tinggi) Untuk membayar hutang 30 Nyang, aku harus menyerahkan 100 Nyang.  Mana ada aturan seperti itu!

Joo Pal Yi : (memukul meja, nada tinggi) Dengarkan aku, Tuan!  (berdiri, bersuara keras) Di seantero Joseon ini, tak ada yang lebih adil dibandingkan aku! (duduk, suara biasa) Anggap saja itu ditambah pembayaran bunganya.

Lee Ha Eung: Apa kau bilang? Hei, hei! Orang ini, keterlaluan! Oh, sungguh tak masuk akal!

Jin Hyuk mulai sedikit paham permasalahannya, ternyata orang-orang ini ingin menyerahkan dirinya, yang entah bagaimana bisa berharga 100 nyang, dan dianggap sebagai alat pembayar hutang. Jin Hyuk melihat ke sekelilingnya berusaha mencari celah untuk melarikan diri. Tapi Kkae Bok Ah selalu mengawasinya sehingga mengerti apa yang ingin dilakukan oleh Jin Hyuk. Saat Jin Hyuk ingin lari, ia segera menjegalnya sehingga Jin Hyuk terguling jatuh.

Jin Hyuk meringis kesakitan tapi Kkae Bok Ah tak membiarkannya lama, ia segera meringkus Jin Hyuk.

Joo Pal Yi : (nada menegur) Kkae Bok Ah … Dia berharga 100 Nyang. Perlakukan dia dengan baik. Dan ambilkan semangkuk nasi dan sayur untuknya.

Jin Hyuk mengawasi Lee Ha Eung dengan pandangan marah yang menusuk. Lee Ha Eung tak mempedulikannya dan mengalihkan pandangannya ke tempat lain.

Joo Pal Yi: (tertawa besar) Kenapa Tuan tidak ikut menikmati nasi dan sayur sebelum Kau pergi?

Lee Ha Eung: (berseru kesal) Hei, hei! Orang ini! Hei, hei!

Jin Hyuk dipaksa berdiri tapi terus memandang marah pada Lee Ha Eung.

Sementara itu Duk Chan masih berlari menuju ke kantor keamanan Pojang.

Beberapa saat kemudian …

Lee Ha Eung dengan lahap makan makanan di hadapannya dan Jin Hyuk duduk di sampingnya memandanginya dengan kesal.

Joo Pal Yi datang dan mencocokkan wajah Jin Hyuk dengan gambar di selebaran, yang ia copot dari tempatnya.

Joo Pal Yi : (mencocokkan) Coba lihat, pria 100 Nyang ini sungguh rupawan. (tertawa senang dan menepuk-nepuk pundak Jin Hyuk)

Seorang nyonya datang membawakan makanan di atas nampan yang diterima dengan senang hati oleh Joo Pal Yi.

Joo Pal Yi: Hidangan penutup hari ini ternyata kue beras! (berjalan ke sebuah meja kosong) Ayo semuanya, mari makan kue beras!

Kkae Bok Ah: (mengikuti bosnya) Ayo makan!

Jin Hyuk: (nada kesal) Kau bahkan masih bisa makan? Setelah memperdaya orang lain demi melunasi hutang?

Lee Ha Eung: (melihat ke sekelilingnya) Tunggu, tunggu. Apa ada anjing kudisan yang baru saja menyalak?

Jin Hyuk: (marah) Kau bilang apa?

Lee Ha Eung: (nada tinggi) Kau ini tak sekedar penjahat yang telah membunuh prajurit, ternyata kau juga bermuka tebal.

Jin Hyuk: (berseru) Aku tak pernah berbuat salah!

Lee Ha Eung: Lalu ? …. apa yang sedang kau lakukan di hutan larut malam begitu?

Jin Hyuk: … (sulit menjelaskan situasinya)

Lee Ha Eung: Hah?! Aku yakin kau sulit menjawabnya! Kau pasti ada hubungannya dengan gerombolan  Moo Myoung Gye.

Jin Hyuk: Aku tak tahu apa-apa soal itu, tapi sebenarnya aku ini seorang ahli bedah.

Joo Pal Yi sedang makan sepotong besar kue beras sambil memandangi poster Jin Hyuk.

Lee Ha Eung: Ahli bedah? Jadi maksudmu kau ini seorang tabib?

Jin Hyuk: Ya.

Tiba-tiba …

Joo Pal Yi tersedak dan tak bisa bernapas, tubuhnya gemetaran dengan keras, tangan kirinya memegang leher dan tangan kanannya meraih Kkae Bok Ah, yang kebingungan melihatnya …

Kkae Bok Ah: (was was) Ada apa, hyungnim? (berseru) Apa, ada apa?

Jin Hyuk menoleh karena suara keras itu dan terkejut melihat kondisi Joo Pal Yi, yang sudah berdiri dan berusaha mengeluarkan kue beras dari tenggorokannya.

Anakbuahnya berusaha membantunya tapi tak berhasil. Beberapa orang mencoba menepuk-nepuk punggungnya dan menyuruhnya memuntahkan tapi sekian lama tak berhasil. Wajah Joo Pal Yi mulai memerah … Melihat ini Kkae Bok Ah segera berseru pada yang lain untuk memanggilkan tabib.

Lee Ha Eung melihat ini sebagai kesempatan untuk lari dan berusaha mengajak Jin Hyuk, tapi Jin Hyuk, dengan naluri dokter, justru mengebaskan tangan Lee Ha Eung dan menghampiri Joo Pal Yi, berusaha membantunya.

Jin Hyuk: Tolong minggirlah!

Kkae Bok Ah: Mau apa kau?

Jin Hyuk: Aku ini seorang tabib!

Kkae Bok Ah: Kau bilang, kau ini tabib?!

Jin Hyuk berdiri di belakang Joo Pal Yi kemudian memeluk dadanya dari belakang dan mengangkatnya ke atas berulangkali.

Jin Hyuk: Jika kita biarkan saja, dia akan meninggal.

Jin Hyuk kemudian memukul-mukul punggung Joo Pal Yi dengan telapak tangannya berulangkali.

Kkae Bok Ah: Bernafaslah! Bernafaslah! Bernafaslah! Hyungnim!

Joo Pal Yi tiba-tiba tak sadarkan diri karena kehabisan napas …. Semua orang terkejut dan panik melihatnya.

Jin Hyuk menjadi khawatir …

Jin Hyuk: (dalam hati) Teknik Manuver Heimlich tidak berhasil. Kalau begitu, satu-satunya cara hanya dengan melubanginya. Mosquito Forcep … Dalam waktu tepat 3 menit, agar bisa membuatnya bernafas, kau harus melubangi lehernya dan memasukkan selang sebagai jalan masuk oksigen. Jika  terlambat meski hanya satu detik pria ini akan meninggal.

Jin Hyuk mengingat pengalamannya mengatasi kondisi yang sama di rumah sakit saat ia masih di masa modern.

Jin Hyuk: Ke sana… Tolong pindahkan dia ke sana.

Jin Hyuk dan yang lain segera membawa Joo Pal Yi ke sebuah tempat duduk dan membaringkannya dengan perlahan.

Jin Hyuk: Air panas. Aku perlu air mendidih!

Nyonya pemilik kedai segera berlari masuk ke dapur untuk mengambilkan air panas di sebuah baskom.

Anak buah Joo Pal Yi sangat cemas dengan kondisi bos mereka …. Berulangkali mereka memanggil-manggilnya dengan nada cemas.

Jin Hyuk segera membuka tasnya dan mengambil sebuah bungkusan hijau. Nyonya pemilik kedai menaruh baskom air panas di sebelahnya.

Lee Ha Eung terus mengamati dengan seksama dan penuh minat tindakan dari Jin Hyuk . …  Orang-orang mulai berkerumun dan ingin tahu ada keributan apa di kedai ….

Jin Hyuk membuka bungkusan hijau, membuka sebuah bolpen dan mengambil selongsong bolpen itu saja lalu melemparkannya ke baskom air panas.

Jin Hyuk kemudian mengambil sebuah pisau kecil di antara satu set peralatan medis di bungkusan hijau lalu melemparkannya ke baskom air panas untuk beberapa detik. Lee Ha Eung terus mengamatinya. Jin Hyuk segera mengambil selongsong bolpen dan pisau bedah dari dalam air panas. Ia lalu berniat menggunakan pisau itu tapi Kkae Bok Ah melihatnya dan menjadi curiga … Ia segera mencekal tangan Jin Hyuk.

Kkae Bok Ah: Hei! Kau mau apa?!

Jin Hyuk: Aku harus melubangi lehernya agar dia dapat bernafas!

Kkae Bok Ah: (terkejut) Melubangi di mana?

Jin Hyuk mengancam leher Kkae Bok Ah dan memandangnya dengan penuh tekad ..

Jin Hyuk: (napas memburu) Jika kau ingin aku menyelamatkannya, mundurlah! (pada semua orang)  Jangan bergerak sedikit pun! Percayalah padaku. Tak apa-apa.

Jin Hyuk kemudian menenangkan dirinya dan tangannya mulai bergerak untuk menggores leher Joo Pal Yi, yang tak sadarkan diri, tepat di tengah-tengah tenggorokannya.

Darah merah tua segera keluar begitu pisau Jin Hyuk menggores kulit leher …

Jin Hyuk kemudian segera mengambil selongsong bolpen dan memasukkannya ke lubang di leher Joo Pal Yi yang baru dibuatnya ….

Orang-orang sama-sama bergidik ngeri melihatnya.

Jin Hyuk kemudian membungkukkan badannya dan meniup selongsong bolpen yang ujung satunya sudah masuk ke tenggorokan Joo Pal Yi, berusaha memancing agar Joo Pal Yi bernapas kembali.

Semua orang masih bergidik ngeri melihat proses yang dilakukan oleh orang aneh ini, dan bertanya-tanya dalam hati apakah benar ia bisa berhasil setelah melubangi leher? Apa Joo Pal Yi akan selamat setelah lehernya dilubangi?

Setelah beberapa saat berlalu …

Jin Hyuk merasakan desah napas samar-samar dan mengulurkan tangannya, merasakan kalau dada  Joo Pal Yi mulai naik turun pertanda ia mulai bernapas kembali.

Jin Hyuk: (dalam hati) Sudah beres, dia sudah mulai bernafas lagi. Sekarang tinggal satu langkah lagi…

Jin Hyuk: (pada Kkae Bok Ah) Bantu aku.

Kkae Bok Ah dan seorang yang lain segera menghampiri Jin Hyuk dan membantunya untuk membuat Joo Pal Yi duduk di pinggir kursi.

Jin Hyuk: (dalam hati) Letakkan tubuhnya di depan, dan pukul keras-keras bagian tengah punggungnya.

Jin Hyuk berjongkok di belakang Joo Pal Yi dan mulai memukul-mukul bagian tengah punggung Joo Pal Yi dengan telapak tangannya berulangkali dengan keras.

Kkae Bok Ah: (nada cemas) Hyungnim.

Jin Hyuk kemudian memeluk dada Joo Pal Yi dari belakang …

Jin Hyuk: (dalam hati) Lalu, tepat di bagian tulang rusuknya, tahan erat-erat dengan dua tangan, lalu dorong! 1, 2, 3!

Jin Hyuk menarik Joo Pal Yi ke atas tiga kali …

Jin Hyuk:: (dalam hati) Lakukan 5 kali.

Jin Hyuk berdiri dan menarik Joo Pal Yi ke atas lebih kuat beberapa kali.

Jin Hyuk: (berseru) Dorong!

Tampak Joo Pal Yi memuntahkan kue beras yang membuatnya tersedak kemudian terbatuk-batuk …. Semua orang yang melihat proses ini sangat kagum dan gembira, mereka bertepuk tangan untuk Jin Hyuk. Jin Hyuk sendiri langsung jatuh terduduk lemas dengan napas terengah-engah.

Lee Ha Eung mengawasi Jin Hyuk dengan pandangan berubah, ia sangat kagum pada keahlian Jin Hyuk, yang walaupun sedikit aneh tapi mujarab.

Kkae Bok Ah melihat bosnya memang benar-benar bisa bernapas lagi merasa sangat lega dan senang.

Kkae Bok Ah: (berseru gembira) Dia selamat, dia selamat!

Sementara itu pihak berwajib sudah datang di depan kedai itu dan melihat banyak orang berkumpul di sana, mereka ragu-ragu sejenak tapi kemudian mendatangi kedai itu yang ramai orang.

Jin Hyuk: (pada Joo Pal Yi) Sekarang tinggal membalut bagian lehermu yang dilubangi.

Joo Pal Yi mengangguk dan tertawa parau senang … Ia menyadari kalau baru saja ia diselamatkan oleh Jin Hyuk.

Para petugas keamanan mulai mendekat dan melihat ada apa sebenarnya, seorang dari mereka mengenali Jin Hyuk yang sama dengan gambar di poster. Lee Ha Eung juga melihat kedatangan para petugas keamanan itu dan menjadi panik, satu-satunya akal yang bisa ia lakukan …

Lee Ha Eung: (naik ke atas meja) Kebakaran!

Semua orang: (ribut) Di mana, di mana kebakarannya?

Lee Ha Eung: (menunjuk sembarangan) Ada kebakaran! Kebakaran! Kebakaran!

Semua orang segera bergegas pergi melihat di mana kebakaran itu … Lee Ha Eung segera menarik Jin Hyuk untuk pergi tapi Jin Hyuk sedikit enggan dan tak mengerti apa yang sedang dilakukan Lee Ha Eung.

Lee Ha Eung: (menarik Jin Hyuk) Ayo cepat!

Orang-orang berdesakan keluar dan mendorong para petugas keamanan keluar …

petugas keamanan: (berseru) Itu pria yang ada di selebaran! Itu dia orangnya! Tangkap orang itu!

Jin Hyuk terkejut dan segera mengikuti Lee Ha Eung yang menariknya pergi. Para petugas keamanan berhasil melepaskan diri dari desakan orang-orang dan segera mengejar keduanya.

Lee Ha Eung berlari sambil menyeret Jin Hyuk, masuk dari lorong satu ke lorong lain, mempermainkan para petugas keamanan itu ^^ …

Sampai akhirnya mereka sampai di tumpukan banyak gentong dan bersembunyi di baliknya, membuat para petugas keamanan kehilangan jejak dan mencari di tempat lain.

Jin Hyuk: (napas terengah-engah) Kenapa kau mengajakku kabur dari orang-orang yang akan menangkapku?

Lee Ha Eung: (napas memburu) Jika mereka menangkapmu, aku tak akan mendapat uang jatah imbalanku.

Jin Hyuk: Kau bilang apa?

Lee Ha Eung: Hahaha, Aku hanya bercanda! Bercanda saja! … Aku tak yakin dengan hal lain, tapi aku percaya kau bukan orang yang bisa membunuh orang lain.

Jin Hyuk: (mengawasi ke jalan di depannya) Syukurlah kau menyadarinya.

Tiba-tiba Jin Hyuk merasa tersengat hatinya, ia melihat dua orang wanita lewat tak jauh di depan matanya, dan merasa mengenali salah satunya. Jin Hyuk berdiri dan berusaha melihat dengan lebih jelas … Benar! Gadis itu mirip dengan kekasihnya, Mi Na, hanya saja ia berpakaian hanbok …

Lee Ha Eung: Aigoo! Yang tadi itu sungguh cara penyembuhan yang luar biasa. Aku belum pernah melihat yang semacam—

Jin Hyuk tak mendengarkannya, ia segera pergi menyusul wanita tadi yang mirip dengan Yoo Mi Na … mengikuti di belakangnya dari kejauhan karena merasa penasaran.

Lee Ha Eung: (berdiri dan berseru sambil menggapai-gapaikan tangannya ke arah Jin Hyuk) Hei kawan! Kembali ke sini! Kembali ke sini!

Jin Hyuk tak mendengarnya karena ia seperti sedang terhipnotis, Lee Ha Eung terpaksa keluar dari persembunyiannya.

Lee Ha Eung: (berseru pada JIn Hyuk) 100 Nyang! Hei, 100 Nyang!

Tak sengaja Lee Ha Eung menyenggol sebuah guci yang paling bawah, membuat setumpukan guci jatuh dan membuat suara nyaring.

Para petugas keamanan yang masih ada di dekat tempat itu segera menoleh ke sumber keributan dan melihat Lee Ha Eung, mereka mengenalinya sebagai rekan sepelarian Jin Hyuk.

petugas keamanan: (berseru) Itu dia! Cepat tangkap! Tangkap dia!

Para petugas keamanan segera mengejar Lee Ha Eung yang berlari ke arah lain …

Sementara itu …

Jin Hyuk masih mengikuti wanita yang mirip dengan Yoo Mi Na dari kejauhan tapi kemudian kehilangan jejaknya saat pandangannya dihalangi oleh orang yang membawa barang setumpuk di punggungnya. Jin Hyuk mencarinya di sepanjang jalan tapi tak menemukannya ….

Di lain pihak, si wanita tadi ternyata sedang duduk di dekat tempat Jin Hyuk kehilangan dirinya. Ia menemui seorang wanita penilik toko kain.

Pemilik toko kain: (menyambut) Aigoo! Silakan masuk!

Jin Hyuk melewati toko kain dan berselisih jalan dengannya hanya beberapa langkah saja, tapi Jin Hyuk sama sekali tak menyadari keberadaannya.

Jin Hyuk mengawasi ke sekelilingnya dengan hati kosong … ia melanjutkan kembali perncariannya ….

Sementara itu …

Pemilik toko kain: (duduk) Ahh, belakangan ini, banyak sekali yang membicarakan dirimu! Mereka semua bertanya-tanya, siapakah yang mampu menjahit dengan begitu indahnya! (tersenyum dibuat-buat) Aku khawatir mereka akan menggunjingkan Kau jika aku jawab Kau adalah putri mantan menteri Hong! Jadi aku tak memberitahu mereka!

Hong Young Rae mengambil bungkusan kain dari pembantunya dan memberikannya pada si pemilik toko kain, tak menggubris perkataan dari si pemilik toko kain.

Hong Young Rae: (nada tawar) Berikan kainnya.

Pemilik toko kain: (senyum memudar) Ah ya .. (mengambil bungkusan kain dan menyerahkannya) Kali ini, cukup banyak kain yang harus dijahit.

Hong Young Rae menerimanya kemudian memberikannya pada pembantu di sebelahnya.

Hong Young Rae: Terima kasih banyak.

Si pemilik toko kain tertawa kecil tapi kemudian segera menyadari sesuatu saat dipandang terus oleh Hong Young Rae.

Pemilik toko kain: (tertawa paksa) Ohh! Ingatanku memang sangat payah! Aku memang seharusnya membayar hasil jahitanmu. Jadi, jika dijumlahkan dengan jahitanmu waktu itu, aku harus membayarmu 2 Nyang 5 Mun …

Hong Young Rae: (menyela dengan nada tegas) 3 Nyang, 4 Mun !

*Mun: pecahan dari Nyang

Pemilik toko kain: (tak paham) Huh?

Hong Young Rae: Kau harus menambahkan biaya tambahan untuk baju seragam milik seseorang dari  Kyodong yang aku tambal.

Pemilik toko kain: (baru teringat) Aigoo! Sepertinya aku terlupa soal itu! (menambahkan sejumlah yang diminta) Ini, silakan diterima.

Hong Young Rae menerima dan menghitungnya yang ternyata pas.

Hong Young Rae: Dan mulai sekarang, jika orang-orang bertanya, jawab saja bahwa Hong Young Rae yang membantumu. Jika aku bisa langsung mengerjakannya dari pelanggan, maka aku tak perlu merepotkanmu lagi. Sampai jumpa lagi.

Pemilik toko kain: (tersenyum paksa) Ah… ya…

Hong Young Rae segera bangun dan beranjak pergi diikuti pembantunya, meninggalkan si wanita pemilik toko, yang merasa kesal dengan tingkah Hong Young Rae.

Pemilik toko kain: (nada sinis) Lihat dirinya, bertingkah seakan dari bangsawan, padahal tak satu pun dari keluarganya yang lulus ujian negara.

Hong Young Rae mampir ke sebuah toko sembako dan membeli beras.

Hong Young Rae: Tolong bungkuskan juga 2 wadah gandum,

Wanita pemilik toko sembako: Baik.

Si pembantu melirik nonaya dengan pandangan apa boleh buat …

Beberapa saat kemudian ..

Hong Young Rae dan pembantunya berjalan pulang …

Pembantu: Kau akan menyumbangkan itu semua untuk penduduk di To Mak? (nada cemas) Bagaimana jika Nyonya mengetahuinya? Sepertinya beliau akan memaksa aku untuk memberitahunya jika kau pergi ke To Mak…

Hong Young Rae: Kau boleh pulang dan lakukan sesukamu.

Hong Young Rae memberikan bungkusan kain yang dibawanya dan meminta kantung-kantung beras yang di bawa si pembantu.

Pembantu: (berseru cemas) Aigoo .. Nona!

Hong Young Rae bermaksud melanjutkan perjalanannya tapi ia mendegar suara seruan dari seseorang yang dikenalnya.

Tampak Kim Kyung Tak sedang menegur anakbuahnya …

Kim Kyung Tak: (berseru menegur) Kalian bahkan tak bisa menangkap satu orang?

Wakil Kapteni: (berusaha membela diri) Dia tampak seperti bangsawan. Jalanan ini sudah sangat dikenalinya seakan telapak tangannya sendiri.

Kim Kyung Tak: (nada tinggi) Aku tak mau mendengarnya! Kita tak bisa membiarkannya keluar dari kota! Tutup semua pintu keluar, dan jika ada orang yang mencurigakan, langsung serahkan padaku!

Semua: Baik, Tuan.

Wakil Kapten: (pada yang lain) Ayo pergi!

Hong Young Rae melanjutkan langkahnya, yang berarti ia akan bertemu dengan Kyung Tak …

Pembantu: (nada cemas) Nona!

Kim Kyung Tak melihat kedatangan nona Hong dan tersenyum senang lalu menghampirinya.

Kim Kyung Tak: (nada lembut) Lama tak jumpa.

Hong Young Rae: (nada halus) Mohon maafkan aku karena tidak mengunjungi dirimu.

Kim Kyung Tak: Bagaimana kabar Young Hwi? Sudah lama aku berniat untuk berkunjung.

Hong Young Rae: Setelah mengikuti ujian kenegaraan, dia beristirahat di rumah.

Kim Kyung Tak: (menghela napas) Hmm, sepertinya sudah waktunya dia tak berharap lagi pada hasil ujian kenegaraan … (memandang pada dua kantung beras yang dipondong Young Rae) Apa akhir-akhir ini kau masih sering mengunjungi To Mak?

Hong Young Rae: ….

Kim Kyung Tak: Berapa kali kukatakan padamu, itu bukan tempat bagi seorang gadis bangsawan.

Hong Young Rae: Tempat itu juga merupakan tempat orang-orang tinggal. Apa ada alasan kenapa seseorang tak boleh mendatangi tempat di mana orang lain tinggal?

Kim Kyung Tak: (pada anakbuahnya) Kau kemarilah.

Seorang prajurit menghampiri Kyung Tak dan memberi hormat padanya.

Kim Kyung Tak: Bantu bawakan barang-barangnya.

Hong Young Rae: (serba salah, menggelengkan kepalanya) Tak perlu, klu tak perlu khawatir. Kalian pasti sedang sibuk dengan urusan lain.

Kim Kyung Tak: Jadi kau juga ingin membuatku mengkhawatirkan gadis yang akan kunikahi?

Hong Young Rae: …

Kim Kyung Tak: Agar aku tak lagi khawatir, aku harus berbuat seperti ini. Jadi kumohon, jangan menolaknya.

Hong Young Rae tak bisa menolak lagi …

Kim Kyung Tak: (pada prajurit tadi) Kawal Nona ke mana pun dia pergi!

Prajurit: Ya!

Hong Young Rae tahu ia tak bisa menentang Kyung Tak, ia segera memberi hormat lalu pergi …

Beberapa saat kemudian

Tempat latihan Kantor Keamanan

Tampak Kim Kyung Tak sedang berlatih menembak sasaran, tapi ternyata tembakannya meleset di luar lingkaran sasaran.

Selain itu kuda tunggangannya yang ada di dekat sana meringkik keras ketakutan. Seorang prajurit yang memegang talinya terpaksa dengan susah payah menahannya dan berusaha menenangkannya.

Seorang pejabat tinggi datang diam-diam di belakangnya …

Kim Byoung Hee: Bahumu terlalu tegang.

Kim Kyung Tak segera berbalik dan mengenali pejabat itu, ia memberi hormat padanya.

Kim Kyung Tak: (meletakkan pistol di atas meja) Apa yang membuat anda kemari, Tuanku?

Kim Byoung Hee: Jadi, kau berencana tak akan istirahat hingga kau temukan orang-orang yang menyerang pasukan kita?

Kim Kyung Tak: Itulah yang kami rencanakan.

Kim Byoung Hee: Tekadmu sungguh besar.

Kim Kyung Tak: Kau terlalu memuji.

Kim Byoung Hee: (menoleh pada kuda tunggangan Kyung Tak) Bukankah itu kudamu?

Kim Kyung Tak: Semenjak pertempuran melawan para bandit semalam, kuda itu tak juga bisa tenang.

Kim Byoung Hee: Jangan anggap remeh Bandit Mu Mung Gae. Sudah banyak orang-orang dari keluarga bangsawan yang menderita karena ulah mereka. Hari demi hari, orang-orang itu semakin menuntut agar pemerintah bertanggung jawab atas kelalaiannya.

Kim Kyung Tak: Mohon maafkan hamba.

Kim Byoung Hee: Lebih dari itu, kali ini mereka bahkan mengincar upeti milikku, Kim Byoung Hee. Kita sudah berhati-hati dengan melakukan pengiriman di malam hari. Bagaimana mereka bisa mengetahuinya?

Kim Kyung Tak: …..

Kim Byoung Hee: Ditambah lagi, mereka masih berani menyerang pengawal upeti. Menurutmu, apa arti semua ini?

Kim Kyung Tak: Hamba sadar benar bahwa mereka tak boleh dianggap enteng. Untuk itu, hamba sudah memerintahkan penyelidikan di seluruh penjurukota, dan juga telah memilih dan meningkatkan jumlah penjaga keamanan yang memiliki kemampuan tinggi.

Kim Byoung Hee: Kita tidak dikalahkan mereka bukan karena jumlah prajurit kita yang kurang banyak.

Kim Kyung Tak: Maka dari itu, kami sedang mencari jalan keluar.

Kim Byoung Hee: Jalan keluar, kau bilang?

Kim Kyung Tak: Ya.

Kim Byoung Hee: Meski kau hanya terlahir dari seorang selir, tapi tetap saja kau ini keturunanku. Orang yang telah menyerang anak buahmu, sama artinya dia telah menyerangmu.  Jika demikian, dengan menyerangmu, artinya mereka juga telah menyerangku. Dan dengan menyerangku, mereka telah menyerang kita semua. Itulah kenapa… Kita tak bisa abaikan begitu saja.

Kim Kyung Tak: Ya.

Kim Byoung Hee: (mengambil pistol di atas meja) Orang-orang itu sama seperti kuda itu. Jika kau biarkan mereka lepas sebentar saja, mereka akan berlarian sesuka hati. Kau harus mengekang leher mereka kuat-kuat jika kau ingin mengendalikan mereka sepenuhnya. (mengarahkan pistol ke bidang sasaran) Rasa takut bisa digunakan sebagai alat politik. Itulah caranya bagaimana keluarga kita terus memegang kekuasaan selama bertahun-tahun. Itulah rahasianya.

Kim Byoung Hee mendadak mengalihkan sasaran ke kuda dan menembaknya, membuat kuda itu meringkik keras dan tersungkur ke tanah, mati. Kim Kyung Tak menjadi terkejut dan tak menyangka.

Kim Byoung Hee: Kekuasaan selama 60 tahun itu tidak kita dapatkan begitu saja. Apa kau mengerti maksud perkataanku?

Kim Kyung Tak: (nada terpaksa) Ya, Tuanku.

Malam hari ..

Di sebuah kamar …

Seorang gisaeng sedang mengocok huruf-huruf ramalan dan melemparkannya di atas meja …

Tampak dua karakter Mandarin …

Choon Hong: Seseorang yang sangat penting telah datang.

Di sebuah kandang sapi

Jin Hyuk duduk beristirahat sambil termenung … ia kemudian mengeluarkan sebuah kotak kecil, yang berisi cincin, dari buntalannya yang entah bagaimana ikut terbawa.

Seseorang datang dan memergokinya …

Pria: Hei, siapa ini?

Jin Hyuk terkejut dan segera bangun dan pergi dari sana.

Sementara itu ..

Para petugas keamanan berpatroli di jalanan kota … tampak empat orang sosok berpakaian hitam dan bercadar mengendap-endap dan segera berlindung di balik sebuah bangunan begitu patroli itu lewat.

Seorang dari mereka bersiap sebagai tumpuan, seorang lagi menggunakan rekannya itu untuk naik ke atas atap bangunan tersebut dan seorang lagi bersiap melompat, seorang lagi berjaga-jaga.

Tiba-tiba ..

Terdengar suara letusan senjata api dan orang kedua yang mau melompat tadi langsung seketika itu juga terjatuh ke tanah …

Kim Kyung Tak: (muncul dan berseru) Jangan biarkan satu orang pun lolos!

Para prajurit keamanan segera muncul serentak dan mengepung tempat itu.

Ketiga orang bercadar itu segera bersiap-siap. Para prajurit menyerbu mereka dan pertempuran tak terelakkan lagi …

Sementara itu ..

Jin Hyuk berlari sambil  menengok ke belakang beberapa kali sehingga tak memperhatikan jalan di depannya dan tak sengaja bertumbukan dengan seseorang di tengah jalan, keduanya sama-sama terjatuh.

Pria itu ternyata memang sudah terluka cukup parah di kepalanya, yang tampak berdarah.

Jin Hyuk: Maaf.

Jin Hyuk mau pergi tapi kemudian melihat luka di kepala pria tersebut dan naluri dokternya kembali keluar. Pria tersebut tampak setengah sadar …

Jin Hyuk: (menghampiri) Hei.(memegang kepala pria itu) Kau tak apa-apa? Kau kenapa?!

Pria tersebut mengangkat tangannya yang bernoda darah dan bibirnya bergerak-gerak seperti mau mengatakan sesuatu tapi tiba-tiba ia jatuh tak sadarkan diri.

Jin Hyuk menjadi terkejut, ia berusaha membangunkannya dan kemudian ingin menggendongnya, tapi mendadak pintu sebuah rumah di dekat sana terbuka dan seorang pria keluar karena suara yang ditimbulkan Jin Hyuk tadi.

Pria: Kenapa di luar berisik sekali? (duduk di teras dan merenggangkan badan)

Jin Hyuk mengawasi orang itu sambil memeluk si pria tadi.

Pria: (menyadari kehadiran Jin Hyuk) Aigoo, siapa itu?

Pria itu dengan mata masih mengantuk berjalan menghampiri Jin Hyuk, tapi menjadi terkejut saat mengenali orang yang dipeluk oleh Jin Hyuk. Ia segera menghampiri Jin Hyuk.

Pria: (terkejut dan cemas) Bukankah itu Sarjana Hong?

Jin Hyuk: (merasa lega) Kau mengenal orang ini?

Pria: (nada ingin tahu) Kau siapa?

Jin Hyuk:  (nada tergesa-gesa) Di mana rumahnya? Aku harus segera mengobatinya. Tolong bantu aku. (Jin Hyuk berusaha menggendong Sarjana Hong di punggungnya dengan dibantu pria tadi) Cepat!

Pria: Ya… ya. Aigoo… Bagaimana ini bisa terjadi?

Jin Hyuk: Tunjukkan di mana rumahnya! Cepat!

Tak berapa lama kemudian si pria tadi berlari-lari masuk ke sebuah rumah dan berseru-seru dari halaman. Jin Hyuk mengikutinya masuk ke dalam halaman sambil menggnedong si sarjana Hong.

Pria: (berteriak) Nyonya! Cepatlah keluar! Hal mengerikan baru saja terjadi!

Seorang wanita setengah baya keluar dari kamarnya dan menjadi terkejut melihat situasi yang terpampang di depannya. Ia kemudian mengenali orang yang dipanggul Jin Hyuk dan menjadi sangat terkejut, panik dan cemas.

Nyonya Hong: (nada panik dan cemas) Young Hwi! Ya Tuhan! Apa yang terjadi? Young Hwi, sadarlah!

Terdengar suara pintu kamar lain dibuka, dan seorang gadis keluar dari kamarnya saat mendengar seruan ibunya.

Nyonya Hong: Young Hwi! Sadarlah!

Jin Hyuk: Kita harus membawanya ke dalam.

Gadis tadi berdiri di teras dan terkejut melihat kondisi kakaknya.

Hong Young Rae: (terkejut) Orabeonni!

Jin Hyuk menoleh dan terpana saat mendapati ternyata gadis yang mirip dengan Mi Na adalah adik dari sarjana Hong dan sekarang ada di hadapannya. Jin Hyuk menjadi termangu-mangu saat melihatnya.

Nyonya Hong: Young Hwi! Hei, sadarlah!

Young Rae segera berlari menghampiri kakaknya, yang masih dipanggul Jin Hyuk.

Hong Young Rae: Orabeonni! Orrabeoni!

Jin Hyuk memandang Hong Young Rae dengan lekat-lekat …