Keputusan menjadikan Jang-geum sebagai pejabat mendapat pukulan berat ketika Ibu Suri menghadap Raja dan melakukan tindakan yang membuat Raja tidak punya pilihan lain kecuali membatalkan titah.
Lelah fisik dan mental karena mendapat serangan terus-menerus, Jang-geum dikejutkan oleh kemunculan Raja di rumah sakit istana. Sadar sang pemimpin negara sedang dilanda kegalauan, gadis itu memberanikan diri mengajak Raja berjalan-jalan untuk memberi masukan.
Ucapan Jang-geum, yang meminta Raja berjalan dengan kaki telanjang, bagaikan air dingin yang menyiram hati Raja yang sedang panas. Ketika kembali ke istana, masalah baru kembali menghadang : para menteri meminta supaya Jeong-ho dihukum dan diasingkan keluar dari istana.
Satu-satunya orang yang bisa dipercaya bakal mendengarkan adalah Jang-geum, yang terus mendengarkan cerita Raja yang sadar kalau dirinya lemah dan kerap dimanfaatkan oleh para menterinya.
Ketika bertemu Jeong-ho, Raja mencari tahu bagaimana pria itu dan Jang-geum pertama kali bertemu dan menceritakan kalau pertemuannya dengan gadis itu terjadi jauh sebelum Jang-geum bertemu Jeong-ho.
Ketika bertemu Jang-geum, Jeong-ho mengingatkan kalau kedekatan gadis itu dengan Raja bakal memancing isu tidak sedap. Benar saja, Ibu Suri yang juga sudah mendengar memanggil putranya dan meminta Raja mengambil Jang-geum sebagai selir.
Berita itu langsung tersebar luas, ujian terberat bagi hubungan Jang-geum dan Jeong-ho dimulai. Ketika berdiskusi, pihak rumah sakit istana meminta Jeong-ho membujuk Permaisuri untuk membatalkan perintah itu.
Raja sendiri mulai sadar kalau dirinya menyimpan perasaan khusus pada Jang-geum. Kesempatan itu digunakan para menteri untuk menyingkirkan dua orang yang dianggap mengganggu sekaligus, mereka meminta Raja secepatnya menjadikan Jang-geum sebagai selir dan menyingkirkan Jeong-ho.
Dengan pengaruhnya, Ibu Suri menekan Permaisuri untuk segera mensahkan Jang-geum sebagai selir Raja. Di istananya, Ratu Soo-waen mendengar dari Jang tentang hubungan Jang-geum dan Jeong-ho dan sadar kalau sahabat baiknya sangat tersiksa dengan keadaan sekarang.
Melihat sahabatnya bercucuran air mata ketika ditanya soal Jeong-ho, Ratu Soo-waen sadar kalau berita itu benar dan memeluk Jang-geum. Kemudian, ia memberanikan diri menghadap Raja dan membuka siapa pria yang dicintai Jang-geum. Di depan Raja, dengan jujur dan berani Jang-geum mengakui kalau dirinya mencintai Jeong-ho serta secara halus menolak tawaran menjadi selir.
Ketika diceritakan, bukannya sedih Jeong-ho malah merasa bangga karena Jang-geum berani mengakui perasaannya didepan Raja. Dasar apes, kebersamaan mereka terlihat oleh Raja yang melalui Kasim Jung meminta keduanya menunggu sang pemimpin kerajaan di halaman belakang istana keesokan harinya.
Panas menghadapi persaingan memperebutkan cinta Jang-geum, Raja mengajak Jeong-ho adu ketangkasan dalam memanah dengan mempertaruhkan barang berharga. Kegalauan hati akhirnya membuat Raja kalah di putaran terakhir, terutama setelah mendengar penuturan Jeong-ho sendiri yang menyebut dirinya sangat mencintai Jang-geum.
Belakangan, Jang-geum baru sadar kalau Raja telah mengetahui perasaannya terhadap Jeong-ho dari Ratu Soo-waen dan hanya bisa menangis tersedu-sedu karena tahu hubungannya dengan sang kekasih sulit dipertahankan terutama bila surat perintah keluar.
Teringat dengan ucapan Raja yang menyebut dirinya juga menyukai Jang-geum, Jeong-ho memutuskan menghadap Raja dan membeberkan semua yang dirasakannya tentang gadis itu. Bahkan, ia berani meminta Jang-geum tetap dijadikan dokter pribadi dan supaya dirinya dihukum karena telah menyebabkan kekacauan di istana.
Menunggu dengan kuatir, Jang-geum langsung memberondong Jeong-ho dengan sejumlah pertanyaan sambil mengingatkan janji pria itu untuk bersamanya seumur hidup. Bagi Raja, ucapan Jeong-ho membuatnya sadar kalau untuk kesekian kalinya ia kembali kalah dari pria itu, yang rela mengorbankan segalanya demi orang yang dicintai.
Setelah berpikir panjang, Raja memutuskan untuk tidak menjadikan Jang-geum sebagai selir namun ia tetap memohon supaya gadis itu tetap berada disisinya. Tidak hanya itu, ia juga menemukan jalan untuk memberi kedudukan pada Jang-geum dan memberinya gelar Dae Jang-geum.
Waktu penobatan dilangsungkan, semua langsung menunduk hormat menyambut kesuksesan Jang-geum. Tidak menyerah begitu saja, para menteri mendesak Raja mengasingkan Jeong-ho karena menganggapnya sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas kekacauan yang terjadi.
Kebahagiaan Jang-geum langsung berubah begitu ia mendengar Jeong-ho telah diusir keluar istana dan bakal diasingkan ke tempat terpencil. Berhasil mengejar rombongan, Jang-geum diminta kembali ke istana dan Jeong-ho berpesan supaya gadis itu bisa bekerja lebih keras lagi.
sumber: http://www.indosiar.com